Athariz's Regrets

418 62 2
                                    

Rasanya, Farez hidup dengan banyak penyesalan.

Farez menyesal karena menampar Freya tanpa terduga.

Kepalanya tiba-tiba dilanda pening mendengar Freya yang terus-terusan menyalahkan dirinya saat ia sedang berusaha menahan diri dari amarah karena Magika menganggap meninggalnya Zuma adalah kesia-siaan. 

Ia merasa tidak berguna sebagai saudara ketika ia harus membandingkan rasa kehilangan atas Zuma disaat Ilaya sendiri melepaskan mimpi dan cita-citanya untuk hidup bersama mimpi dan cita-citanya Zuma.

Ia merasa tidak dapat diandalkan saat dia masih membutuhkan Rayyan dan Mada untuk menenangkan emosinya serta memisahkan ia dari Magi.

Ia merasa hanya dapat merepotkan Sada dan Iori yang kini masih berusaha menenangkan Freya dan Ilaya.

Ia merasa, ia tidak lebih dari seorang pecundang. 

Pikirnya, ia hanya mampu membuat keributan di antara mereka. Pikirnya, ia tidak dapat mencerminkan sifat dari seorang pelindung untuk saudaranya.

Penyesalan Farez juga bertambah besar ketika ia melihat saudara-saudaranya saling berdebat dan saling menyalahkan diri sendiri atas ketidakbecusan mereka sehingga mereka harus kehilang sosok Zuma di hidup mereka.

"Brengsek!" maki Farez dan meninju dinding yang ada di dekatnya

💠

Delapan tahun yang lalu, masih sangat jelas di ingatan Farez bagaimana kejinya seorang Aldo yang menyiksa Zuma namun disaat yang bersamaan ia tidak mampu menyelamatkan dan menolong Zuma dengan tepat waktu.

Bagaimana ia melihat pandangan tanpa kehidupan dari kedua mata Zuma dan bagaimana tubuh penuh luka Zuma tidak tertutupi oleh sehelai benang apapun.

Bagaimana ia melihat dan mendengar teriakan histeris Freya dan Ilaya yang menyaksikan langsung perbuatan keji Aldo terhadap Zuma.

Dan bagaimana ia melihat amarah yang tak terbendung dari Mas Zayn yang tanpa belas kasihan menjadikan tubuh Aldo sebagai samsak tinju.

Serta bagaimana ia melihat sang Ayah yang menangis dan meraung atas apa yang menimpa Zuma dengan Zuma yang berada di dalam pelukan sang Ayah.

Farez melihat secara langsung bagaimana keluarganya dibuat hancur hanya dalam satu hari. Dan disaat seperti itu, ia hanya mampu terdiam mematung menyaksikan segala bentuk emosi yang dilepaskan oleh keluarganya.

💠

Bug!

Bug!

Tinju yang dilontarkan oleh Mada barusan seolah tidak memberikan rasa sakit apapun untuk Farez. Ia hanya diam menerima dengan pasrah pukulan sayang yang dilontarkan oleh sang adik.

"Lo tuh ga punya otak atau gimana?!" marah Mada sembari menunjuk ke arah Farez

"We've talked about this a thousand times, Athariz!  There is no violence even if we are overwhelmed with emotions!" maki Mada, "and how dare you slap Freya?!"

"Sekali lo langgar rules kita, ga menutup kemungkinan besok lo juga bakal nampar Ilaya!" maki Mada

Yang diucapkan oleh Mada adalah sebuah kebenaran. Mereka berdelapan terutama ia bersama kelima saudara laki-lakinya mempunyai perjanjian sendiri di antara mereka.

Tidak ada nada tinggi dan bentakan serta tidak ada menyakiti kedua saudari perempuan mereka apapun itu alasannya meski mereka diselimuti oleh amarah sekalipun.

Dan kali ini Farez melanggar janjinya sendiri yang ia buat bersama kelima saudaranya. Untuk pertama kalinya ia melayangkan tangannya untuk menampar Freya.

"Tapi lo juga ninju dia, brengsek!" bentak Rayyan, "apa bedanya lo sama Farez kalau nyatanya lo juga ninju dia?!"

"Ya karena dia memang pantas buat ditinju Mas!" jawab Mada

"Gimanapun salahnya dia, dia tetap ga pantas buat lo tinju, bajingan!" maki Rayyan, "lo tinju dia sama aja dengan lo yang ga ada bedanya dengan dia karena sudah menampar Frey!"

"Tapi yang di bilang Mada bener kok Mas" ucap Farez pelan tanpa memandang ke arah Mada dan Rayyan, "gue emang pantas buat ditinju. Bahkan mungkin lebih"

"Apa-apaan lo ngomong gitu?!" bentak Rayyan, "selagi gue masih hidup di dunia ini, ga ada yang berhak untuk kalian berdua saling tinju!"

"Tapi gue emang pantas di tinju Yan" ucap Farez, "tangan gue sudah dengan lancang nampar Freya"

"Ya itu karena lo selalu aja meributkan kematiannya Zuma! Mempeributkan akan perasaan bersalah dan penyesalan lo seolah-olah hanya lo yang paling kehilangan Zuma di rumah ini!" bentak Mada

"Ya itu karena gue yang ga cepat buat cari tau lokasi dimana Aldo ngebawa mereka bertiga, Mas!" jawab Farez, "seandainya gue lebih cepat buat menemukan tempatnya Aldo, Zuma pasti masih ada di sini!"

"Farezel!" bentak Rayyan, "mau sampai kapan lo nyalahin diri lo sendiri?!" tanya Rayyan, "kita udah sering bilang bahkan Ayah dan Bunda pun juga bilang hal yang sama, kepergian Zuma itu bukan karena lo yang ga cepat buat nyari keberadaannya Aldo, bukan salah Freya juga sampai Zuma meninggal! Meninggalnya Zuma juga bukan secara sia-sia, tapi dia meninggal karena berusaha melindungi kita semua!"

"Tapi Yan, andai gue--"

"Stop!" potong Rayyan, "gue juga punya andil yang sama kayak lo Rez. Gue juga sama kayak lo" ucap Rayyan

"Andai gue ga salah tempat waktu itu, Zuma ga akan meninggal secara tragis gitu aja" ucap Rayyan, "kalau lo menyalahkan diri lo atas kepergiannya Zuma dan lo berpikir lo pantas untuk dihajar karena hal itu, berarti gue juga pantas buat merasakan hal yang sama. Bukan. Bukan cuma lo dan gue aja, tapi kita semua. Kita semua seharusnya dihukum dan dihajar karena ga becus buat melindungi Zuma, Freya dan Ilaya"

"Delapan tahun sudah berlalu dan mau sampai kita saling menyalahkan gini? Mau sampai kapan kita pendam rasa penyesalan atas ketidakbecusan kita?" tanya Rayyan

"Zuma juga ga akan senang kalau melihat kita yang terus-terusan bertengkar hanya karena penyesalan kayak gini. Andaikan dia muncul saat ini, di hadapan kita, dia pasti sudah menempeleng kepala kita satu-satu karena bukannya fokus untuk melindungi Freya dan Ilaya tapi kita masih fokus buat membahas yang sudah berlalu, yang bahkan ga akan bisa kita ubah garis takdirnya meskipun kita bisa balik ke masa lalu!" ucap Rayyan

"Yan, gue takut" ucap Farez lirih, "munculnya lagi Aldo buat gue paranoid"

"Penyesalan gue atas Zuma ga pernah hilang, dan gue takut kalau nanti gue merasakan penyesalan yang sama karena gue ga becus buat melindungi Frey dan Aya" ucap Farez

"Bukan. Bukan cuma Frey dan Aya, tapi lo dan mereka" ucap Farez, "gue takut dengan kemunculannya Aldo membawa gue ke kemungkinan buat gue untuk merasakan kehilangan atas salah satu dari kalian bertujuh"

"Penyesalan gue teramat besar Yan, Da" ucap Farez, "masih sangat jelas di ingatan gue gimana brutal dan kejinya yang Aldo perbuat ke Zuma, dan di saat itu, gue hanya mampu diam tanpa berbuat banyak"

"Gue cuma mampu dengar tangisan dan teriakan histeris dari Frey dan Aya, gue cuma bisa dengar Mas Zayn yang marah besar sambil menjadikan Aldo samsak tinju, gue cuma bisa lihat Ayah yang nangis sambil meluk tubuh Zuma yang tanpa mengenakan pakaian"

"Dan meskipun kita bukan saudara kandung yang memiliki ikatan darah, ketakutan gue atas kejadian itu membuat gue paranoid" ucap Farez, "gue takut"

💠

Azalea's Angels | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang