Terror (IV)

339 51 2
                                    

Pagi hari kediaman Naryama dibuat gempar oleh penemuan sebuah darah ayam yang di oleskan ke seluruh mobil yang dimiliki oleh keluarga tersebut beserta dengan delapan bangkai ayam yang sepertinya telah membusuk.

Entah bagaimana caranya Aldo dapat membobol masuk ke dalam perkarangan rumah keluarganya yang dijaga ketat oleh security yang berjaga.

Bahkan di dalam rekaman CCTV pun nampak jelas bahwa security yang menjaga kediaman Naryama tersebut sedang terjaga hingga pagi hari menjelang.

Hal tersebut memicu rasa penasaran sekaligus khawatir bagi Arka serta keenam anak laki-laki Arka.

Pasalnya yang mereka khawatirkan, jika Aldo saja dapat masuk dengan mudah dan memporak-porandakan pekarangan rumah mereka maka tidak menutup kemungkinan bahwa Aldo juga dapat masuk ke dalam rumah mereka.

Bukan. Arka tidak bermaksud untuk mengasingkan anaknya itu, hanya saja daripada ia harus mengorbankan salah satu dari anggota keluarganya untuk terluka, maka pilihan bagi Arka lebih baik jika ia untuk tidak membiarkan satu anaknya itu masuk ke dalam rumahnya.

Kejam namun tidak ada pilihan yang lebih baik lagi untuk Arka dan keluarganya.

"Periksa di setiap sudut rumah!" perintah Arka, "cari di setiap ruangan, gudang bahkan plafon rumah!"

"Ayah, kira-kira ada daerah di rumah ini yang engga terjangkau CCTV?" tanya Mada

"Engga ada, setiap sisi rumah pasti sudah dipasang CCTV, Mas" sahut Farez

"Dia masih ada di sekitaran rumah emangnya?" tanya Rayyan

"Dari rekaman CCTV, engga ada tanda-tanda dia keluar dari halaman rumah" jawab Farez, "gue udah lihat di semua rekaman CCTV--"

"Gimana di daerah belakang zoo nya Mas Dzaki?" celetuk Sada, "setau aku di sana nggak ada CCTV kan?"

"Di sana mustahil bisa sembunyi Mas" jawab Arka, "celah dari bangunan zoo Mas Dzaki mu itu dengan tembok pagar jaraknya ga akan muat di masuki dengan manusia dewasa"

Di saat Arka sedang berdiskusi dengan keempat anak laki-lakinya, Mbak Dian-- asisten rumah tangga yang telah lama bekerja untuk keluarga Naryama datang menghampiri Arka dengan wajah yang terlihat jelas sangat panik.

"Ba-Bapak" ucapnya, "Ibu kekunci di kamar sama Mba Frey dan Mba Aya engga ada di kamarnya" jelasnya panik

"Ha? Ke kunci gimana maksudnya?" tanya Arka

"Kan ada Mas Magi dengan Mas Iori yang jagain Bunda dengan Frey dan Aya" ucap Rayyan

"Gimana maksudnya Mbak?" tanya Mada, "Bunda dengan Frey dan Aya ke kunci dimana? Terus Magi dengan Iori dimana?"

"Waktu Bapak nyuruh tim security periksa rumah, Mas Rama nyamperin Mbak buat nyuruh Mbak sembunyi di ruangan yang aman, tapi kebetulan Mbak lagi buatin Ibu minuman, sewaktu sampai di depan kamar Ibu sama Bapak, pintunya ga bisa di buka" jelas Mbak Dina

"Kata Ibu ada yang kunciin pintu kamarnya Bapak dari luar" jelas Mbak Dina lagi

"Terus Frey sama Aya gimana?" tanya Sada

"Engga tau Mas, tadi Mbak Dina sama Mas Rama sudah lihat di kamarnya tapi mereka berdua nggak ada" jawab Mbak Dina

"Magi dan Iori gimana?" tanya Arka

"Mas Magi dan Mas Iori juga nggak ada Pak" jawab Mbak Dina, "tadi Mas Rama juga sudah tanya ke yang lain lewat walkie talkie tapi katanya nggak ada yang lihat Mas Magi dan Mas Iori"

Terlihat jelas bahwa wajah Arka menegang menahan amarahnya begitu pula dengan keempat anaknya yang mendengar penjelasan dari Mbak Dina. Dan tanpa harus menunggu waktu lebih lama, kelima Bapak dan Anak tersebut langsung berlari menuju lantai dua rumah mereka.

"Sial! Kosong!" maki Rayyan ketika keluar dari kamar Ilaya, "di kamar Frey gimana?" tanya Rayyan ke Sada yang juga telah keluar dari dalam kamarnya Freya

Sada menggelengkan kepalanya, "kosong"

"Gimana Mas? Udah bisa dihubungi ga Mas Magi atau Mas Iorinya?" tanya Rayyan yang berjalan ke arah Mada

"Nggak ada yang jawa--"

"Mereka berdua ga bawa hp" ucap Farez yang berjalan ke arah ketiganya dengan membawa dua buah handphone milik Magi dan Iori

"Brengsek!" maki Rayyan, "masa iya harus keulang lagi?!"

"YANG AMBIL LINGGIS DAN PALU MANA?!" tanya Arka entah kepada siapa

"Mereka ada di kamar Ayah sama Bunda juga ga sih?" tanya Sada

"Kayaknya engga ada" jawab Farez, "tadi sebelum ke kamar Magi sama Iori, gue ke kamar Bunda dulu buat memastikan ada mereka juga engga di dalam sana, dan Bunda bilang cuma ada Bunda di dalam"

"Yang menghubungi Mas Jojo dan Mas Zayn siapa?" tanya Rayyan

"Mas Mada bukan?" sahut Sada

"Gue bahkan nggak kepikiran buat ngehubungi Mas Jojo sama Mas Zayn" jawab Mada

"Lah? Terus siapa?" tanya Rayyan

Di saat situasi yang tengah menegang, keempat bersaudara tersebut melihat sosok kedua Mas mereka yang menaiki lantai dua rumah mereka dengan setengah berlari kecil.

Kemudian keduanya berpencar dengan Zayn yang berjalan ke arah Arka dan membantu Arka untuk mendobrak pintu kamarnya serta Jojo yang berjalan ke arah keempat Naryama tersebut.

"What's the situation?" tanya Jojo

"Bunda kekunci dari luar, sedangkan Frey dan Aya tiba-tiba hilang, gitu juga dengan Magi dan Iori yang juga tiba-tiba hilang" jawab Mada menjelaskan situasi mereka saat ini

"Pelakunya?"

"Aldo, Mas" jawab Farez, "Mas ga lihat di depan? Banyak mobil yang diolesi dengan darah?"

"Serius?" tanya Jojo, "Mas ga terlalu memperhatikan keadaan di luar gimana, sewaktu sampai tadi Mas langsung lari masuk ke dalam rumah"

"Mas Jojo tau darimana?" tanya Rayyan

"Kalian masih ingat kado yang Mas belikan untuk ulang tahunnya Freya dan Ilaya tahun kemarin?" tanya Jojo

"Kalung?" tanya Rayyan lagi

"Cincin" jawab Jojo

"Apa hubungan cincin dengan mereka yang tiba-tiba hilang?" tanya Farez

"Mas beli cincin itu jauh di Inggris sana" jawab Jojo, "dan kamu geseran sedikit Mada" ucap Jojo sembari mengambil alih tempat dan posisi duduknya Mada

"Di sana masih luas Mas" ucap Mada

"Kamu ke kamar dulu gih sana, ambil laptop bawa ke sini" perintah Jojo

"Buat apaa-- oh shit! Mas Jojo kenapa ga bilang dari tadi?!" ucap Mada terkejut dan kemudian beranjak dengan cepat menuju kamarnya

"Apa sih? Apa yang aku ga ngerti?" tanya Sada

💠

Azalea's Angels | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang