Figuran 09

31.6K 2.9K 14
                                    

Pemuda itu perlahan melepaskan seluruh kancing kemeja Laila dengan pelan, sebelum memasukkan benda bulat itu ke mulutnya setelah menyingkirkan benda berbentuk gunung kembar itu.

Ia mengisap, mengulum dan menggigit benda itu dengan gemas, tanpa apa-apa ia menindih tubuh gadis itu dengan mulut yang masih berada di benda lembut itu.

Tak lupa ia meninggalkan beberapa gigitan kecil di sekitar benda itu, ia membuatnya dengan perasaan senang.

Mulutnya turun ke arah perut gadis itu, entah apa yang ia pikirkan, ia mulai mencium dan menjilati perut gadis itu.

"Lama-lama Eden bisa gila nih," lirihnya pelan.

Kemudian ia mengancingkan kembali baju gadis itu agar tidak melakukan hal seperti tadi lagi.

Sungguh, ia sangat menekan nafsunya saat ini, ia tidak mau menyesal seperti yang telah ia lakukan sebelumnya.

"Eden minta maaf."

Cup

Pemuda itu mengecup kening gadis itu lama seakan mengatakan bahwasanya ia benar-benar meminta maaf atas perlakuannya.

Laila perlahan membuka matanya di saat merasakan seseorang mencubit pipinya dengan kuat.

"Kok lo tidur di sini si?"

Laila mengucek matanya heran, bukankah ia tadi mau pulang, kenapa malah jadi tidur di sini? Pikirnya.

"Hei, lo kenapa?"

Simon mengusap kening gadis itu yang mengerut, tadi ia sempat melihat gadis itu dengan seseorang tapi ia pikir pemuda tadi hanya secara tidak sengaja melihat Laila, karena saat Simon datang pemuda itu malah mengacuhkannya.

"Gue antar pulang."

Laila menggelengkan kepalanya, mana mungkin ia mau di antar, bisa-bisa Bude beserta pak Burhan menatap aneh dirinya.

"Aku pulang sendiri, btw terima kasih untuk susu kotak yang tadi."

Simon hanya diam tanpa menjawab, ia memandang tubuh Laila dengan tatapan kosong.

"Lo sama gue itu deket, tapi kenapa lo rasanya ga bisa gue sentuh sama sekali?"

"Siapa sebenarnya yang ada di belakang lo Laila?"

Simon memandang sepatunya dengan sedih, ia sudah lama menyukai gadis itu tapi sayang sekali, gadis itu tidak pernah merespon perasaannya.

Memang kita tidak bisa memilih ingin mencintai siapa dan di cintai oleh siapa.

Itu semua takdir yang telah tertulis, kita sebagai manusia hanya mampu menjalani dengan cara masing-masing.

Laila menekan aplikasi pemesan ojek online, ia menunggu dengan sabar di pinggir jalan, ia juga tentu tidak mau menunggu di depan gedung itu karena jika itu ia lakukan otomatis sistem akan membunyikan sirine.

Hal itu pernah terjadi ketika seorang yang pertama kalinya datang ke gedung itu, ia meminta di jemput oleh seseorang dan ia menunggu di depan gedung tersebut.

Hanya berselang beberapa detik, sirine dari sistem lift otomatis itu langsung berbunyi, hingga beberapa orang berbaju hitam menghilangkan orang itu dari dunia.

Dan tentunya Laila mengetahui itu dari cerita Simon, yah mereka memang sudah dekat sejak Laila berkerja sebagai penyaji minuman haram itu.

Laila menaiki motor pesanannya, ia mengarahkan sang pengendara menuju rumahnya, karena sekarang sudah mulai gelap.

"Terima kasih ya pak."

Laila memasuki rumah, ia membersihkan dirinya sebelum pergi ke kamar.

"Mbak udah pulang?"

Figuran? Yeah it's me. Where stories live. Discover now