Ashley's Anger and Promise

424 67 5
                                    

"Lo tuh ga punya otak atau gimana?!" marah Mada sembari menunjuk ke arah Farez

Amarahnya meluap begitu saja setelah ia berhasil memisahkan Farez dan Magi.

"We've talked about this a thousand times, Athariz!  There is no violence even if we are overwhelmed with emotions!" maki Mada, "and how dare you slap Freya?!"

"Sekali lo langgar rules kita, ga menutup kemungkinan besok lo juga bakal nampar Ilaya!" maki Mada

Yang diucapkan oleh Mada adalah sebuah kebenaran. Mereka berdelapan terutama ia bersama kelima saudara laki-lakinya mempunyai perjanjian sendiri di antara mereka.

Tidak ada nada tinggi dan bentakan serta tidak ada menyakiti kedua saudari perempuan mereka apapun itu alasannya meski mereka diselimuti oleh amarah sekalipun.

Mada marah. Jelas.

Ia pun sebenarnya juga sangat marah dengan dirinya sendiri.

Jika ia boleh mengatakannya dengan jujur, ia sendiri juga tentu belum dapat mengikuti peraturan yang mereka buat.

Ia sendiri masih dengan tanpa sadar menggunakan intonasi nada yang tinggi jika ia merasa kesal dengan salah satu saudaranya dan bahkan tidak jarang ia turut membentak saudaranya.

Namun, melayangkan sebuah tamparan ke Freya ataupun Ilaya adalah sebuah pantangan yang sangat dipegang teguh oleh Mada.

Bukan tanpa alasan sebenarnya.

Jauh dari sebelum kejadian yang menimpa keluarganya, Mada telah membuat sebuah janji bersama Zuma, bahwa ia tidak akan melayangkan tangannya untuk menyakiti ketiga saudarinya dan berjanji kepada Zuma akan membuat sebuah rules di antara mereka semua.

Sebuah janji yang pada akhirnya dilanggar begitu saja.

💠

Beberapa tahun yang lalu, saat dimana Mada bersama saudaranya yang lain masih berusia belasan tahun.

Ia sedang menghabiskan waktu luangnya di ruang baca yang ada di rumahnya. Menikmati keheningan dan kesunyian yang hanya bisa Mada dapatkan di ruang baca. Yang tentu saja tidak akan Mada dapatkan di sudut ruangan manapun yang ada di rumahnya.

Membaca berbagai macam buku dengan beraneka ragam genre yang tersedia memenuhi setiap sudut ruang baca di rumah mereka.

Menikmati waktu menyendiri yang hanya untuk dirinya sendiri.

Namun pada saat itu, Mada tidak sendirian untuk menikmati keheningan dan kesunyian yang ada. Waktu itu, tanpa Mada pinta, ada Zuma yang turut serta menemaninya untuk menikmati keheningan dan kesunyian yang ada.

Mada tidak mempermasalahkan. Toh juga ruang baca tersebut memang sengaja Ayah dan Bunda mereka buat untuk mereka semua, bukan hanya untuk Mada.

Keheningan menyelimuti keduanya, namun tanpa ada unsur kecanggungan yang terasa.

Mada sedang asik dengan buku bergenre detektif sedangkan Zuma sedang asik menyelami dirinya ke dalam buku bergenre romantis. Hingga pada akhirnya Zuma memecahkan keheningan di antara mereka berdua.

"Mas"

"Hm"

"Mas Mada" panggil Zuma lagi

"Apa sih?" jawab Mada sambil mengalihkan atensinya ke Zuma

"Hehehe" ucap Zuma sambil tersenyum lebar menampilkan sederet giginya

"Apaan deh kamu begitu Mbak?" sewot Mada karena acara membacanya terhenti karena ulah Zuma

"Nggak ada sih" jawab Zuma

"Ganggu aja sih kamu Mbak" keluh Mada, "lagi di puncak konflik nih bacaan aku"

Azalea's Angels | ENDحيث تعيش القصص. اكتشف الآن