Chapter 35

1.6K 77 3
                                    

Ares datang meletakkan dua kresek bening berisi empat kotak makanan dan minuman. Lantas duduk di sofa yang terdapat Daniel yang tengah tiduran seraya bermain gitar. Cowok itu melonggarkan dasi, membuka satu kancing teratas seragamnya kemudian bersandar dan menghela nafas.

"Lo ngapain beli empat? Cuma kita berdua." Daniel menaikkan kedua alisnya saat tadi sempat melirik apa yang Ares bawa.

"Halah, kalau sisa biar gue aja yang makan," jawab Ares acuh lalu segera membuka satu kotak makan dan langsung memakannya. Daniel belum berminat, cowok itu hanya menggelengkan kepalanya dan kembali memetik gitar.

"Res?" panggil Daniel saat ia tiba-tiba teringat akan satu hal.

"Apwa?" jawab Ares dengan mulut penuh makanan. Daniel meletakkan gitar, lalu bangkit duduk dan mencari keberadaan ponselnya. Usai mendapatkannya, ia sempat mengotak-atik sebelum akhirnya menaruh tepat di hadapan Ares.

Ares menaruh makanannya, berganti menggenggam ponsel Daniel dan mengeryit membaca sebuah pesan yang dikirim oleh orang tidak dikenal. Ia menatap Daniel yang menunggu respon darinya.

"Orang iseng, maybe." Ares menjawab acuh, kembali mengambil makanan dan mulai memakannya.

"Res? Gini doang respon lo?! Orang ini ngasih peringatan gue, seakan-akan dia punya dendam." Daniel menjelaskan, ketika respon Ares malah santai saja.

"Ya terus gue kudu gimana, Niel? Orang iseng, dah lah. Kayak nggak tau jaman sekarang aja. Ujung-ujungnya minta imbalan, halah tai." Ares bersungut, berdecak pelan memasukkan satu sendok penuh makanan dengan kasar.

"Masalahnya gue yakin orang ini ada hubungannya sama kecelakaan gue waktu itu."

"Lah, bukan berarti mereka orang yang sama," jawab Ares santai. Ia menegak minuman lalu mendesah lega. Setelahnya ia melirik Daniel yang sudah memasang tampang kesal. "Kenapa lo bisa mikir mereka satu orang?"

"Abis pulang dari sini, di jalan gue ketemu orang. Gue masih inget kalau motor yang dipake itu motor yang pernah nabrak gue, Res---"

"Terus cuma karena itu lo nyimpulin mereka orang yang sama?"

"Ares anjing! Gue nggak bakal mikir kayak gini kalau aja setelah nabrak gue dia minta maaf, bukannya nantangin kayak nggak punya adab!" sarkas Daniel kelewat kesal saat Ares dengan cengiran menyebalkannya asal menyela dan menyimpulkan.

"So, setelah nabrak lo, dia malah sok nantang gitu? Makannya lo curiga orang misterius itu masih satu orang, sama yang nabrak lo?"

"Hm," jawab Daniel malas.

"Ya, sorry gue tadi fokus makan." Ares kembali menyengir, lalu menutup makannya karena ia lebih tertarik dengan cerita Daniel. "Lo kepikiran gimana?"

"Untuk saat ini jangan cerita siapa-siapa. Gue kepikiran biangnya orang terdekat kita."

"Termasuk Erick sama Theo?"

"Theo lemes. Kalau Erick, lo sendiri tahu akhir-akhir ini keadaannya lagi nggak baik."

"Oke, jadi ... orang yang lo curigai pertama?"

"Altair!"

"ANJIR!" Ares refleks mengumpat, membuat kerutan di dahi Daniel. "Gabut banget idup Altair ngerecokin lo? Yang ada selama ini lo aja yang suka cari masalah sama dia."

"Bisa aja!"

"Kalau gitu gue nggak ikut penyelidikan. Gila aja, Altair cowok mager yang kerjaannya cuma baca buku lo curigain!"

"Ya terus?" tanya Daniel kembali berpikir.

"Cowok yang lo bilang suka sama pacar lo," ucap Ares membuat Daniel mengingat-ingat siapa yang dimaksud Ares.

HeartbeatOù les histoires vivent. Découvrez maintenant