Figuran 42

3.7K 319 8
                                    

"Alana."

Seruan itu membuat gadis yang baru menuruni tangga itu menatap orang tuanya yang tengah memandangnya dengan tatapan berbeda, tidak seperti biasanya.

"Kenapa ma?"

Sena tersenyum misterius, ia baru saja menemukan informasi yang bagus. Ia baru mengetahui anaknya berada satu sekolah dengan seseorang yang ingin ia bunuh itu.

"Saya membutuhkan bantuan mu. "

Alana tersenyum miris, ia menundukkan kepalanya, selalu begitu, orang tuanya hanya akan kembali ke rumah ketika menginginkan sesuatu atau membutuhkan bantuannya.

Ia kekurangan kasih sayang karena hal itu, tidak ada yang benar-benar menyayanginya bahkan kedua orang tuanya sendiri.

Mereka lebih mementingkan dendam mereka, tanpa mengetahui ada seseorang yang membutuhkan kasih sayang dari keduanya.

Tanpa Alana sadari karena kekurangan kasih sayang itu, ia terbuai perhatian kecil dari Silver, hingga ke tahap yang tidak pernah orang lain sangka.

Ia terobsesi pada pemuda itu, siapa yang tidak akan tergoda kepada sesuatu seperti itu, ketika kau haus akan kasih sayang, seseorang datang dan memberikan hal itu, lalu beberapa saat kemudian orang tersebut pergi seakan tidak pernah mengenal dirimu.

Apakah kau tidak sakit hati?

Alana sadar, ia bukan gadis yang baik, namun tidakkah Tuhan bisa memberikannya kebahagiaan sedikit saja?

"Mama mau Alana ngapain? "

Derk hanya menatap keduanya dengan malas, ia sudah cukup bosan dengan rencana yang telah di rencanakan Sena dan semuanya berakhir dengan gagal.

Namun mengingat bagaimana Sena mempersiapkan semua rencana itu tanpa sadar Derk menaruh harapan agar rencana kali ini tercapai.

"Kau tau Laila bukan? "

Alana tertegun mendengar itu, tentu gadis itu mengenalnya, apalagi karena gadis itu Silver tidak lagi menaruh perhatian lagi kepadanya.

Alana sudah mencoba banyak cara agar Silver menatapnya, namun semua berujung sia-sia.

Bahkan ia selalu berakhir di bully oleh Bianca, hingga ia sadar ketika melihat tatapan Silver kepada gadis itu sangat tulus, sampai ia merasakan pergolakan batin yang kuat.

Antara mempertahankan obsesinya atau merelakan Silver yang pernah menempatkan sedikit kasih sayang yang pernah Alana dambakan pergi dari kehidupannya.

Brak

"Kau bisu heh? "

Alana terlonjak kaget karena gebrakan meja dari tangan Derk, ia menatap ayahnya dengan tatapan takut.

"Jangan sakitin Laila. " Alana sudah mengetahui seluruh kehidupan gadis itu, ia merasa gadis itu hampir sama seperti dirinya, perbedaannya hanya pada jika orang tua Alana masih ada maka Laila tidak.

Plak

Sena menampar gadis itu hingga membuat Alana yang awalnya berdiri menjadi terduduk di lantai karena tamparan keras dari ibunya sendiri.

"Kau tidak boleh melawan perintah ku."

Alana berusaha menahan air matanya yang ingin keluar, ia memang tidak menyukai Laila karena membuat ia kehilangan perhatian Silver, namun hati kecilnya tidak bisa untuk melukai gadis yang memiliki nasib hampir sama dengan dirinya itu.

"Kau harus berguna, jangan jadi anak tidak tau diri. "

Sena meludah tepat di samping tubuh gadis itu, lalu melirik suaminya dan berlalu pergi dari sana.

Derk menatap Alana yang masih di posisinya, Derk tidak tau harus melakukan apa, entah karena gadis itu hadir karena perbuatan bejat ia dan Sena atau hanya dirinya sudah tidak bisa memikirkan apa pun selain membalas dendamnya.

"Ayah."

Derk menatap Alana dengan tatapan datar, sejenak sedikit tertegun melihat mata Alana yang sudah siap menumpahkan air matanya, namun selalu di tahan oleh gadis itu.

"Apakah kalian menyayangi ku? "

Derk diam, ia tidak menjawab pertanyaan itu.

"Apakah kalian menyayangi ku? "

Sama seperti tadi, Derk masih saja diam tanpa memberikan jawaban apa pun.

"Apakah kalian menyayangi ku? "

Sret

Bunyi kursi yang bergeser membuat Alana menitik fokuskan pada kursi  hingga ia melihat ayahnya pergi meninggalkannya tanpa memberikan jawaban apa pun.

Tiba-tiba Alana tertawa seperti orang tidak waras dengan air matanya yang berlomba-lomba keluar karena sendari tadi telah ia tahan.

"Haha, mereka tidak menyayangi ku ya?"

Tiba-tiba gadis itu meraung lalu kembali tertawa, lalu meraung-raung dan menangis kembali, hingga ia pingsan karena lelah.

Ya, ia lelah dengan hidupnya, rasanya ia ingin mati saja, namun ia takut jika ia mati ia tidak akan pernah merasakan kasih sayang orang tuanya.

Berharap ketika seluruh hal yang di minta oleh keduanya bisa ia lakukan maka mereka akan membalasnya dengan memberikan ia kasih sayang yang selama ini ia impikan.

___________

See you next chapter. 🌠

Figuran? Yeah it's me. Donde viven las historias. Descúbrelo ahora