"Gue nggak ke mana-mana. Gue akan selalu di hati lo," jawab Daniel mengusap kepala Nara.

"Nggak! Kamu nggak boleh pergi!" Nara menggenggam erat tangan Daniel, mungkin bisa sampai membuat Daniel kesakitan karena sangking eratnya.

"Gue sayang lo."

"Aku nggak butuh kalimat itu. Aku butuh kamu," ucap Nara tegas, saat perlahan Daniel berdiri dan melangkah mundur. 

"Nggak!" Nara ikut bangkit. Namun, ketika ia akan meraih tangan Daniel. Tubuh cowok itu tiba-tiba menghilang dari pandangannya. Nara semakin histeris di tempat.

"Nggak! Daniel kamu nggak boleh pergi!"

"Nggak!"

Trisha tersentak saat mendengar tarikan nafas Nara. Seolah gadis itu baru saja terbangun dari mimpi buruknya. Trisha langsung bangkit melihat kondisi putrinya. Ketika tatapannya bertemu dengan tatapan sayu Nara. Trisha langsung memencet tombol hingga tak lama kemudian pintu terbuka, memperlihatkan seorang dokter beserta dua orang perawat mulai memasuki ruangan.

"Putri saya sadar, dok." Dokter itu mengangguk dan segera memeriksa keadaan Nara. Trisha mundur di sudut ruangan. Bibirnya tak henti memanjatkan doa untuk kesembuhan putrinya.

Tak beberapa lama kemudian, dokter itu berbalik menghampiri Trisha, sedang dua perawat tadi sudah keluar dari ruangan.

"Putri Anda dalam keadaan baik. Namun, perlu pantauan untuk bisa benar-benar sembuh pasca koma." Trisha mengangguk paham, dokter itu pun pamit undur diri. 

Trisha mendekati putrinya yang menatapnya dengan wajah pucat. Ia mengelus membuat Nara merespon dengan memejamkan matanya sesaat. 

"Akhirnya kamu sadar, Sayang."

Bibir pucat itu tampak bergerak, seolah ingin mengatakan sesuatu tapi masih tertahan. Trisha yang paham, sedikit mendekatkan tubuhnya.

"Kamu ingin bicara apa, Sayang?"

Dengan suara parau yang sebahagia menghilang, Nara berusaha menjawab. "Da—niel."

Meski tak begitu jelas, Trisha bisa mendengar ucapan itu. Ekspresinya berubah tak mengenakan. Namun wanita itu mencoba mengelabuinya dengan senyuman.

"Kamu sembuh dulu, ya? Dia siapin sesuatu buat kamu." Trisha mengelus kening putrinya. Ia tersenyum kecut sekilas. 

Entahlah, ia takut dengan respon Nara nantinya.

***

Nara menghirup udara segar di taman rumah sakit. Dua hari setelah ia sadar dari koma, tubuhnya terasa lebih baik. Dokter mengizinkannya untuk mencari suasana luar di sekitar rumah sakit, dan sudah pasti Nara tak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Ngomong-ngomong, sudah dua hari sejak ia bangun belum sama sekali Daniel datang mengunjunginya. Atau kalau keadaan cowok itu memang tidak memungkinkan akibat kecelakaan waktu itu. Nara bisa datang untuk mengunjunginya lebih dulu. Sayangnya ketika ia bertanya pada Trisha, wanita itu selalu beralasan bahwa Daniel belum bisa dikunjungi maupun mengunjungi dan setelahnya Trisha akan mengalihkan pembicaraan.

Nara mendesah panjang, lalu menatap hamparan hijau di hadapannya dengan kolam kecil di tengahnya. Suara air terjun buatan membuat pikirannya sedikit tenang. Tak sia-sia Trisha membawanya ke sini. Tubuhnya merasa rileks, juga tidak jenuh setelah sebelumnya ia merasa terkurung di dalam ruangan.

"Nara."

Nara sontak menoleh, senyumnya terukir begitu melihat kedatangan Ares dan Theo. Melihat Nara yang tersenyum, membuat dua cowok itu juga ikut tersenyum walau dalam hati mereka merasakan kepedihan atas apa yang akan mereka sampaikan nanti. 

HeartbeatWhere stories live. Discover now