Figuran 39

4.9K 490 8
                                    

Seorang wanita dengan style mewahnya menuruni tangga dengan sebuah tab ditangannya.

Suara hells sepatu yang bergesekan dengan lantai menggema di rumah mewah yang tampak sepi itu.

Bukan sepi karena tidak ada orang, melainkan sepi karena kedatangan wanita itu.

"Sena."

Wanita itu berbalik ketika mendengar suara pria di atas tangga, ia berdecih sinis ketika melihat pria itu ikut turun bersamanya.

"Mereka sudah di temukan. "

Tidak seperti tadi, wanita itu kini menatap sang pria dengan tatapan bertanya.

"Mereka masih hidup. "

"Dan sekarang tampaknya anggota keluarga itu akan bertambah. "

Bugh

Pria itu menunduk menyentuh perutnya yang baru di tendang oleh seorang pria yang tiba-tiba datang.

"Kaparat."

"Kau tidak becus hanya untuk membunuh satu orang gadis. "

"Dia tampaknya sudah tidak berguna sayang, " ujar wanita itu.

"Ya, dia sudah tidak berguna. "

Dor

"Hah, hanya membunuh satu orang saja ia tak bisa. " Wanita itu menyuruh beberapa orang untuk membawa mayat salah satu rekan kerja mereka yang sudah tidak bernyawa itu.

"Kenapa waktu itu kau tidak membunuh mereka semua huh?"

Pria yang telah menembak salah satu rekan mereka itu mencengkram rahang wanita itu dengan kuat.

"Kau pikir siapa dirimu heh!? "

Brak

Pria itu mendorong wanita itu tanpa belas kasihan hingga menabrak beberapa kursi yang ada di sana.

"Mengaku lah jika kau memang lemah Derk, " ujar wanita itu sinis.

"Mengacalah sebelum mengatakan itu Sena. "

"Kau bahkan tidak mampu hanya untuk membunuh bayi itu ketika masih berumur satu hari. "

Sena, wanita itu berdiri, ia menepuk pakaiannya dengan pelan.

"Baiklah, aku mengaku lemah. "

Derk, pria itu hanya menatap wanita itu tanpa minat, ia kemudian mengacungkan pistolnya ke kening wanita itu.

Melihat itu, Sena terkekeh ia ikut mengeluarkan pistol dari kantong bajunya, mengarahkan pistol itu ke sisi jantung pria itu.

"Mau satu sama?"

Berdecih sinis, Derk kembali menurunkan pistolnya ketika mengingat wanita itu cukup berguna untuk dirinya.

"Haha, aku yakin kau tak akan mau membunuh ku, karena di sini aku cukup berguna untuk mu bukan, sayang?"

"Diamlah bodoh. "

Sena mendudukkan dirinya di kursi yang ada di sana lalu menaikan kakinya.

"Kapan kau akan membunuh mereka?"

"Semakin lama menunggu, ku rasa akan semakin sulit untuk mu membunuh mereka. "

Dor

Sena tersenyum miring melihat Derk melepaskan satu pelurunya ke arah bawah kursi yang Sena duduki.

"Jangan terlalu emosi sayang, nanti kau tak bisa membunuh mereka untuk membalaskan dendam mu. "

"Apa maksud mu?"

Figuran? Yeah it's me. Där berättelser lever. Upptäck nu