Epilog

3.1K 78 16
                                    

Sore itu, langit tampak mendung. Jalanan tampak ramai dengan lalu lalang kendaraan roda dua maupun empat. Bertepatan dengan jam pulang kerja memang menjadi salah satu alasannya, tapi langit mendung juga membuat orang memilih untuk segera pulang dan berkumpul dengan keluarga.

Sebuah bus berhenti di halte. Seorang gadis turun, lalu berjalan menuju bangunan kafe yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Setengah jalan, hujan langsung turun dengan deras. Langkah kakinya yang akan bergerak cepat menuju kafe tiba-tiba terhenti saat merasakan seseorang berada di sampingnya.

Ia melirik ke samping sedikit mendongak, lantas mengusung senyum menatap seorang lelaki yang di tangan kirinya melingkar sebuah gelang yang bentuknya sama dengan yang ia pakai. Lelaki itu membalas dengan senyuman tak kalah lebar.

Sepersekian detik, mereka masih dalam posisi masing-masing, dengan jaket si lelaki yang sengaja dibentangkan untuk melindungi tubuh mereka dari hujan. Sebelum akhirnya lelaki itu berdeham cukup keras hingga membuat sang gadis mengerjap.

"Ayo, keburu hujannya makin deras." Gadis itu mengangguk dengan ragu, setelahnya mereka berjalan sedikit cepat untuk segera sampai ke dalam kafe.

"Hai!" Gadis lain yang sengaja menggerai rambutnya mengangkat tangan menyapa dua orang yang baru saja memasuki kafe dan terlihat bingung. Begitu saling tatap, mereka melempar senyum dan segera menghampiri.

"Udah nunggu dari tadi?" tanya gadis yang baru saja sampai, tak lain adalah Nara. Ia duduk di depan Belinda yang tengah mengusap tangannya karena kedinginan.

"Baru kok," jawabnya santai. Belinda mendongak lantas mengerjap saat merasakan elusan lembut di puncak kepalanya. Begitu tahu siapa dalangnya, ia hanya mengulas senyum. Tak lupa Nara yang melihatnya juga ikut tersenyum.

"Naik apa ke sini?" tanya Altair yang mengambil duduk di samping Belinda.

"Naik mobil, bareng Safira." Belinda mengedarkan pandangannya. Lalu menunjuk ke arah Safira yang berjalan dari arah dapur sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman. "Itu dia."

"Aduh, berat juga bawa ginian," gerutu Safira begitu sampai dan langsung mengalihkan semua isi nampan ke atas meja. Terkhusus Altair dan Nara, Safira menyiapkan matcha.

"Kan udah gue bilang, nggak usah repot. Karyawan Om lo tuh, banyak." Belinda mencibir sembari mencomot kentang goreng di hadapannya. Lagi-lagi, ia mendapat elusan kepala dari Altair yang membuatnya meringis. Ia tahu, elusan yang tadi dan sekarang itu maksudnya beda.

"Sekali-kali, ya nggak, Ra?" ucap Safira meminta persetujuan Nara yang hanya tersenyum tipis.

"Oh ya, sejak kapan ada menu matcha di sini?" tanya Nara melirik minuman di depannya.

Safira menjentikkan jarinya. "Gue yang request, dan tadi pagi baru ditambahin. Sengaja, biar kalau calon bu dokter ini pusing sama tugas kuliah, dia bisa main ke sini."

Semua yang berada di meja itu tertawa, terkecuali Altair yang hanya tersenyum tipis.

"Boleh tuh, secara lo sekarang jarang banget ada waktu buat ngumpul." Belinda ikut menimpali.

Nara mengangguk membenarkan. Jika boleh jujur, hanya dengan menyibukkan dirilah Nara bisa melupakan sejenak kenangannya bersama Daniel. Hanya sejenak, karena pada kenyataannya ada waktu dalam sehari di mana Nara memilih membaca ulang surat dari Daniel dan menangisi beberapa benda milik Daniel yang ditemukan Ares dan Theo saat dua cowok itu mengunjungi rumah Daniel.

Seperti foto mereka yang sengaja Daniel ambil secara candid. Saat itu, mungkin Nara marah. Namun, tidak ada yang tahu jika saat ini Nara sangat menyayangi foto itu.

Dan benda lain yang paling tak terduga menurut Nara adalah sebuah hoodie hitam dan gelang jangkar. Ya, Nara tak akan pernah lupa dengan kedua benda itu. Hal yang paling membuat Nara kecewa, kenapa Daniel tak jujur sejak awal? Nara jelas ingat kalau ia sempat menyebutkan namanya pada orang misterius itu. Sayangnya, rasa kecewa Nara tak bisa melebihi rasa rindunya. Nara tetap merindukan Daniel, ingin mendekap hingga tak membiarkan cowok itu pergi lagi.

Gelang itu kini melingkar di tangan kirinya. Persis seperti yang Altair kenakan saat ini. Nara tidak akan lupa jika gelang ini adalah pemberian Sabrina. Ia tak sampai melakukan hal gila seperti membuangnya. Mau bagaimanapun, Sabrina pernah menjadi orang terdekat Daniel, dan Nara menghargai itu.

Lagi-lagi Nara dilanda rindu. Ingin Daniel segera kembali, mengatakan isi dari surat itu secara langsung dan menjelaskan semua yang belum sempat cowok itu jelaskan. Nara berjanji, ia akan mendengarkan dengan hati lapang, dan menerima segala bentuk penjelasan yang mungkin bisa saja menyakitinya.

"Ra?"

"Nara?"

Nara tersentak merasakan sentuhan tangan Safira. Ia menatap Safira dengan kening berkerut.

"Hidup terus berjalan. Kalau ternyata dia nggak balik, apa lo juga berniat gini terus sampe jadi nenek-nenek?" ceplos Safira asal saat sejak tadi menahan geram melihat Nara yang melamun. Ucapannya membuahkan hasil, Nara tertawa kecil menanggapinya.

"Daniel tahu sakitnya ditinggalkan, Nara. Dan gue yakin, Daniel nggak bakal ninggalin, lo." Altair ikut menimpali.

Nara menarik napas dan membuangnya. Ia melakukan itu beberapa kali sampai merasa sesak dalam dirinya perlahan menghilang.

"Ya, aku bakal lanjutin hidup aku. Tapi, aku juga nggak akan capek buat nunggu kepulangan dia."

***

Finally, guys. Berakhir juga.

Fyi, aku gatau epilog kayak gini udah bener belum. Tapi ya, aku anggap ini sebagai menutup cerita Heartbeat.

Ya ampun, sedih banget sih 'cause cerita ini nemenin sepanjang masa SMA aku. Ngerasain pas PAT kalau lagi males belajar malah melarikan diri nyicil nulis ini. Ingat, jangan ditiru ya guys😭🙏

Yang tanya bakal ada part tambahan atau nggak. Aku belum kepikiran ya, karena lagi ngurus tiga work yang kalau hampir selesai bakalan aku rilis akhir tahun atau nggak tahun depan, wkwk

Tapi, aku kepikiran buat bikin cerita Erick, sih. Tentang gimana kehidupan dia pas diasingkan ke luar kota. Ketemu sama orang baru, dan yah kalian bayangin sendiri dulu. Btw, bakal ada juga sedikit selipan kisah Daniel-Nara. Kira-kira ada yang minat ga, ya? xixixi.

Sayangnya ini masih planning ya, guys. Trauma cerita ngaret sampe dua tahun jadi pengen endingin cerita dulu, baru deh, rilis🤣

Pokoknya jangan lupain aku, kalau bisa follow me di ameiranou untuk dapet info-info seputar cerita aku selanjutnya. Sekalian Instagram aku, namanya sama ameiranou, nanti kita bisa mutualan ige😽

Sekian, aku izin pamit. Sekali lagi terimakasih untuk semua yang udah nungguin dan setia. Tunggu karya ku selanjutnya. Bye-bye, cintaaa️♥️

HeartbeatWhere stories live. Discover now