Bab 28 | Apa dia orangnya?

Começar do início
                                    

Laki-laki itu meraih ponsel yang diletakkan di atas meja, lalu menghubungi Arman. Hanya saja sampai deringan ketiga tidak ada sambutan apa pun dari sahabatnya. "Sialan, gue capek-capek kayak gini dia malah enak-enakan tidur," gerutu Azriel.

Diliriknya jam yang sudah menunjukkan pukul tiga pagi, harusnya Daniel sudah sampai di Singapura. Niat yang awalnya ingin menghubungi laki-laki itu mendadak hilang saat teringat jika sahabatnya yang satu ini membutuhkan istirahat lebih. Baru saja ingin mencari orang lain yang bisa dihubungi, chat WhatsApp dari Daniel masuk.

Daniel

Ketemu?
03.14

Belom, nyaris nyerah gue. Capek banget.
03.14

Mas Gus bilang bokap Mbak Mari gak terlibat. Gue gak yakin. Mustahil dia gak dendam sama Nana setelah apa yang dilakuin beberapa waktu lalu. Lagian, siapa lagi yang bisa kita curigain?
03.15

Bener juga, terus kita harus gimana?
03.15

Gue baru inget, ada kamera dashboard. Coba suruh Mas Gus yang periksa, mungkin kita dapet petunjuk. Kalau bokap Mbak Mari terlibat, pasti dia bakal turun juga. Mobilnya cuma satu, kan? Gak ada kemungkinan ganti mobil, kecuali pakai plat palsu.
03.17

Oke, gue kabarin Mas Gus.
03.17

Lo masih di luar?
03.17

Yap
03.17

Pulang! Tidur!
03.18

Iya, ntar gue pulang. Habis ini.
03.18

Chat terakhir darinya hanya dibaca oleh Daniel. Jika dibalas lagi, bisa-bisa mereka tidak selesai sampai pagi menjelang. Lagi pula inti dari percakapan itu sudah tersampaikan. Jadi, sekarang Azriel tinggal menghubungi Gusti untuk menyampaikan pesan Daniel. Ia berharap kali ini tidak ditinggal tidur.

"Ah, thanks, God. Akhirnya, ada yang ngangkat telepon gue," ucap Azriel lega gara-gara Arman tadi sempat tak mengangkat teleponnya.

"Kenapa, Riel?" tanya Gusti di balik telepon.

Awalnya Azriel ragu untuk meminta tolong pada Gusti seperti perintah Daniel, bahkan sempat terlintas ingin menyewa orang lain saja. Hanya laki-laki itu yang bisa dekat dengan keluarga Maria, meskipun ia sudah tahu jika bukan Ferdi pelakunya. Namun, saat membaca chat dari Daniel, ada firasat lain yang mengatakan sedikit banyak pria licik itu terlibat.

"Boleh minta tolong gak, Mas Gus?" tanya Azriel balik.

Cukup lama Gusti tak menjawab pertanyaan Azriel, bahkan cowok itu sempat mengkhawatirkan jika teleponnya ditinggal tidur. Sampai menit ketiga, barulah Gusti kembali menyahut, "Maaf, maaf, tadi lo bilang apa?"

Dahi Azriel mengerut saat suara dentuman musik terdengar dari sambungan telepon. Pastinya bukan di tempat biasa mereka nongkrong karena dari aliran musiknya sudah berbeda. Anak-anak klub jurnalis biasa berkumpul di kafe yang ada live music, bukan suara dugem seperti ini. "Bentar, lo di mana, deh, Mas? Kok, kedengerannya rame?" Tak mungkin Gusti sedang berada di kamarnya, bisa-bisa didatangkan satu kos-an karena membuat keributan di jam orang ingin istirahat.

"Lagi ngumpul sama temen jurusan. Gue gak bisa balik, ada Maria di kamar," jawab Gusti.

Sekarang suaranya sudah tidak seramai tadi, mungkin seniornya itu keluar atau pergi ke toilet agar tak terlalu mengganggu. Azriel sempat menimbang apakah ia harus berbicara dengan Gusti langsung di sana atau tetap lewat ponsel. Namun, niatnya yang ingin menghampiri lenyap saat membayangkan jika Daniel tahu. Pergi ke tempat Gusti berada sekarang, pasti tak hanya membuat Azriel duduk menyesap kopi.

"Boleh minta tolong gak, Mas Gus?" tanya Azriel sekali lagi.

"Minta tolong apa?"

"Cek CCTV mobil bokapnya Mbak Mari. Daniel bilang harusnya mobil orang penting kayak gitu punya kamera dashboard buat jaga-jaga."

"

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.
Two SideOnde as histórias ganham vida. Descobre agora