The Eldest Arrasya

446 83 8
                                    

Freya telah menampakan tanduknya tidak lama setelah suara mobil yang dikendarai terdengar hingga masuk ke dalam rumahnya.

Pikirnya ia akan mengamuk seperti biasanya mengingat kejadian siang hari tadi yang dilakukan oleh Farez.

Namun baru saja ia mengubah posisinya dari duduk menjadi berdiri guna untuk mencegat sang saudara, Freya harus melihat dan merasakan aura yang tidak bersahabat dari Farez.

"Minggir" ucap Farez tak terbantahkan

Freya yang mendengar nada perintah dari ucapan Farez barusan menautkan kedua alisnya, memandang tak senang dengan apa yang barusan sang saudara lakukan, "apa-apaan nada bicara lo begitu ke gue?!" ucap Freya, "harusnya yang marah-marah itu gue, bukan lo!"

"Gue. Bilang. Minggir. Aurorae" ucap Farez penuh penekanan di setiap katanya

Freya yang mendengar ucapan dari Farez barusan secara tidak sadar menghidupkan alarm tanda bahaya di dalam kepalanya yang mana berhasil membuat Freya terdiam kaku.

Beruntungnya di saat yang bersamaan, ada Sada yang baru saja turun dari lantai dua melalui tangga depan rumah mereka, "Farez!" ucap Sada dan menarik bahu Farez dari arah belakang, "apa-apaan intonasi bicara lo?!"

"Lo ga perlu ikut campur!" bentak Farez dan sambil menyentak tangan Sada

"Gue berhak ikut campur lah!" ucap Sada yang ikut membentak, "apa-apaan intonasi bicara lo ke Freya tadi!"

"Mas!" sahut Ilaya yang baru masuk ke dalam rumah dengan menenteng banyak kantong kresek belanjaannya tadi, "lo kalau ada masalahnya sama gue, ya marah-marahnya ke gue aja lah! Jangan yang lain juga kena sembur lo!"

"IYA! INI SEMUA GARA-GARA LO YA AYA!" bentak Farez sambil menunjuk ke arah Ilaya

"FAREZ! GA PERLU PAKAI BENTAK-BENTAK AYA!" ucap Sada yang turut membentak Farez

"APA?! LO MAU NYALAHIN GUE?!" jawab Ilaya yang turut membentak dan membuang sembarang arah kantong kresek yang sedari tadi dibawanya, "YANG GUE UCAPIN TADI EMANG BENERKAN?! LO DAN YANG LAIN ITU TERLALU PARANOID! BERLEBIHAN!"

"ALINEA!"

"ATHARIZ!"

"S-stop" ucap Freya setelah mendengar bentakan-bentakan dari ketiga saudaranya, "GUE BILANG STOP!"

"FAREZ, ILAYA, SADA, FREYA! APA-APAAN KALIAN?!"

💠

Pertengkaran keempat bersaudara tadi berhenti ketika bentakan dari Magika mengudara dan memecah kebisingan yang ada.

Dan karenanya mengundang Magi untuk memaksa keempat saudaranya itu untuk duduk melingkar dengan Magi yang berada di tengah-tengahnya.

Bahkan ketiga saudara mereka yang lainnya yang mana baru pulang pun juga turut diikutsertakan oleh Magi. Yang mana tentunya membuat bingung Iori, Rayyan dan Mada. Sebab Magi akan melakukan hal ini jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh mereka.

"Ada apa sih?" tanya Mada akhirnya setelah ia menahan rasa penasarannya sendirian

"Sudah berapa kali gue ingatkan ke lo semua, kalau kita lagi pada bertengkar jangan ada yang sampai nada tinggi apalagi membentak, kan?" ucap Magi tanpa berniat menjawab pertanyaan Mada

"Lo semua mau melampiaskan emosi itu sangat boleh, tapi ingat juga we have rules for venting anger" ucap Magi lagi, "there is no high intonation and yelling, no one hitting and hurting each other"

"Dan apanya yang bilang tetap hadapi apapun masalahnya sama-sama? Sama-sama apanya? Sama-sama saling bentak satu sama lainnya? Gitu?"

Hening. Tidak ada satupun dari empat orang tadi yang membuka suaranya untuk memberikan pembelaan maupun tiga orang yang baru saja diikutsertakan dalam sidang oleh Magi juga memilih untuk bungkam.

