Figuran 24

16.5K 1.9K 66
                                    

Rahayu menghela napas ketika masih belum melihat tanda-tanda Laila akan pulang.

Sekarang sudah pukul satu siang, namun wanita berbadan dua itu masih keluyuran di luar sana.

Lihatlah nanti, Rahayu akan sedikit memberikan hukuman kecil kepada Laila.

"Bude!"

Baru saja Rahayu membayangkan akan menghukum Laila dengan menyuruhnya menghitung beras yang akan di masak, sang empu sudah tampak berlari-lari kecil dengan dua pemuda di belakangnya yang tampak begitu memperhatikannya.

"Bude!"

Rahayu menutup matanya, menghela napas pelan ketika Laila kembali berteriak setelah sampai di depannya.

"Lihat, Laila bawa apa!"

Wanita berbadan dua itu mengangkat sebuah kotak kecil, entah apa isi kotak tersebut Rahayu juga tidak terlalu peduli.

"Tada!"

Setelah membuka isi kotak berwarna hijau itu, sebuah hewan amfibi keluar dari kotak menuju ke arah rumah.

Laila yang melihat hewan itu melompat ketika belum sempat memperkenalkannya ke Rahayu berteriak heboh, menyuruh kedua pemuda yang sempat ikut dengannya tadi.

"Aiden, Silver kejar!"

Kedua pemuda itu tanpa banyak tanya mengejar hewan amfibi itu, mereka mengacak-acak rumah yang baru selesai di bersihkan oleh Rahayu.

"Di sebelah kanan Anji*"

"Eden ga liat! Hiks!"

Aiden sungguh kesal, karena sendari tadi Silver selalu memarahinya ketika hewan berwarna hijau itu selalu berhasil kabur dari tangkapan mereka.

Hingga ketika Silver mengumpat keras, Aiden sontak menangis.

Mendengar suara tangis, Laila yang tadinya hanya menonton mendekati Aiden dan mengusap punggungnya pelan.

"Cup cup cup, jangan nangis dong."

Aiden berusaha menahan tangisnya, ia sebenarnya menangis karena sudah lelah mengejar hewan hijau itu, lalu di tambah dengan Silver yang berteriak kencang padanya.

wrebekk

wrebekk

wrebekk.

(Suara kodok gitu ga si?😭)

Hewan berwarna hijau itu mendekat ke arah Laila, tak lupa ia duduk di atas kaki Aiden yang tengah menahan tangisnya.

"Hiks, kodoknya di kaki Eden, HUA!"

Pemuda itu berteriak kencang ketika katak itu melompat ke arah wajahnya, ia menarik katak itu dan melemparkannya ke arah dinding.

Kodok bilek: :v

Laila melototkan matanya ketika melihat hewan lucu itu di lempar oleh Aiden dengan tangan cantiknya itu.

"Aa kodok Ila dah mati," lirihnya ketika sudah tidak merasakan napas dari kodok itu.

Rahayu yang sudah tidak tahan dengan kelakuan ketiganya langsung menarik telinga kiri mereka.

"Aw telinga Eden."

"Shhh." Silver hanya bisa mendesis ketika Rahayu menarik telinganya.

"Aa telinga Ila copot!"

Rahayu menepuk-nepuk tangannya ketika sudah selesai menarik telinga mereka

Ketiganya menatap Rahayu takut, tanpa sadar mereka menatap sekeliling ketika Rahayu menunjuk kondisi rumah setelah mereka datang.

Kursi dan meja yang sudah berbalik, sapu rumah yang sudah copot dari tangkainya, tirai jendela yang sudah copot, karpet yang sudah tidak kelihatan entah kemana perginya.

"Bersihkan."

Tanpa banyak berucap ketiganya langsung membersihkan kekacauan yang telah mereka buat, butuh waktu satu jam hingga rumah yang tadinya seperti kapal pecah kembali menjadi seperti sedia kala ketika mereka belum sampai.

