55

2.3K 199 47
                                    

Follow ig @rah.id buat kalian yang enggak mau ketinggalan info pernovelan.


Kalau cerita ini selesai, ada yang mau lanjut ke SEASON 2 nggak?

Karena besok Zoya-Demas sudah tamat guys!

Yaaaah, jangan sedih ya


Tolong jawab pertanyaanku di atas, biar aku pertimbangkan matang-matang dan semedi lagi (kalau-kalau kalian mau cerita ini ada kelanjutan / part 2) 😄😄



❤️❤️❤️



Lima belas hari setelah kedatangan Demas ke rumahku, membicarakan keseriusannya denganku pada Mama dan Papa. Kini, ganti aku yang harus disidang oleh orangtuaku sendiri.

"Jadi, kamu belum tahu kapan waktunya?" Papa mengulang kalimat yang baru saja kusampaikan. Mungkin merasa heran dengan kebimbanganku. "Masih belum jelas ya? Papa kira kamu dan Demas sudah sejauh itu, Joy."

"Aku juga nggak mau lancang, Pap. Aku pasti omongin tanggal dan bulannya sama kalian, juga sama orangtuanya Demas." Terangku kemudian, sangat logis. "Pernikahan bukan cuma urusan kami berdua, Pap. Tapi keluarga aku dan dia, kan? Nanti orangtua Demas mau ke sini kalau mereka sudah nggak sibuk banget."

"Tapi kamu sudah beneran siap, kan?" Mama memastikan.

Aku mengangguk ragu, Mama melihatnya dengan jelas.

"Nggak ada yang yakin seratus persen sih," komentar Mama. "Ya sudah kalau gitu, Mama sih ikut pilihan hati kamu saja. Kalau kamu sudah yakin, ya maju. Mama-Papa restuin kalian, tinggal kamu aja yang banyak doa dan mantapin hati."

"Makasih, Mam."

"Tapi ...," sahut Papa, terjeda.

"Ada tapinya?" kataku kaget. Kok tapi?

Papa memberi anggukan, wajahnya yang tanpa senyum terlihat serius. "Iya. Dengerin Papa baik-baik. Kamu beneran harus nurut sama suami kamu nanti. Suami itu, meski baru kamu temui setelah kamu dewasa gini, dia harus lebih kamu prioritaskan dari orangtua kamu sendiri. Jadi, kamu juga harus belajar nahan diri, mengendalikan ego kamu yang anak tunggal ini. Paham?"

"Iya, aku berusaha kok."

"Kamu sudah nggak bisa lagi menentukan sesuatu sesuai kemauan kamu sendiri, ada suami yang harus kamu kasih tahu dan minta pendapatnya," sambung Mama. "Pernikahan bukan hanya tentang kamu dan ego kamu aja Zoya. Tapi tentang kalian dan bagaimana menyatukan dua kepala dalam satu atap, satu tujuan."

"Iya, Mama."

Mama tersenyum kecil saat mengawasiku. "Joy, kalau ribut-ribut kecil itu hal yang biasa dalam rumah tangga. Jangan dikit-dikit pulang ke sini, dikit-dikit ngambek sama suami. Jangan begitu ya, kamu harus rubah kebiasaan lama kamu saat masih lajang, kamu harus lebih dewasa, Zoya. Mama bilang gini karena mama kenal banget sama anak sendiri. Kadang-kadang kamu itu suka ngambek, kayak ABG belasan tahun aja," sindir Mama di akhir kalimatnya.

"Iya, iya. Aku ngerti," sahutku sabar dan patuh.

"Ngerti, tapi pas ngejalanin belum tentu kamu ingat nasihat ini. Mama juga gitu sih dulu," lanjut Mama disusul tawa pelan.

"Yang penting mau belajar dan nggak mengulangi kesalahan yang sama." Papa mengusap tangan Mama.

"Yang bikin kalian awet apa? Cinta?"

Mama mengibaskan tangannya, tertawa lagi. "Kalau sudah tua nggak mikirin cinta lagi. Sejak kamu lahir, ya kamu. Sejak kamu gede, Mama mikirnya ya sudah sama Papa, kan dulu susah senang sama Papa, masa mau ganti suami? Hehehe."

ENCHANTED | EndWhere stories live. Discover now