47

1.5K 225 6
                                    


Lanjutan kemarin di KK ya,

part seru yang bikin deg-degan ....




Setengah jam lalu aku dan Demas duduk di kafe ini, memesan minuman yang sama, cokelat panas dan seporsi Croissant Cheese untuk kami nikmati bersama.

Aku sedang menikmati suara dari penyanyi di depan, merdu dan indah, suara itu nyaman di telinga saking lembutnya. Namun, aku merasa ada sepasang mata yang terus mengawasiku, aku mengalihkan tatapan pada Demas. Lalu mengerutkan kening dan mengangkat alis untuk bertanya padanya. "Why?"

"Ada ... hal yang mau aku sampein," ucapnya lembut.

"Kedengarannya serius ya? Apa nih?" aku melipat tangan di meja, memerhatikan lawan bicaraku sepenuh hati.

Saat itu wajah Demas terlihat agak gugup, tapi dia menutupi semua itu dengan senyum minimalis yang sering terlihat. Dia meraih tanganku, menarik napas dalam-dalam. "Zoya ...."

Aku menunggunya bicara, tersenyum sendiri.

Prang!!!

Sebuah bencana terjadi di sebelah kami, aku dan Demas sama-sama kaget melihat sebuah gelas sudah pecah di lantai, di dekat meja kami. Tak lama seorang pelayan datang, membersihkan pecahan itu dengan alat khusus dan selesai. Suasana teduh kembali.

Aku balik menatap Demas, tiba-tiba sudah ada peluh di dahinya. Aku mengambil tisu dan mengusap peluh itu. "Kamu kepanasan atau gimana?"

Demas menggeleng, "bukan panas karena cuaca. Tapi, karena aku mau ngomong serius sama kamu."

"Ha?" aku menatapnya tak percaya.

"Ehm, iya. Kedepannya kita mau gimana?" kalimat itu lepas dari bibirnya.

Punggungku langsung tegak, tangan masih terlipat di meja seperti sedang disidang. "Nyari kecocokan? Kamu?"

"Itu aja?"

"Memang kenapa? Kamu maunya gimana?" tanyaku balik.

"Aku pacaran sama kamu karena ada niatan serius, Dek."

"Maksud kamu?"

"Ya, aku pacaran dengan niat mau menikah."

Aku tertegun mendengarnya. "Ini ... nggak salah? Kita baru jadian kemarin, kan? Kok sudah bahas nikah, Mas?" paparku setelah rasa kagetku pudar. Bukan apa-apa, aku cuma nggak mau buru-buru dan masih mau menikmati masa-masa sekarang, pendekatanku dengan dia, mengenal dia lebih dalam dan jauh lagi.

"Kamu kaget ya, aku bilang mau serius?" tebaknya.

"Eh. I-ya," balasku tergagap. Mana ada orang tenang-tenang saja saat diajak ngobrol serius seperti ini.

"Nggak perlu dijawab, aku nggak lagi nyuruh kamu jawab kok, nggak lagi nanya juga. Cuma mau kasih tahu kalau aku punya tujuan ke sana," jelasnya lempeng.

Aku menganggukkan kepala, kikuk. "Oke."

Demas mengulurkan tangannya, mengusap lenganku lembut. "Kamu maunya santai ya?"

Kutatap tangannya yang bergerak konstan. "Kalau iya, memang kamu masalah ya?"

"Aku cuma nggak bisa pacaran lama sih, kalau sudah cocok dan sejalan. Ya ... nikah," terangnya serius.

"Diburu-buru?"

"Enggak ada target. Cuma pacaran bikin aku nggak nyaman aja," akunya jujur. Demas terlihat agak gelisah sampai harus mengusap tengkuk segala.

ENCHANTED | EndWhere stories live. Discover now