Chapter 44

1.4K 69 0
                                    

HAI HALO

SEBELUMNYA, SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA ✨

selamat menikmati daging kurban masing-masing, hehehe

OKE, CAPCUSS BACA

Jangan lupa vote dan komen ya ges ya:)

***

Daniel membawa pulang Dania. Adiknya itu datang dengan muka kesal. Bukan hal yang tidak mungkin jika Dania datang dengan wajah berseri sedangkan tingkah kakaknya itu ada-ada saja kalau untuk membuatnya kesal.

Dania pikir, ia akan pulang bersama Erick, sedangkan cowok tadi akan diurus oleh Daniel--itupun kalau Daniel memiliki rasa kelapangan hati dalam memberikan sejumput rasa bahagia untuk adiknya agar bisa pulang dengan kekasihnya. Sayangnya, Daniel adalah tipe kakak yang pelit. Maksudnya pelit mengalah. Ia malah meminta Erick yang menunggu. Jelas saja, Dania kesal setengah mati.

"Kamu kenapa kayak kesal gitu, Dan?" tanya Nara sekaligus menyapa Dania yang baru memasuki rumah. Rita yang duduk bersama Nara di sofa ruang tengah ikut menoleh melihat kedua anaknya.

Daniel membawa pulang Dania seperti jam pulang sekolah biasanya. Jadi, Rita tak akan tahu kalau sebenarnya mereka dari klinik, bukan dari sekolah.

"Tanya aja sama pacar Kak Nara," jawab Dania ketus lantas bergegas menuju kamarnya.

Nara melirik Daniel yang berjalan menuju ke arahnya. Tanpa aba-aba cowok itu duduk di sampingnya, dan yang paling parah langsung bersandar di bahunya.

"D-Daniel ...." peringat Nara gugup. Pasalnya ada Rita yang sekilas memperhatikan mereka dengan senyum tipis.

"Bunda ke dapur dulu, nanti makan siang sekalian ajak Dania," ucap Rita seraya memberi pesan.

"Dania ngambek, Bun. Tinggal aja!" sahut Daniel lalu terkekeh.

Rita hanya menggeleng pelan, sebelum memilih untuk segera pergi ke dapur.

"Kamu tadi ke sekolah beneran buat jemput Dania?" Daniel mendongak, ia berganti posisi bersandar pada sofa, lalu membuka ponselnya. Nara menghela napas ketika tak ada jawaban yang Daniel berikan.

"Daniel ...."

"Hm," jawab Daniel malas.

"Kamu, nunggu lama?"

Daniel melirik Nara malas. "Ya." Tidak mungkin ia menceritakan kejadian tadi pada Nara, apalagi di rumah ini ada sang bunda. Dania saja mati-matian ia minta tutup mulut.

"Kamu ketemu--"

"Nggak!" sambar Daniel sudah paham ke mana tujuan pertanyaan Nara. Daniel menatap Nara sepenuhnya. "Lo masih berharap sama si cupu?"

"Daniel!" peringat Nara ketika Daniel masih memanggil Altair dengan panggilan itu. Daniel mendengus, ia memutar bola matanya jengah lalu membuang muka.

"Gue nggak ketemu," jawab Daniel ketus.

Nara mengangguk lesu. Daniel melirik Nara sekilas, ia tak berbuat apa-apa selain hanya bisa diam. "Ayo makan," ajak Daniel memilih berjalan dahulu.

Nara mengikuti, tak ada yang ia harapkan selain hari cepat berlalu agar dirinya bisa bertemu dengan Altair dan menjelaskan semuanya. Tak munafik, Nara masih memiliki setitik harapan terhadap cowok itu.

***

Hari kedua skors. Daniel memaksa Nara untuk ikut ke mana ia akan pergi. Nara tidak tahu, karena sedari berangkat Daniel tutup mulut dan hanya menitah Nara untuk segera bersiap.

HeartbeatWhere stories live. Discover now