Chapter 56

1.3K 53 0
                                    

Sesuai janji aku, ditanggal 1 aku bakalan update.

Thanks buat yang setia nungguin. Doain aku supaya serius ngetamatin cerita ini di bulan ini. 

Fyi, tinggal beberapa chap, Heartbeat bakalan selesai, wkwk

Selamat menjalankan puasa, happy reading guys<3

***

Dua hari bukan waktu yang sebentar. Ini terlalu lama untuk mencari keberadaan Dania yang tak kunjung kembali. Tidak ada jejak, ataupun petunjuk terkait hilangnya putri semata wayang Tama itu. Tama tak tinggal diam, bukan hanya polisi, para anak buahnya juga ikut andil mencari jejak kemana Dania dibawa pergi oleh Erick.

Begitu juga dengan keluarga Erick. Marah, kecewa, dan tak habis pikir dengan apa yang anak lelaki mereka satu-satunya lakukan. Sebagai bentuk tanggung jawab, keluarga Erick juga berjanji akan ikut membantu pencarian Dania. Lewat petunjuk-petunjuk yang mungkin ditinggalkan Erick di kamarnya.

Di sisi lain, di sudut perpustakaan. Tempat yang sebenarnya bukan Daniel sekali. Namun, Nara mengajaknya kesini. Katanya, perpustakaan itu sunyi, sepi. Ruangannya dingin dengan campuran bau buku dan pengharum ruangan. Di sini bisa jadi tempat pelarian untuk menenangkan diri, makanya ia manut saja saat Nara menyeretnya kemari.

Suara pintu mengalihkan tatapan Daniel yang semula termenung memandang meja. Senyum tipis terukir di bibirnya ketika melihat Nara yang mencoba menyembunyikan satu kantong kresek makanan di balik tubuhnya. Daniel tidak meminta, malah cowok itu sempat menawarkan diri dan sempat mengajak Nara ke kantin saja. Tapi, cewek itu bilang dia bisa sendiri dan meminta Daniel untuk tetap di perpustakaan. Ya sudah, Daniel menurut saja.

Nara mendudukan tubuhnya seraya membuang napas panjang. Ia mengeluarkan segala yang ada di dalam kantong kresek. Mulai dari makanan sampai satu botol air mineral.

"Kenapa gitu banget?" tanya Daniel.

Nara mencebik. "Takut ketahuan penjaga perpus, nanti diomelin."

Daniel tersenyum tipis, ia menarik botol lantas membukannya. Bukan untuknya, melainkan untuk ia sodorkan pada Nara yang mendadak bingung. "Minum dulu, capek, kan?"

Nara tak menjawab, tapi ia menerima saja. Jangan heran kenapa hari ini Daniel berubah kalem. Sebenarnya bukan hari ini saja, sejak cowok itu malam-malam meneleponnya. Dengan suara serak, ia bercerita mengenai hilangnya Dania. Besoknya cowok itu di sekolah sudah menjadi orang pendiam yang sedikit kalem. Nara paham bagaimana kacaunya Daniel. Meski setahunya mereka jarang akur, tapi untuk dua orang saudara yang sedari kecil tumbuh berdua. Tidak mungkin jika Daniel baik-baik saja. Apalagi tadi pagi cowok itu bilang kalau ibunya jatuh sakit. Pikirannya pasti tambah runyam. Maka dari itu, Nara berinisiatif membelikan sarapan. Hitung-hitung agar cowok itu tidak ikut-ikutan jatuh sakit menghadapi masalah ini.

"Belum ada kabar tentang Dania?" Daniel menggeleng di tengah kunyahannya. Beberapa hari ini cowok itu banyak melamun. Nara yang sedikit gemas, akhirnya mengambil alih sendok dari tangan Daniel dan memaksa untuk menyuapi.

"Mama bilang, Erick sulit dilacak. Sekali ketemu lokasinya, Erick udah melarikan diri."

"Gue pikir, Erick udah lama rencanain ini. Rencananya begitu mateng. Dendamnya ke keluarga gue udah nggak bisa dia tolerir lagi," jelas Daniel dengan senyum sendunya. Memikirkan mengapa harus Dania yang menjadi korban. Padahal, ia adalah sahabat dekatnya, Erick bisa membalas dendam padanya tanpa harus menyakiti Dania.

Setelah ia sempat membagikan keluh kesahnya pada Nara. Ternyata ada Trisha yang juga mendengar masalahnya. Trisha menawarkan diri, dan tidak ada alasan untuk Tama menolak berbagai bantuan dalam pencarian putrinya. Namun, dasarnya Erick yang sudah merencanakan ini sedari lama dengan pikiran yang benar-benar matang. Cowok itu sampai sekarang masih beberapa langkah lebih maju dari orang-orang suruhan Tama, Trisha, bahkan polisi. Ibu Erick sempat menelepon untuk memohon Erick segera pulang. Sayangnya, ponsel cowok itu tak pernah aktif lagi.

HeartbeatWhere stories live. Discover now