09

1.7K 193 3
                                    

Yang kemarin baca Hidden Part di KK pasti tahu gimana perasaan Demas/Slamet ke Zoya.

Oke, kalian tim mana nih?

Zoya sama yang lain,

Atau

Zoya kejar Demas sampai tuntas?



---





Kabar hamilnya Alya sudah datang berminggu-minggu lalu dan sekarang dia sedang muntah-muntah parah di toilet kantor. Suara flush dari closet duduk terus terdengar. Setelah tak ada suara lagi, Alya keluar dari salah satu bilik kamar mandi.

"Separah ini ya kalau hamil muda?" tanyaku segera, aku memang menemaninya ke kamar mandi. Kasihan banget lihat wajahnya yang pucat pasi dan matanya cekung.

"Nggak semua kayak gue kata dokter. Tiap kehamilan juga bisa beda." Jelasnya sambil mencuci tangan di wastafel, menggunakan hand soap yang busanya melimpah.

"Gitu?" kutatap perutnya yang maju beberapa senti, lalu mendesah. Begitukah awal mula jadi ibu? Aku merasa kasihan pada Mama yang sudah mengandung dan melahirkanku, juga merawatku sampai sebesar ini. Pasti sulit sekali saat Mama hamil muda dulu.

Alya membersihkan area mulutnya dengan tisu tangan, wajahnya masih terlihat pucat. Selama masa kehamilan dia tidak pernah bermake up lagi. Entah karena malas atau bawaan orok. Tapi yang jelas dia tetap cantik apa adanya.

"Lo sudah disuruh resign?"

Alya memberi anggukan. "Dari bulan lalu itu sih."

"Terus?"

"Belum bisa, gue masih suka kerja. Gimana dong?" keluhnya.

"Yah, dilema."

"Sama kayak hati lo sekarang, kan? Dilema karena Slamet!" cecarnya tak mau kalah.

"Demas dong manggilnya. Masa Slamet terus sih." Ujarku memprotes.

Alya menyengir, menunjukkan deretan gigi rapinya. "Sudah kebiasaan dari kecil. Mat, met, mat, met. Gitu, hahaha."

"Hati-hati anak lo mirip dia, dingin dan nyebelin!" cibirku.

"Tapi gagah, ganteng juga, lumayan." Balasnya dengan senang hati. "Tapi, kalau bisa mirip laki gue aja. Mas Arda tuh baiiik banget, Joy."

"Iya, iya. Paham. Dari awal gue juga tahu dia itu tipe laki-laki baik. Lo aja yang aneh, menghindar dulu dan bikin dia sengsara!" omelku membela harga diri Mas Arda. Maklum, Alya memang sedikit dingin, mirip dengan Demas. Mungkin karena mereka sepupuan, jadinya punya karakter yang sama.

Sambil berjalan keluar, Alya kembali bertanya tentang Demas. "Dia sudah ada feedback kan sama lo?"

"Ada, dikit."

"Kemarin itu, katanya dia masak buat lo gara-gara lo kelaperan? Gue telepon dia sih, minta tolong dibeliin ketoprak malam-malam karena Mas Arda lagi nggak bisa diganggu. Terus dia cerita soal lo gitu," jelasnya sambil terus berjalan.

"Dia bikin mie instan. Gue terpaksa makan mie padahal lagi jaga badan!" aku melipat tangan di dada.

"Halah, kemarin aja lo makan nasi goreng kambing. Nggak lihat itu lemaknya berapa banyak?" cibirnya lagi. Sejak hamil Alya kelihatan ketusnya, galak lagi.

"Iya sih. Susah nahan godaan." Kataku pasrah. Setelah ini aku harus rajin workout di rumah. Aku memiliki kondisi badan yang labil, jika diberi asupan berlebih maka tak baik untuk penampilanku yang selalu ingin terlihat perfect. Jangankan naik tiga kiloan, naik satu kilo saja aku sudah pusing dan harus jaga makan berhari-hari.



ENCHANTED | EndWhere stories live. Discover now