Figuran 15

25.5K 2.4K 140
                                    

Laila mengelus perutnya dengan pelan, ia hanya berharap ketika keputusan dirinya untuk mempertahankan bayinya tidak salah.

Karena di dalam novel, ketika Laila asli mengetahui dirinya hamil langsung frustasi, di saat itu juga kedua orang tua angkatnya di bunuh, kehadiran bayi di dalam perutnya membuat mental Laila di dalam novel terganggu.

Laila stres, ia tidak memiliki siapapun lagi di keadaannya yang tengah hamil, sehingga ketika ia mengetahui ia memiliki nyawa lain di tubuhnya ia nekat bunuh diri.

Hal itu menyebabkan kedua orang yang telah mengambil mahkotanya tidak memiliki hubungan lagi.

Hubungan mereka hanya sebuah masa lalu yang di jadikan pengalaman buruk yang di ceritakan di dalam Novel.

"Adek baik-baik ya di sana," ujarnya mengelus perutnya yang masih datar, umur kandungan Laila sudah satu bulan, hal itu membuat Rahayu dengan ekstrak hati-hati menyajikan semua hal untuk kelahiran cucunya kelak.

"Ngapain lo?"

Laila mengerutkan keningnya ketika pemuda bermanik hitam pekat itu.

Ia merasa tidak asing, Laila baru sadar pemuda itulah orang pertama yang berkunjung ke kantin mereka.

Pemuda yang meminta salad buah di pagi hari, aneh memang tapi dia pembeli, bukankah pembeli berhak meminta hal yang ia inginkan?

"Ga ngapa-ngapain."

Aiden hanya mendengus mendengar itu, ia tadinya di hukum karena terlambat, tapi dengan alasan ia sakit perut dengan wajah masam anggota OSIS memperbolehkan dirinya untuk tidak di hukum.

Saat ia ingin menuju UKS ia melihat gadis yang berkerja di kantin samping perpustakaan itu tengah menyudutkan dirinya sendiri.

Tak lupa tangan gadis itu mengusap perutnya, Aiden berpikir keras dengan wajah datarnya itu.

"Mungkin dia cacingan," pikir Aiden serius.

"Lo cacingan?"

Laila yang tadinya hendak pergi melotot tidak terima, apa katanya tadi!?

Cacingan!? Yang benar saja, kecebong dalam perutnya ini di sebut cacing.

Tapi Laila tidak mungkin mengatakan bahwa di dalam perutnya ada kecebong bukan?

"Hah." Laila menghela napas.

"Kayaknya lo stres banget," ujar Aiden prihatin.

Setelah mengucapkan itu Aiden meniggalkan Laila yang tengah menahan dirinya untuk tidak menjambak rambut pemuda itu.

"Ya Lord, Laila kesel!" batin gadis itu menjambak sedikit rambutnya.

Aiden yang tadinya melihat ke belakang bergidik ngeri melihat gadis itu yang menjambak rambutnya sendiri untuk melampiaskan sedikit rasa kesalnya.

"Kasian, mana masih muda."

Sebenarnya Aiden ragu untuk menemui gadis itu, karena pertemuan mereka di kantin itu agak kurang baik.

Namun karena sesuatu di dalam dirinya ingin mendekati gadis itu, ia melakukannya.

_____________

"Bobot skor Lo udah seratus dua puluh lima." Daniel membaca buku kecil dengan tinta merah di tangannya itu.

Ia melirik ke arah gadis yang baru datang itu, gadis itu memakai pakaian agak ketat.

"Bianca Argantara, bobot skor lo seratus dua puluh."

Setelah membaca itu Daniel menutup buku kecil itu, ia memijit hidungnya pelan.

Sebenarnya ia cukup lelah dengan murid yang selalu melanggar peraturan itu, namun apa boleh buat, ia juga tidak bisa menolak karena ini adalah tugasnya.

Figuran? Yeah it's me. Where stories live. Discover now