Chapter 45

1.4K 64 4
                                    

HAI HALO:)

GIMANA KABARNYA?
MASIH NUNGGUIN?

BTW, AKU NULIS DI LAPTOP, GAADA KOREKSI OTOMATIS, JADI KALAU TYPO TANDAIN YA:)

SELAMAT BACA

***

Daniel memasuki kelasnya yang masih cukup sepi. Mungkin, kalau tidak karena Nara yang biasa berangkat pagi, Daniel tidak akan pernah mau terbebani seperti ini. Sebelum duduk, ia mengeryit mendapati sebuah surat dalam amplop putih yang sudah cukup usang. Ia mengedarkan pandangannya. Hanya ada sekitar lima orang yang sudah datang--dan salah satunya adalah Belinda. Perempuan yang Daniel curigai telah meletakkan surat ini di mejanya.

Daniel mengambil surat itu dengan kasar, lalu duduk di kursinya dengan dua kaki berselonjor di atas meja. Ia membalikan surat lusuh itu, seketika ekspresinya tak bisa ditebak dengan deru napas yang mulai tak teratur.

Untuk Daniel, lelaki paling egois yang aku kenal.

Apa kabar? Masih inget aku, Sabrina?

Daniel meneguk ludahnya kasar. Ia melirik seisi kelas yang sibuk pada kegiatan masing-masing. Beruntung letak bangku Daniel berada di belakang kelas yang pasti perubahan raut wajah Daniel tak menjadi perhatian seluruh penghuni kelas. Daniel kembali menatap kertas lusuh yang beberapa bagian telah menguning bahkan ujungnya menjamur.

Kalau kamu pegang dan baca surat ini, itu berarti kita udah nggak ketemu. Bener, kan?

Dada Daniel mulai sesak, seolah ada dua bongkah batu besar yang menghimpitnya.

Daniel ...

Maaf, aku belum pernah ada buat kamu disaat kamu selalu ada buat aku. 

Ingin aku punya banyak waktu, bersama kamu, membalas semua kebaikan kamu, dan kembali menikmati malam sambil menikmati es krim stroberi seperti biasanya. 

Waktu itu, aku yakin bakal bisa menikmati itu semua sampai nanti kita menemukan pelabuhan hati masing-masing. Tapi kenyataanya, aku sendiri pesimis untuk bayangin hal itu. Aku nyerah sama hidup aku, Niel.

Semua masalah juga datang bertubi-tubi seolah mukul aku buat mundur. Aku punya kamu, harusnya aku inget itu. Tapi, apa pantas aku selalu butuh kamu disaat aku sendiri nggak bisa balas perasaan kamu?

Daniel tak banyak bicara, kedua tangannya yang berada di kiri-kanan sisi kertas menggenggam erat. Ia memang sering mengungkapkan perasaanya pada Sabrina, tapi Sabrina selalu menanggapinya dengan bercanda. Namun, itu bukan alasan yang benar sampai Sabrina harus tutup mulut untuk semua masalahnya. Daniel tetap akan selalu ada meski bahagia Sabrina bukan dirinya, melainkan rivalnya--Altair. 

Maaf, kalau ini menyakiti kamu. Aku memang bodoh, seperti yang sering kamu bilang. Tapi, aku mencintai Altair lebih dari apapun. Bahkan disaat kondisi memaksanya meminta aku pergi, aku tetap selalu ada buat dia. Aku yang nggak mau pergi dari dia. Sahabat kamu yang bodoh, Niel. Bukan dia. 

Jadi, jangan pernah salahkan dia atas kepergianku nanti. Andai kamu tahu, selain kamu, aku juga sama sekali nggak ngasih kabar Altair tentang kondisi dan masalah aku. Dia itu lelaki paling tangguh yang selalu tenang menghadapi masalahnya. Kamu tentu tahu itu. Makanya, aku nggak mau nambah beban dia lagi dengan kondisi aku.

"Lo suka karena dia tangguh sama masalahnya. Tapi lo nggak manfaatin itu buat berbagi kelu kesah. Gue heran kenapa gue bisa punya sahabat dan cinta sama orang bodoh kayak lo, Sabrina!" gumam Daniel dengan geraman kesal. Namun, setitik air mata sudah membasahi pelupuk mata. Daniel bergegas menghapusnya sebelum siapapun memergokinya.

HeartbeatΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα