Figuran 05

41K 3.8K 64
                                    

"Gue kenapa?"

Silver membersihkan bibirnya dengan air secara perlahan, ia mengeluarkan sebuah permen yupi berwarna pink, entahlah akhir-akhir ini ia sangat menyukai benda-benda berwarna feminim itu.

"Kakak ga papa kak?"

Silver menatap gadis itu datar, sungguh sebenarnya ia hanya memanfaatkan gadis itu agar ia tidak di dekati lagi oleh calon tunangannya.

Bukannya apa, satu Minggu terakhir ia selalu di bayang-bayangi oleh teriakan seorang anak kecil, namun ia tidak dapat melihat anak itu dengan jelas karena terlalu gelap.

"Kak?"

"Ga papa."

Alana menatap Silver rumit, ia kemudian mengekori Silver yang akan kembali ke kelas karena bel sudah berbunyi pertanda akan masuk jam terakhir.

Mengenai baksonya, itu sudah ia bayar sebelum pesanan itu datang, karena ia merasa tidak nyaman ketika memakan sesuatu yang belum ia bayar.

Siapa yang sama kayak silver?

Silver melangkahkan kakinya menuju kelas, ia memelankan langkahnya ketika melewati kelas rivalnya.

Bersiul dengan nada meremehkan kepada mereka yang menatapnya, jangan pikir mereka adalah anak yang baik dengan predikat good boy, Silver dan Aiden adalah biang onarnya SMA Meteor.

Prinsip mereka ialah, "tidak nakal, tidak keren, kalau kami good boy, ruang BK nanti sepi."

"Apa lo!"

Rehan memajukan tubuhnya kepada Silver yang berjalan pelan melewati kelasnya dengan kaca sebagai pembatas.

Silver mengacungkan jari tengahnya kemudian berlalu dengan santai.

"Der, perasaan si wafer nyari masalah mulu."

"Namanya Silver nyet, bukan wafer."

"Halah, sama aja."

Rehan mengalihkan pokusnya ke arah Aiden yang mengotak atik ponselnya.

"Kenapa lo?"

Rehan yang penasaran merapatkan dirinya ke tubuh Aiden, di sana ia melihat Aiden tengah membalas chat seseorang yang diberi nama Mamy dengan emot love. (Mammy❤️)

"Buset, anak mammy ternyata."

Deren yang mendengar itu ikut merapatkan tubuhnya, lalu gelak tawa keluar.

"Hahah, ga nyangka gue muka sesangar ini anak mammy."

"Haha, bener gue kira si Aiden kayak cowo yang ada di novel-novel."

Mereka berdua tertawa puas ketika melihat wajah masam Aiden ketika di ledek.

"Halu, ini dunia nyata, bukan fiksi kayak pemikiran di otak lo."

Rehan dan Deren masih menertawakan tingkah Aiden yang malu sekaligus marah ketika melihat ia berbalas pesan dengan mammynya.

Bukannya apa, ia sedang merajuk kepada mammynya yang mengatakan akan pergi ke Bandung beberapa hari kedepan.

Saat mengetahui itu, Aiden mengatakan bahwasanya ia ingin ikut, tapi musuh bebuyutannya yang pertama menolak, siapa lagi kalau bukan daddynya.

Mammy Aiden mengatakan akan membelikanya boneka berbie jika Aiden mau di tinggal ke Bandung.

Matanya berbinar ketika melihat pesan itu, karena terlalu senang ia tidak menyadari kedua sahabatnya mendekat dan membaca pesannya.

"Kalian iri."

Figuran? Yeah it's me. Where stories live. Discover now