Figuran 01

83.9K 5.2K 121
                                    



Laila meremas selimut yang membungkus tubuh polosnya dengan isak tangis tertahan.

Di samping kiri dan kanannya ada  laki-laki yang tengah tertidur pulas seakan tidak peduli dengan keadaannya.

Yah, kedua laki-laki itu  telah merebut mahkota sang gadis yang tengah menahan tangis.

Laila menutup mulutnya agar Isak tangisnya tidak terdengar oleh keduanya, Ia dengan perlahan melepaskan pelukan kedua orang yang memeluknya itu.

Setelah kaki kurusnya menapaki lantai, dengan perlahan ia memunguti pakaian yang masih bisa ia pakai.

Laila sadar, ia telah bertransmigrasi ke tubuh seorang figuran dalam novel yang belum sempat tamatkan, namun rasanya sakit, kecewa dan marahnya menjadi satu karena ia terlempar ketika mereka berdua akan mengambil mahkotanya bak binatang liar.

Ia sudah berteriak, memohon ampun, namun mereka berdua seakan tuli, mereka tak berhenti bahkan ketika Laila mulai merasakan kehilangan kesadarannya, mereka tetap tidak berhenti.

Laila menyeret kaki kurusnya untuk membuka pintu apartemen, ruangan yang mereka gunakan untuk menghilangkan kehormatannya.

Entah sedang beruntung atau apa Laila tidak kesulitan ketika mencari kunci pintu tersebut.

Sebelum ia pergi, ia kembali menoleh ke belakang, di mana kedua laki-laki yang tengah berbaring itu masih pulas dengan tidurnya.

"Aku benci kalian," lirihnya.

Brak

Laila menutup pintu dengan kencang tanpa menyadari bahwasanya perilakunya itu membuat kedua orang yang tengah tidur itu terbangun dan langsung sadar dengan apa yang terjadi.

"Bangsat!" umpat seorang laki-laki yang memiliki rambut hitam legam.

"Arrghhh!" Laki-laki yang berambut pirang mengacak-acak rambutnya, ia telah merusak masa depannya seorang gadis, padahal orang tuanya telah berpesan agar tidak pernah melakukan itu.

"Kejar bangsat!"

Mendengar umpatan itu, laki-laki berambut pirang langsung memakai pakaian kembali ketika melihat rivalnya telah keluar dari apartemen untuk mengejar perempuan itu, atau mungkin lebih tepat di sebut wanita yang telah mereka renggut mahkotanya.

"Ma-maafin gue," lirihnya ketika melihat bercak darah yang ada di kasur, yang membuktikan bahwasanya ucapan gadis itu benar ketika mengatakan ia masih perawan.

"Maaf."

Hanya kata itu yang bisa ia ucapkan, ia tak sanggup melangkahkan kakinya untuk mengejar wanita itu, karena terlalu terkejut dengan kenyataan yang tengah di hadapinya.

Flashback on.

Saat itu ia melihat seorang gadis yang tengah melayani seorang pria paruh baya yang tengah memesan minuman.

Ia melihat dengan jelas ekspresi risih dari sang gadis, namun di dalam pikirannya, ia berfikir bahwasanya gadis itu risih saat tau orang yang tengah menggodanya itu pria paruh baya yang kurang kaya.

Figuran? Yeah it's me. Where stories live. Discover now