Figuran 11

28.8K 2.9K 41
                                    

Laila menipiskan bibirnya setelah mencicipi kue yang di sondorkan Silver.

Ia sedikit tidak nyaman ketika pemuda itu melirik bibirnya dengan tatapan seperti itu.

Diana yang melihat tingkah putranya yang tampak tertarik dengan pengantar kue di buat senang bukan kepayang.

"Ya Tuhan, syukurlah anakku ternyata masih normal."

Tampaknya setelah ini Diana akan melakukan syukuran bersama keluarga besar mereka.

Ini adalah momen yang sangat mereka tunggu-tunggu, anak laki-laki satu-satunya memiliki perasaan terhadap lawan jenis.

"Laila masih ada kerjaan?"

Diana sedikit mulai merencanakan aksinya untuk melihat bagaimana respon sang putra kepada sang pengantar kue.

"Ga ada Bu," jawab Laila, karna memang mereka mengantarkan kue agak sore sehingga Rahayu hanya menyuruh Laila mengantarkan pesanan ke satu tujuan saja.

"Makan yuk, Tante masak banyak loh," ujar Diana antusias.

Sepertinya setelah ini ia akan membicarakan ini dengan kakak iparnya, orang tua Bianca, agar mereka tidak lagi memberlangsung kebohongan lagi tentang acara pertunangan kedua anak mereka.

"Eh, engga usah Tante," panik Laila ketika Diana menuntunnya ke arah meja makan, tempat di mana ia meletakkan kue tadi.

"Makan aja."

Diana maupun Laila mengalihkan tatapan mereka ke arah Silver yang barusan berbicara, sadar telah menjadi bahan titik fokus, Silver berdehem gugup .

"Lo juga ga ada kerja kan?"

Laila mengangguk, ia memang tidak memiliki pekerjaan lagi.

"Nanti Bude nyariin."

Laila berusaha mencari alasan lain agar menolak ajakan makan bersama di rumah Silver, salah satu pelanggan kantin sekolah yang ia tempati.

Diana dengan cekatan menghubungi Rahayu, mengatakan bahwasanya Laila akan pulang sedikit terlambat karena mereka mengajak gadis itu makan bersama.

Rahayu yang baru selesai menghantarkan pesanan tentu saja syok, ia baru mengetahui kalau Laila mengantarkan kue pesanan ke rumah elit, namun deringan ponselnya memberikan informasi, Diana mengatakan Laila akan pulang terlambat, sebenarnya Rahayu agak ragu, namun karena rumah ini milik salah satu donatur sekolah yang mereka tempati, ia sedikit agak tenang.

Apalagi Laila juga mengatakan bahwasanya ia kenal dengan mereka.

Kembali ke Laila lagi, ia hanya bisa sedikit berbohong kepada Rahayu, memang dirinya mengenal mereka bukan?

"Nah, Rahayu tidak keberatan katanya."

Laila hanya bisa tersenyum pasrah, ia tentu tidak bisa menolak ajakan donatur sekolah ini.

Diana menyuruh orang-orang menghidangkan makanan tambahan ke atas meja, mereka mengira nyonya mereka akan melakukan penjamuan petinggi penting.

"Letakkan di sana," perintah Diana ke pada koki yang mengantarkan sebuah puding berwarna merah jambu.

Laila mendelik, melihat warna dari puding itu, yang benar saja, apa mereka memang maniak warna feminim itu?

"Itu punya Silver."

Diana mengucapkan itu tanpa di tanya, gadis itu tentu heran mengapa kebanyakan, bukan kebanyakan hampir seluruh makanan manis yang di hidangkan berwarna sama, yaitu merah jambu.

Silver yang mendengar itu, melotot tidak terima, memang itu keinginannya, tapi apakah harus di katakan di depan temannya ini?

Em teman? Mungkin Silver akan memikirkannya kembali.

Figuran? Yeah it's me. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang