Figuran 12

27.9K 2.8K 35
                                    

Laila masih terdiam ketika Silver melumat bibirnya lembut, ketika ia tersadar ia menggelengkan kepalanya ribut, ingin di lepaskan.

Silver yang merasa terganggu dengan itu menekan tengkuk Laila, sedangkan tangan sebelahnya lagi menahan tangan gadis itu yang terus mendorong tubuhnya.

"Shit, lama-lama gue bisa gila!"

Silver melepaskan tautan bibir mereka, ia dengan pelan mengelus bibir Laila yang membengkak akibat dirinya.

Ia terkekeh pelan melihat wajah Laila yang tengah menahan tangis.

Bukannya merasa bersalah, ia malah sedikit terhibur dengan mimik wajah Laila.

Hidung merah dengan mata besar yang berkaca-kaca.

"Laila mau pulang, hiks."

Karena tidak tahan, Silver langsung mendekap gadis itu dengan gemas.

Ia mengecup puncak kepala gadis itu dengan sayang.

"Mau pulang, hiks."

Laila menepuk dada Silver ketika ia merasa pelukan itu terlalu kuat, hingga seperti menjepit tubuh kecilnya.

"Iya."

Silver membuka kembali sabuk pengaman milik Laila, ia dengan mudah mendudukkan gadis itu di pangkuannya.

"Laila pengen duduk sendiri," ujarnya merengek.

"Gak."

Laila malah menangis kencang ketika keinginannya tidak di kabulkan.

Mungkin karena hormon wanita hamil tidak menentu, ia yang di perlakukan begitu langsung saja menangis.

"Diem gak!"

Laila langsung tersentak ketika Silver membentaknya, tubuh kecil itu bergetar menahan tangis yang siap-siap akan meledak.

"Laila ga boleh cengeng," batinnya semangat.

Silver yang melihat gadis itu terdiam dengan tubuh bergetar mengusap wajahnya kasar.

Ia menarik dagu gadis itu agar melihatnya, namun Laila langsung menepis tangan Silver.

Karena kesal Silver dengan paksa membalikkan tubuh Laila yang tadinya menghadap ke depan menjadi menghadap ke arahnya.

Jadi posisinya itu, Laila berhadapan dengan Silver dengan kaki melingkari pinggang pemuda itu.

"Gue ga suka cewek cengeng."

Laila mengangguk, ia perlahan turun dari pangkuan pemuda itu, namun belum sempat menduduki kursi tubuhnya kembali di dudukkan di pangkuan pemuda itu.

"Di sini aja."

Laila menggeleng-gelengkan kepalanya tidak mau.

"Ngeganjel," cicitnya pelan.

"Bangsat, adek gue baperan!" umpat Silver dalam hati.

"Biarin."

Laila hanya pasrah ketika mobil sedan itu berjalan meninggalkan kawasan elit itu, ia hanya bisa pura-pura tidak paham ketika merasakan sesuatu yang seperti menusuk pahanya.

Silver memberhentikan mobilnya ketika sudah sampai ke rumah gadis itu, ia dengan perlahan merapikan baju beserta rambut gadis itu dengan pelan.

"Maaf."

Laila membuang mukanya ke arah samping, ia sedikit kesal pada pemuda itu.

"Pengen turun."

Silver menekan tubuh gadis itu, menggelengkan kepalanya tidak setuju.

"Maafin dulu."

Laila tidak mau, yang benar saja laki-laki itu memaksa agar di maafkan, tentu Laila tidak mau.

"Gak mau."

Silver menghela napasnya, ia tau sikapnya sedikit tidak mengenakan kepada gadis itu.

Ia sudah meminta maaf, namun sepertinya gadis itu masih kesal kepadanya.

"Besok gue ke kantin."

Silver menepuk kepala gadis itu dengan pelan, lalu membuka pintu mobil memangku gadis itu untuk turun.

Untungnya tidak ada tetangga maupun keluarga Laila yang berada di luar.

"Ma-makasih."

Silver mengecup kening gadis itu, lalu memasuki mobil dan meninggalkan Laila yang mematung menyentuh keningnya.

"Laila?"

Rahayu tadinya heran ketika melihat sebuah mobil berhenti di depan rumah sederhana mereka, karena takut itu tamu mereka, Rahayu kembali ke dapur untuk menyediakan beberapa makanan.

Sehingga Rahayu tidak melihat adegan yang akan akan membuatnya sedikit syok itu.

"Yang tadi siapa?"

"Em, anak Bu Diana Bude."

Rahayu membulatkan mulutnya pertanda dia paham, seperti pelanggannya itu menyukai Laila.

"Masuk yuk, udah malem."

Mereka memasuki rumah dengan sedikit canda tawa, Laila bersyukur, meskipun awalnya hidupnya itu sangat berantakan, namun ternyata Tuhan selalu memberikannya sesuatu yang lebih baik dari yang sebelumnya.

"Terima kasih Tuhan."

______________

Hari ini hari Senin, Laila dan Rahayu sudah bergegas pergi ke sekolah untuk membuka kantin.

Pukul enam pagi sudah banyak murid-murid yang mulai mempersiapkan Upacara bendera.

Di ujung sana, terlihat seorang pemuda yang memakai almamater berwarna merah gelap tengah menginstruksikan sesuatu kepada anggotanya.

Dia Daniel, sang ketua OSIS SMA Meteor. Ia terkenal dengan kedisiplinannya yang bahkan melewati disiplinnya seorang guru BK.

Daniel juga di berikan kuasa untuk memanggil orang tua siswa yang melanggar aturan yang telah di tetapkan.

"Nak," tegur Rahayu ketika gadis itu tengah fokus menatap Daniel.

Laila tersenyum kikuk ketika ketauan memperhatikan Daniel.

Rahayu menggelengkan kepalanya pelan, sepertinya anaknya itu sedikit tertarik dengan ketua OSIS itu, pikir Rahayu.

Sedangkan Daniel yang tadinya merasa di perhatikan, tersenyum tipis ketika mendengar teguran kecil dari wanita paruh baya yang ia duga adalah ibu dari gadis itu.

Upacara akan di langsung pukul 06:30 yah atasan usulan Daniel, sudah di bilang bukan, Daniel lebih disiplin dari pada guru BK.

Ia mengusulkan jam upacara itu karena berpikir, jika upacara di laksanakan seperti jam biasanya, maka waktu untuk para murid belajar akan di kurangi, mengingat jam pertama di pakai untuk melaksanakan upacara.

Karena hal itu, ia mengusulkan, atau lebih tepatnya membuat peraturan bahwasanya upacara akan di langsung kan pukul 06:30, lalu di susul dengan pukul 07:00 pembelajaran pertama.

Hal itu banyak membuat pertentangan, meskipun begitu tentu Daniel tetap, menang, karena mementingkan pembelajaran.

"Lima menit lagi upacara di mulai, blokir jalan-jalan yang biasanya di pakai anak-anak yang suka bolos."

Daniel memperintahkan anggota OSIS yang bertugas mengatur keamanan untuk memblokir lokasi rawan bolos itu.

Ketika melihat anggota keamanan telah paham, Daniel meninggalkan lapangan untuk ikut memeriksa lokasi-lokasi yang kerap di jadikan tempat membolos.

Langkah kaki Daniel berhenti di depan kantin, lebih tepatnya berhenti ketika melihat gadis bermata biru itu tengah membersihkan meja dengan kain lap di tangannya.

Daniel tersentak ketika Laila mendongakkan kepalanya, lalu menatap balik dirinya.

"Cantiknya."

__________

Figuran? Yeah it's me. Where stories live. Discover now