"Capek."

Laila mendengus ketika melihat Aiden menidurkan kepalanya ke bahunya.

"Singkirin kepala lo."

Silver mendorong kepala Aiden hingga menjauh dari bahu kecil Laila.

Rahayu mendatangi mereka dengan membawa tiga gelas air putih, mereka meneguk air itu dengan satu kali tegak saking hausnya.

"Udah selesai kan bude?"

Rahayu tersenyum aneh, ia kembali masuk ke rumah, meninggalkan Laila, Aiden dan Silver di teras rumah.

Selang beberapa menit Rahayu datang dengan membawa satu baskom berisi beras.

Laila yang belum paham menatap bingung Rahayu, begitu pula Aiden dan Silver.

"Hitung berasnya, itu hukuman kalian karena pergi ga ngasih tau bude."

Laila mencebikkan bibirnya, sungguh ia kira tadi mang Ujang langsung memberitahu Rahayu jika ia akan pergi.

Ternyata sang mamang tidak sempat memberi tahu tentang kepergiannya.

Dengan wajah tertunduk mereka bertiga mulai menghitung beras yang sudah di letakkan di dalam baskom.

"Dua ribu dua ratus sembilan puluh tiga."

"Dua ribu dua ratus sembilan puluh lima."

Tak

Laila mengetuk pelan jidat Aiden ketika pemuda itu salah menghitung angka.

"Aiden! kamu salah terus dari tadi, kapan selesainya ini!"

Aiden yang mendengar Laila marah hanya bisa menundukkan kepalanya dengan memilin ujung seragam SMAnya.

Laila menarik napas dengan pelan, memijit pelan hidungnya karena terlalu lelah, karena ketika mereka sudah mulai memasuki angka dua ribuan, maka Aiden akan selalu mengacaukan hitungan angka.

Rahayu menatap jarum jam yang sudah menunjukkan pukul lima sore, ia tersenyum kecil ketika telah puas menghukum anak-anak itu.

"Udah, kalian sekarang cuci tangan, terus makan, Bude udah masak."

Laila yang mendengar kata makan langsung ngacir ke dapur, dengan bermodalkan bajunya sebagai lap tangan karena malas mencuci tangannya ia mencomot cumi goreng yang ada di atas meja.

"Um enak!"

Rahayu menarik tubuh Laila agar duduk di kursi, lalu menyodorkan baskom berisi air untuk mencuci tangannya.

Di sinilah mereka berakhir setelah menyelesaikan drama kodok dan menghitung beras, makan bersama dengan Laila.

____________

Kirani menarik sebuah buku, ia menuangkan air ke atas buku tersebut hingga tanpa gadis itu sadari beberapa tulisan yang ada di dalam buku tersebut mulai hilang, dan tergantikan dengan kertas kosong.

Gadis itu membuka tirai kamarnya, memperlihatkan gedung-gedung tinggi yang sangat besar.

Ia menutup kembali tirai tersebut ketika merasakan sesuatu yang sedang memperhatikan dirinya.

Dengan tenang ia keluar dari kamarnya, menujunya sebuah ruangan gelap.

Terlihat di sana dinding tampak redup karena hanya memiliki sedikit cahaya dari luar.

Kirani menarik sebuah jendela ruangan itu, hingga sinar matahari sore menerangi ruangan tersebut.

Dinding yang tadinya tampak seperti dinding kosong, kini tampak seperti sebuah karya yang tidak manusiawi.

Di sana terlihat sebuah gambar yang di mana ada seorang gadis kecil yang berbaring seorang diri di dalam box bayi dengan memangku sebuah kotak kecil.

Kirani mengusap lukisan itu dengan pelan, ia tanpa sadar menitikkan air matanya.

Meskipun begitu ia tidak berminat untuk mengusap air kesedihannya itu.

"Are you okey?"

____________

See you next chapter. ☄️

Figuran? Yeah it's me. Onde histórias criam vida. Descubra agora