Magika, tertua dari delapan bersaudara tersebut dan meskipun bukan anak yang paling tua dari pasangan Arka dan Alea, serta pada kehidupan sehari-harinya seorang Magika adalah seorang yang temperamental, nyatanya Magika lah yang paling pandai untuk mengatur dan mengendalikan emosinya. Magika jugalah yang selalu menjadi penengah dikala ada pertengkaran diantara mereka.

Magika, bukan sekedar yang lahir lebih dulu di dunia ini, melainkan Magika adalah seorang Kakak yang sebenarnya untuk ketujuh saudaranya.

💠

Suasana masih terasa canggung untuk ketujuh bersaudara tersebut.

Berada di situasi dimana Magi masih berusaha untuk mengontrol dan mengendalikan amarahnya sendiri adalah sesuatu hal yang paling dihindari ketujuhnya. Karena ketujuhnya sangat mengetahui bagaimana jika seorang Magika meledakkan emosinya.

"Masih belum ada yang mau jelasin ke gue akar permasalahannya?" tanya Magi lagi

"Sorry" ucap Ilaya memecahkan kebisuan diantara mereka, "awal mulanya dari gue dan Mas Farez, dan malah sampai Mas Sada dan Mbak Freya jadi ikut keseret"

Magi yang mendengar ucapan Ilaya menoleh ke arah Ilaya dan mengangkat sebelah alisnya, pertanda sebagai pengganti sebuah pertanyaan oleh Magi.

"Ini karena gue yang terlalu menganggap remeh keadaan dan beranggapan kalian terlalu paranoid ke gue dengan Mbak Freya" ucap Ilaya yang mengerti dengan raut wajah bertanya dari Magi

"But trust me, long before Aldo comes back, me and maybe Mbak Freya are okay" ucap Ilaya lagi meyakinkan

"We used to think everything was okay Alinea, because we thought Aldo was gone. But in fact we have to lose Zuma" sahut Farez yang kemudian dimengerti oleh Magi

Rasa trauma akan kehilangan Zuma memang masih melekat di hidup mereka. Bahkan bukan mereka berdelapan saja, kedua orang tua mereka dan ketiga Kakak mereka juga merasakan hal yang sama.

"Mas Farez! Kita mau sampai kapan hidup dalam bayang-bayang kehilangan Zuma?" tanya Ilaya, "kan gue udah bilang bahkan Bunda sendiri juga bilang, rasa trauma ga akan mengembalikan dia dari kita Mas! Bagaimanapun juga kita tetap harus melanjutkan hidup! Meskipun ga ada Zuma lagi di hidup kita!"

"Lo ngomong gitu seolah-olah lo tidak merasakan gimana rasanya kehilangan Zuma!"

"Kasih tau gue, dimana letak gue ga pernah merasa kehilangan Zuma?!"

"OKE, STOP! CUKUP!" bentak Magi

"Kita udah bahas ini beribu-ribu kali dan masih aja akar permasalahan keributan dari kita karena dia!" bentak Magi, "how long do we have to talk about this?"

"Zuma, Zuma, Zuma, DIA ITU SUDAH MATI, SIALAN!" maki Magi

"Magika!" tegur Rayyan yang sedari tadi memilih diam sebagai pendengar

"APA?!" bentak Magika

Kini ketujuh orang yang lebih muda dari Magi hanya dapat terdiam mendengar bentakan dari Magi. Mereka tau, Magi tidak akan pernah dapat mengontrol dan mengendalikan amarahnya jika telah bersangkutan dengan Zuma. Bahkan bukan hanya Magi, tetapi seluruh anggota keluarga pun juga sama halnya seperti Magi.

"ZUMA UDAH MATI! DIA MATI KARENA KITA GA BISA MELINDUNGI DIA DARI ALDO! DIA MATI SIA-SIA KARENA KITA YANG GA BECUS SEBAGAI SAUDARANYA!"

"Magi, stop!" ucap Iori yang kini telah berdiri dari posisinya yang dari tadi duduk di sebelah Mada, "Zuma, dia ga meninggal secara sia-sia! Bukan, bukan kita yang ga bisa melindungi Zuma, tapi Zuma yang melindungi kita!"

"Please.. can we stop talking about Zuma?" tanya Freya yang kini telah menangis tanpa suara

💠





Note :

Unconfirmed, Zuma is she or him

Azalea's Angels | ENDDove le storie prendono vita. Scoprilo ora