Figuran 32

8.6K 1.1K 22
                                    

Deg

"Mereka sudah pergi?"

Robert hanya bisa memandang cucunya sedih ketika mendengar pertanyaan itu.

Tanpa ragu, ia mengangguk, ia tak akan bisa menyembunyikan kebenaran itu kapan pun, karena Laila harus mengetahuinya.

"Kapan?"

Robert memegang tangan cucunya yang dingin, sebelah tangannya ia gunakan untuk mengelus rambut cucunya itu.

"Kamu yakin ingin mendengar cerita itu?"

Laila tanpa ragu mengangguk, ia ingin mengetahui apa yang menyebabkan kematian orang tua dari Laila asli.

"Baiklah jika cucu ku ini memaksa."

Flashback on

Suara tangis bayi membuat semua orang yang ada di sana menerbitkan senyum mereka, mereka begitu bahagia setelah sekian lama keturunan Robert Pattinson memiliki keturunan anak perempuan.

Namun, sayangnya kebahagiaan itu tidak berselang lama, ketika wanita yang baru selesai melahirkan itu merasakan firasat yang buruk.

"Ayah, tolong bawa anak ku pergi."

Robert menatap anak perempuannya heran, ia juga merasakan demikian, ia pikir hanya dia yang memiliki perasaan tidak enak, ternyata anak perempuannya juga.

"Ba-"

Dor

Dor

Dor

Suara Robert terendam dengan suara lepasan peluru dari pistol orang berpakaian hitam yang telah mengepung rumah sakit itu.

Semua orang yang berada di dalam ruangan persalinan itu tegang, mengapa musuh mereka mengetahui lokasi mereka.

"Tamatlah riwayat seluruh hidup keluarga Robert Pattinson hari ini."

Wanita yang tubuhnya masih lemas itu menatap sahabat baiknya dengan tatapan kecewa, ternyata orang yang ia pikir akan menjadi saksi kebahagiaan dirinya malah menjadi penghancur kebahagiaan itu.

Sahabatnya ternyata adalah salah satu orang yang tidak menyukai kesuksesan yang keluarganya dapatkan.

"Apa yang terjadi pada mu," lirih wanita itu.

Pria yang menodongkan pistolnya itu tersenyum smirk, ia bahkan sudah menunggu lama pada momen ini.

"Saya membenci kalian semua, terutama kau!"

Wanita itu terisak, ia menarik kain yang membantu proses persalinan tadi, pria yang ada di samping ranjangnya memeluk wanitanya yang baru merasakan kebahagiaan namun harus pupus saat itu juga.

"Maafkan aku."

Pria yang memeluknya itu menggelengkan kepalanya, tidak ada yang salah, inilah takdir yang memang harus mereka hadapi.

"Kau tidak salah sayang."

Cih

Pria yang sendari tadi memegang pistolnya berdecih sinis melihat pemandangan itu.

Dor

Ia menembakkan peluru ke arah box bayi yang berisi bayi itu meskipun tidak mengenai sasaran.

Anehnya, bayi yang ada di dalamnya tidak mengeluarkan suara apa pun, bayi itu hanya diam ketika mendengar suara pelepasan peluru yang menembus box bayinya.

Figuran? Yeah it's me. Where stories live. Discover now