Fanatical Fan

301 49 2
                                    

Magi menatap geram ke arah perempuan yang kini tengah berlaku kasar terhadap Freya. Matanya tidak melepaskan sedikitpun pergerakan yang dilakukan sang perempuan. Bagaimana Yesha yang selama ini sangat di ketahui oleh Magi bahwa menyimpan perasaan sukanya kepada Magi dengan sangat tidak wajar itu menjambak rambut Freya hingga menimbulkan ringisan dari raut wajah Freya.

"Gue nggak tau alasan apa yang buat Alatas pengen banget gue untuk bantuin dia bawa lo ke sini, tapi setelah gue tau kalau ada Magika yang juga keseret membuat gue semakin ingin menghancurkan wajah dan tubuh lo!" maki Yesha

"Kenapa pula ada Magi gue di sana?!" ucapnya lagi sembari mencabut dengan kasar lakban yang menutup mulut Freya

"Shhh" ringis Freya

"Jawab pertanyaan gue jalang! KENAPA ADA MAGI GUE DI RUMAH LO?!" bentak Yesha sembari menjambak lagi rambut Freya sehingga membuat Freya mendongakkan kepalanya

"Cuihhh" Bukannya menjawab pertanyaan dari Yesha, Freya lebih memilih untuk meludahi Yesha tepat di mukanya. Membuat amarah Yesha semakin meluap menggebu-gebu.

PLAK!

Tamparan keras Yesha lampiaskan ke wajah cantik yang dimiliki oleh Freya hingga membuat wajah Freya menoleh ke arah kanan dan meninggalkan jejak kemerahan di pipi Freya.

"JALANG SIALAN!" maki Yesha dan lagi-lagi menjambak Freya

"GUE KALI INI AKAN BENAR-BENAR NGERUSAK WAJAH LO! BIAR MAGI GUE GA MAU LIHAT WAJAH JELEK LO!"

Freya tertawa sini mendengar ucapan yang dilontarkan Yesha, dengan melirik ke arah Magi yang yang tepat berada di belakang tubuh Yesha dan kembali melihat dengan tajam ke arah Yesha, "Magi gue nggak suka dengan cewek gila kayak lo" jawab Freya penuh dengan tekanan, "Magi gue suka dengan perempuan yang waras, engga kayak lo"

"Dan yang terpenting dia itu Magi gue, bukan punya lo!"

"JALANG! MATI LO DI TANGAN GUE!" maki Yesha sembari mencengkram kuat muka Freya dan menancapkan kukunya yang tajam ke permukaan kulit wajah Freya sehingga membuat kulit wajah Freya mengelupas dan meneteskan darah

BUG!

"SAKIT BRENGSEK!" maki Freya setelah berhasil menendang kuat perut Yesha hingga berhasil membuat Yesha terdorong sedikit menjauh darinya dan jatuh tersungkur

"Uhuk" batuk Yesha sembari memegangi perutnya, "LO!" maki Yesha dengan menatap Freya dengan penuh dendam, "BAKAL MATI DETIK INI JUGA!" teriaknya dan kembali berdiri

Freya menatap ke arah Magi yang kini juga sedang menatap ke arahnya dengan khawatir. Sembari memberikan senyuman kepada Magi, Freya berucap, "Mas, gue benci banget sama dia yang sudah dengan lancang bikin muka gue luka"

"JANGAN LO PANGGIL MAGI GUE DENGAN SEBUTAN MAS, PECUN!" teriak Yesha marah dan berjalan dengan sedikit tertatih ke arah Freya

Freya lagi-lagi menatap ke arah Magi sebelum akhirnya ia menutup kedua matanya. Sedangkan di sisi lain, Magi semakin kuat bergerak untuk melepaskan ikatan yang membuat tubuhnya terikat kuat di punggung kursi, membuatnya tidak dapat dengan leluasa bergerak.

Kakinya menghentak-hentak kuat lantai hingga menimbulkan rasa nyeri di telapak kaki Magi. Urat-urat lehernya menegang karena Magi tidak dapat mengucapkan sepatah kata apapun karena mulutnya kini juga tertutupi dengan lakban.

"Mmmhhh! Mmmhhh!" gumam Magi

"MMMHHH! MMMHHH!" gumam Magi lagi yang semakin kuat dengan seiring Yesha yang kini mulai mencakar tak beraturan wajah dan tubuh Freya

Air mata Magi menetes ketika ia melihat Freya menahan sakitnya tanpa mengeluarkan suara ataupun air mata.

Magi tau, adiknya itu sedang berusaha sekuat tenaga untuk tidak kalah dari fans fanatiknya yang saat ini sedang menyakitinya.

💠

Iori tatap sekelilingnya setelah berhasil menyelinap masuk ke dalam tempat di mana Aldo membawa Magi, Freya dan Ilaya.

Dengan perlahan-lahan Iori berjalan menuju ke arah pintu. Mengintip dari dalam melalui celah hordeng di balik jendela.

Nafasnya memburu. Jantungnya masih berdetak dengan sangat kencang. Tubuhnya masih terasa sangat sakit dan kepalanya masih sangat pusing akibat efek obat bius yang sempat ia hirup.

Iori berhasil melarikan diri ketika dirinya hampir dibawa oleh komplotan yang bekerja untuk Aldo.

Ia dengan sekuat tenaga di tengah rasa pusing yang di rasanya untuk melawan orang-orang yang membawanya. Di dalam mobil yang masih melaju, Iori harus melawan tiga orang sekaligus, memukul dan di pukul di dalam ruangan yang terasa sangat sempit untuk berkelahi. Hingga rasa tidak kuat lagi untuk berkelahi membuat Iori tanpa berfikir panjang untuk keluar dari dalam mobil yang masih melaju kencang, mengakibatkan tubuhnya terjatuh dan terbentuk dengan kuat dengan aspal yang masih dingin akibat udara malam yang menyelimuti sebelumnya.

Tanpa harus merasakan rasa sakit akibat tindakan nekatnya, Iori memaksakan tubuhnya untuk berdiri dan berlari menjauh dengan mobil yang berhenti mendadak tidak jauh dari posisinya.

Di saat langit malam belum berganti menjadi langit pagi hari dan suara adzan mulai berkumandang, Iori paksakan tubuhnya untuk berlari menjauh sekuat tenaga dan mencari tempat persembunyian yang sekiranya tidak dapat di lihat oleh komplotan yang bekerja dengan Aldo.

Cukup jauh dan lama Iori berlari sampai membuat Iori tidak tau menuju ke arah mana. Yang ia tahu pasti, keadaan tadi memaksanya untuk terus berlari dan menjauh. Bersembunyi hingga ia tidak dapat di temukan.

Hingga akhirnya Iori berhasil menemukan tempat persembunyian yang cukup aman menurut Iori. Ia bersembunyi ke dalam sebuah komplek perumahan yang memaksanya untuk memanjat sebuah pagar agar ia dapat bersembunyi di balik sebuah rumah yang tampaknya telah lama kosong dan tak terawat.

Butuh waktu lama bagi Iori untuk bersembunyi sekaligus meredakan rasa sakitnya, bahkan hingga pada akhirnya dengan malu-malu langit pagi menggantikan langit malam.

Di rasa keadaan telah aman, Iori berjalan dengan perlahan dan sembunyi-sembunyi hanya untuk melihat keadaan di sekitarnya dan kembali memanjat pagar perumahan untuk ke luar.

Beruntung bagi Iori yang selalu memakai smartwatch dan selalu dalam mode Wi-Fi aktif, Iori dapat menemukan Wi-Fi corner yang tersedia sebagai sarana publik.

Dan dengan begitulah Iori dapat menghubungi shadow bodyguard yang ia sewa dan melacak lokasi keberadaan Freya dan Ilaya.

Untuk ini, Iori memang telah lama mengetahuinya. Karena Iori pernah menitipkan kepada Jojo untuk dibelikan cincin yang sama sebagai kado ulang tahun untuk Aleeya. Dan Jojo memberitahukan kepada Iori bahwa kado yang ia berikan kepada Freya dan Ilaya bukan sekedar cincin biasa melainkan sebuah cincin yang memang sengaja dirancang untuk memiliki alat GPS di dalamnya.

"Kenapa sih repot-repot nyulik Magi, Freya dan Ilaya cuma untuk di bawa balik ke rumah?" gumam Iori setelah memeriksa keadaan di dalam rumah lamanya

Perlahan Iori berbalik badan dan memeriksa kembali sekelilingnya, berjalan dengan mengendap-endap ke belakang rumahnya dan menuju ke salah satu sudut rumah yang tampaknya telah tertutupi dengan rimbunnya ilalang.

Tanpa berpikir dua kali, Iori masuk ke dalam rimbunan rumput-rumput yang telah menjulang tinggi itu tenggelam begitu saja bagaikan tidak pernah ada seseorang yang masuk ke dalamnya.

💠

Azalea's Angels | ENDOnde as histórias ganham vida. Descobre agora