Alinea, Trauma and Loss

503 83 6
                                    

Masih dengan Ilaya yang bersama dengan Farez. Namun kali ini bukan di toko kue seperti sebelumnya, melainkan Ilaya dan Farez sedang berada di sebuah pasar.

Iya pasar.

Sebagai mahasiswi jurusan fashion design semester menuju tua, Ilaya sudah harus membuat minimal tiga jenis karya baju yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan untuk seminar proposal skripsinya.

Dan dikarenakan atas kejadian yang menimpa Freya tempo hari, membuat keenam saudara laki-lakinya menjadi protektif, maka dengan terpaksa ia meminta Farez untuk menemaninya membeli bahan kain.

Kenapa harus Farez? Soalnya yang mempunyai waktu luang lebih banyak saat ini cuma Farez.

"Masih jauh banget ini Mbak?" tanya Farez yang masih mengekori Ilaya dari belakang

"Lumayan sih" jawab Ilaya, "tokonya ada di bagian paling dalam pasar soalnya"

"Kenapa ga beli di toko yang di depan aja daripada yang di dalam?"

"Nanti Mas juga bakalan tau" jawab Ilaya dan masih menuntun Farez untuk mengekorinya

"Mas ga tau kalau Mbak Aya mau blusukan masuk ke pasar kayak gini" ucap Farez lagi secara tiba-tiba yang sekarang posisinya sudah berjalan beriringan dengan Ilaya

"Ya emang sebenarnya ga mau, tapi ini terpaksa aja kalau bukan karena tugas kuliah juga gue ogah masuk ke dalam sini" jawab Ilaya

"Kenapa kalau Bunda ajak ke pasar kok lo ga pernah mau?"

"Bunda tuh ngajak ke pasarnya pagi banget Mas, disaat aktifitas pasar lagi tinggi-tingginya" jawab Ilaya, "belum lagi kalau Bunda belanja tuh suka mampir sana-sini, tau sendiri Bunda suka banget belanja"

"Lagian Bunda kalau ke pasarkan bawa pasukannya udah banyak banget, jadi gue kayaknya ga perlu untuk mendaftarkan diri untuk gabung sebagai pasukan Bunda sewaktu Bunda ke pasar" ucapnya lagi

"Ada aja lo alasannya" ucap Farez malas, "masih jauh ga ini?"

"Itu toko yang di pojok sekali" ucap Ilaya sembari menunjukan ke arah toko tujuannya

"Kenapa jauh banget sih Mbak?"

"Nanti lo juga akan tau Mas" jawab Ilaya

💠

Farez hanya dapat memperhatikan Ilaya yang saat ini masih sibuk memilih bahan dan jenis kain yang akan digunakan nanti sebagai karyanya untuk seminar proposal.

Matanya tidak lepas dari bagaimana Ilaya yang ramah terhadap dua pasang lansia suami istri yang tampaknya sangat senang dengan kehadiran Ilaya.

Dua manusia yang sudah sepuh tersebut tetapi masih harus terus berjualan di pasar hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Dan kini Farez mengetahui alasan kenapa Ilaya dengan suka rela mau masuk hingga ke dalam pelosok pasar hanya demi membeli sebuah kain saja.

Sesekali dapat Farez dengar canda tawa antara Ilaya dan kedua orang tua lansia tersebut, yang menampakan bahwa kehadiran Ilaya hari ini sangat mereka syukuri karena dengan kehadiran Ilaya, kedua lansia tersebut tidak perlu memikirkan bagaimana caranya kedua lansia tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Sesekali Ilaya datang ke arah Farez sembari membawa gulungan kain yang kemudian ia sandingkan di tubuh Farez, melihat apakah kain tersebut akan terlihat cocok jika digunakan oleh laki-laki dewasa.

"Looks like you'll fit in pink" ucap Ilaya

"Pink is not my color" jawab Farez

"No problem. While you don't look so dull when you wear it" ucap Ilaya dan kembali lagi ke arah kedua lansia tadi

Farez membuang nafasnya panjang. Ia mempunyai firasat sepertinya nanti ia akan dijadikan model untuk bahan karya seminar proposalnya Ilaya.

💠

Farez pikir Ilaya hanya akan benar-benar membeli tiga buah kain saja, namun nyatanya ada banyak bermacam-macam dan jenis kain yang dibeli Ilaya serta ditambah pula dengan berbagai macam pernak pernik yang tidak ketinggalan Ilaya beli.

"Katanya cuma beli tiga kain, taunya sampai empat kantong kresek besar gini" protes Farez ketik ia telah selesai memasukan semua bahan pakaian serta pernak-pernik printilan milik Ilaya ke dalam bagasi mobil

"Ya pikir dong Mas, emang beli tiga kain aja cukup untuk dibuat tiga jenis baju?" tanya Ilaya, "ya enggak lah!"

"Jadi kemarin-kemarin kalau beli bahan untuk buat baju perginya sama siapa sih?" tanya Farez penasaran

Kedua bersaudara itu telah masuk ke dalam mobil, Ilaya sudah memasang seat belt sementara Farez telah memundurkan mobil mereka dari posisi parkir.

"Beli sendiri lah" jawab Ilaya, "sama siapa lagi emang?"

"Beli sendiri?" ulang Farez, "bawa mobil ke pasar sendiri, pilih bahan kain sendiri, bawa belanjaan segini banyak ke mobil sendiri?"

"Ya iya lah" jawab Ilaya, "emangnya sama siapa lagi?"

"Kok lo ga minta temenin gue atau yang lainnya sih Ya?" tanya Farez, "kalau lo kenapa-kenapa gimana?"

"So far I'm fine, you can see for yourself" jawab Ilaya

Farez yang mendengar jawaban Ilaya secara refleks memutar kedua matanya, "kalau kejadian Mbak Frey kena di lo gimana? Siapa yang bakal tolongin?"

Ilaya menghembuskan nafasnya dalam, merasa sedikit jenuh mendengar ucapan dari Farez barusan, "I'm fine, Mas" jawab Ilaya, "toh selama ini gue baik-baik aja kan? Frey juga baik-baik aja"

"Kita anggap aja kemarin itu Frey lagi apes" sambungnya, "lo dan yang lainnya tuh terlalu paranoid Mas"

"We'll be fine" ucap Ilaya meyakinkan

"Bisa-bisanya lo anggap rasa takut kita sebagai paranoid Ya?" ucap Farez tak percaya

"Bukan gitu maksud gue Mas"

"Lo ga pernah hidup dalam bayang-bayang trauma atau gimana?" tanya Farez

"Mas, kita punya rasa trauma yang sama" jawab Ilaya, "tapi mau sampai kapan kita hidup dalam bayang-bayang rasa trauma?" tanya Ilaya, "kayak yang Bunda bilang, rasa trauma ga akan mengembalikan dia yang sudah hilang dari kita Mas, bagaimanapun juga kita tetap harus melanjutkan hidup"

"Tapi lo tuh ga pernah merasakan gimana rasanya kehilangan sampai lo merasa lo ga berguna sebagai saudara?!" bentak Farez

"Mas gue tanya, lo pernah ga mimpiin dia setiap malam terus menerus semenjak kejadian itu tanpa satu hari pun lo ga pernah mimpiin dia?" tanya Ilaya, "pernah ga?"

"Atau lo pernah ga, saking merasa kehilangan dia lo bangun dari tidur lo dengan keadaan yang lo masih nangis? Literally yang lo merasa lo nangis di mimpi lo padahal secara ga sadar lo juga lagi nangis dalam keadaan lo tidur?"

"Atau gini deh, lo pernah ga membuang cita-cita lo sendiri hanya untuk melanjutkan cita-cita dia?" tanya Ilaya, "nyatanya Mas, kita hidup dalam bayang-bayang kehilangan dia"

"Bukan, bukan sekedar gue, lo ataupun kita Mas yang kehilangan dia, nyatanya Ayah, Bunda, Mbak Anya, Mas Zayn dan Mas Zaki pun juga kehilangan dia" ucap Ilaya, "jadi gue tanya balik ke lo, dari sisi mananya gue ga pernah merasakan kehilangan dia?"

💠








What if SM added 00z-born idols to their new groups that will debut later? Put them in as new characters? Or not?

Azalea's Angels | ENDOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz