Tak menunggu waktu lama, Peter kemudian mengeluarkan cengiran kudanya yang khas itu. "Ya, baiklah aku mengerti. Sepertinya memang kata-katamu adalah mantra."

"Maksudmu?" tanya Diana tak mengerti.

"Apa kau ingat dulu kau pernah bilang bahwa kita akan bertemu lagi? Lihat! Kita bertemu lagi disini."

"Oh ya, aku ingat. Sudah lama sekali, huh?"

"Ya, apa kau sudah memesan?"

"Belum."

"Baiklah." Kemudian Peter menjentikkan jarinya, isyarat kepada pelayan kafe bahwa mereka ingin memesan.

"Kau mau apa?" tanya Peter.

"Ice lemon tea saja."

"Kau tidak memesan makanan?"

"Hmm.. aku ada janji pada seseorang jadi tidak enak jika aku makan duluan."

"Baiklah. Kalau begitu jadikan dua untuk ice lemon tea-nya." Ucap Peter.

Pelayan tersebut berlalu meninggalkan mereka berdua. Peter berdeham kemudian membuka mulutnya "Lalu, siapa yang kau tunggu?"

"Seseorang?" ucap Diana balik bertanya.

"Apa kau baru saja bertanya padaku? Jelas aku tidak tahu "seseorang" seperti apa yang kau tunggu." Canda Peter. Diana tertawa mendengar ucapan Peter, lelaki itu begitu lucu dengan suara dan cengirannya, mampu mencairkan suasana.

Pesanan mereka telah tiba, Diana menyesap ice lemon tea-nya dan menyesapnya sedikit.

Diana melirik jam, sudah hampir satu jam ia menunggu Jason disini tetapi laki-laki itu belum juga muncul. Bahkan lelaki itu tidak menghubunginya. Diana meneleponpun tak diangkat.

Untuk menghilangkan kebosanannya, Diana bertanya pada Peter yang dari tadi terlihat memperhatikannya, "Lalu bagaimana denganmu? Apa yang sedang kau lakukan disini?"

"Aku hanya sedang berjalan-jalan. Bosan sekali hanya kuliah dan mendekam di apartemenku." Ucap Peter sembari menyesap minumannya.

Percakapan mereka mengalir begitu saja, Peter selalu bisa membuat Diana tertawa dan lelaki keriting itu tak pernah habis topik pembicaraan. Diana tahu itu.

Sedangkan dari kejauhan, seorang laki-laki tengah berjalan dengan tergesa-gesa sambil melirik jam di pergelangan tangannya.
Ia sudah tidak memperdulikan setiap tatapan kagum para wanita yang melihatnya saat ia lewat.
Dia sudah membuat janji dengan seseorang dan sekarang hampir satu jam ia terlambat, dan tak sempat mengabari orang tersebut.

Namun langkah kaki lelaki itu terhenti kala melihat wanita itu sedang duduk berdua disalah satu meja di luar kafe itu dengan seorang laki-laki, rahangnya mengeras. Tangannya terkepal disamping celananya. Dia berjalan perlahan dan semakin dekat. Wanita itu memunggunginya sehingga tidak tahu akan kedatangannya. Namun lelaki yang sedang duduk di depan wanita tersebut, menyadari akan kedatangan Jason dan melirik kearah Jason.
Diana yang sedang bercerita dengan Peter, otomatis mengikuti arah pandang mata Peter namun sebelum ia melakukannya, seseorang memeluk pinggangnya dari samping dan mencium pipinya.

"Maafkan aku terlambat. Aku terjebak macet, sayang." Bisik Jason di telinga Diana. Diana terkejut dan dapat merasakan wajahnya memanas. Tidak biasanya Jason bersikap manis seperti ini. Biasanya laki-laki itu akan bersikap cuek, jahil, dan manis dalam waktu bersamaan. Dengan sisa kepercayaan dirinya, Diana kemudian tersenyum malu-malu pada Jason. Jason memeluk tubuh Diana dari belakang dengan sangat posesif, membuat wanita-wanita yang tadi tengah memperhatikannya berjerit histeris dan ada yang tertawa karna kecewa, mengetahui bahwa lelaki bak dewa yunani itu telah memiliki kekasih.

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang