Figuran 25

14.9K 1.8K 46
                                    

"Aiden."

"Aiden."

"Aiden!"

"Woi anak Dugong!"

Byur

Pemuda yang tadinya masih berbaring di kasur empuknya langsung terduduk ketika satu ember air sudah mendarat cantik ke arah tubuhnya.

Aiden mengusap wajahnya yang basah akibat siraman air.

"Papi!"

Gara hanya menatap Aiden malas, pria paruh baya itu menepuk-nepuk tangannya seperti telah menyelesaikan sebuah pekerjaan yang berat.

Yah, sepertinya membangunkan Aiden termasuk pekerjaan yang berat.

"Papi seharusnya bangunin Eden pake nada lembut dong, bukan pakai siram-siram." Aiden berujar kesal.

Gara mengorek telinganya, mencoba mengeluarkan sesuatu yang ia pikir mengganggu pendengarnya.

"Lo? di bangunin pakai nada lembut?"

Gara bertanya dengan wajah julid yang sangat kentara.

"Impossible."

"Lo tidur kaya batu."

Aiden melototkan matanya ketika mendengar itu, enak saja ia di samakan dengan batu.

"Kalo Eden batu, berarti papi batu juga lah, enak aja cuma Eden aja."

Tanpa memperdulikan pemuda itu, Gara pergi meninggalkan Aiden dengan raut tidak sedap di pandang.

Aiden melihat jam tidurnya yang berbentuk boneka berbie, di sana tertera pukul empat pagi.

"Aa papi kenapa bangunin Eden pagi buta gini!?"

Ia dengan lesu memasuki kamar mandi untuk mandi, karena tubuhnya sudah basah akibat siraman air dari papinya.

Hal itu memang sudah di rencanakan oleh Gara karena ia akan memberikan Aiden pembelajaran pagi.

Soraya yang baru mulai mencuci sayuran memperhatikan anaknya yang sudah memakai hoodie dengan celana training.

Pemuda itu menuruni tangga dengan wajah lesu, ia akhir-akhir ini selalu di suruh untuk meningkatkan kekuatan ototnya, padahal ia sudah sering ngegym, tapi papinya itu masih ngotot mengajaknya olahraga pada pagi buta ini.

"Mami." Pemuda itu memeluk tubuh Soraya dengan menyembunyikan wajahnya pada punggung kecil Soraya.

Gara yang baru kembali untuk mencek kesiapan anaknya malah di hadapkan dengan pemandangan yang tidak enak di pandang.

"Heh, bini gue ini!"

Aiden mencebik sebal ketika Gara mendorong tubuhnya agar jauh dari maminya.

Hey, itu maminya!

"Papi apa-apaan sih!"

Gara tetap kekuh untuk tidak memperbolehkan Aiden memeluk istrinya.

Soraya hanya memandang kedua bayi besarnya dengan datar.

Ia mencuci tangannya di wastafel lalu mengambil dua pisau dapur sekaligus.

"Masih mau ribut?"

Aiden dan Gara mengalihkan perhatian mereka kepada Soraya yang tengah memegang pisau dapur.

Tidak ada ekspresi di wajah Soraya, mimik mukanya hanya datar, seperti tidak ada emosi di dalamnya.

Hal itu membuat kedua orang yang berbeda umur itu langsung kicep, langsung saja keduanya pergi dari hadapan Soraya.

Figuran? Yeah it's me. Where stories live. Discover now