Figuran 43

4.6K 352 13
                                    

"Laila capek."

Gadis dengan tubuh yang sudah lelah itu mendudukkan dirinya di taman tempat mereka akan beristirahat.

Kirani hanya menggelengkan kepalanya melihat Laila yang sudah mengubah posisinya menjadi berbaring di taman.

"Mau minuman?"

Laila mengacungkan jempolnya, mengatakan setuju dengan itu, kirani mengangguk lalu pergi untuk membeli beberapa minuman.

Laila cukup lelah, tadinya ia mengajak Kirani dan Aland untuk menemani dirinya untuk lari sore, mengingat tadinya mereka telah menghabiskan waktu bersama anak-anak panti.

Ia kira, berlari membawa beberapa cebong tidak akan merepotkan, ternyata lebih dari itu, namun Laila merasakan kebahagiaan.

Laila memejamkan matanya meresapi cahaya yang menerpa hampir seluruh tubuhnya, namun beberapa detik kemudian ia tidak lagi merasakan kehangatan itu di wajahnya.

Dengan perlahan mata yang tadinya tertutup, terbuka memperlihatkan manik biru mudanya.

Manik biru muda itu tampak membulat ketika melihat wajah seseorang yang begitu dekat dengan wajahnya.

"Panas."

Laila mengerjapkan matanya, posisi Aland yang menundukkan tubuhnya agar wajah Laila tidak terkena cahaya ternyata memberikan efek asing di hati pemuda itu.

Bukan hanya tubuh Aland yang menunduk, namun wajahnya juga ikut mendekat ke arah Laila.

"Jangan deket-deket. " Laila berusaha duduk namun karena perutnya sudah mulai besar ia agak kesulitan dengan itu.

Dengan senang hati, Aland membantu Laila untuk bangkit dari posisinya.

Aland memperhatikan wanita itu dengan intens membuat sang empu agak risih, namun sebisa mungkin ia tidak memperlihatkannya.

Keduanya hanya diam, yang satu sibuk memperhatikan setiap detail wajah sang pujaan hati, yang satu sibuk memikirkan topik yang bagus agar mereka tidak di landa keheningan.

"Kak Aland."

"Hm?"

Aland yang memang sendari tadi memperhatikannya bergumam membalas panggilan itu tanpa mengalihkan tatapannya.

Menyadari wanita itu tidak nyaman dengan tatapannya Aland tergelak, membuat Laila kesal bukan main.

"Ga usah ketawa."

Laila berbicara tanpa melihat Aland membuat pemuda itu meraih dagu wanita itu agar memperhatikan dirinya.

Memang wajahnya mengarah kepada Aland, namun tidak dengan manik biru mudanya yang tengah mencoba berkeliaran melihat objek lain selain wajah pemuda yang ada di depannya itu.

"Tatap gue."

Wanita itu menggeleng membuat Aland menghela napas dan melepaskan tangannya dari dagu wanita itu.

"Gue jelek ya? "

Laila menggelengkan kepalanya dengan brutal, gila saja wajah Aland yang pari purna itu di bilang jelek, jika ada yang berkata demikian Laila bersedia untuk mengajak orang itu berduel dengan kakeknya.

"Terus?"

"Kenapa lo ga mau liat wajah gue? "

"Anu kak. " Laila menggaruk hidungnya panik, bukan karena apa, saat ingin melihat wajah Aland, Laila menjadi merindukan kedua laki-laki nya.

Entahlah karena efek ia mengandung atau hanya firasatnya saja yang mengatakan ia tidak nyaman dengan pemuda di hadapannya ini.

Aland hanya menampilkan senyum tipis, ia menjauhkan tubuhnya dari Laila, namun karena tangannya tadi berada di dekat pinggang wanita itu, sikunya agak tertekuk hingga sedikit menimpa wanita itu.

Figuran? Yeah it's me. Where stories live. Discover now