Bab 28 | Apa dia orangnya?

8 3 0
                                    

Ketukan jari telunjuk memecahkan keheningan di dalam pesawat, entah sudah keberapa kali laki-laki yang menggunakan jaket denim itu menghela napas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketukan jari telunjuk memecahkan keheningan di dalam pesawat, entah sudah keberapa kali laki-laki yang menggunakan jaket denim itu menghela napas. Pada tengah malam di hari itu juga, keluarga Daniel memutuskan berangkat ke Singapura untuk mendapatkan pengobatan. Bahkan, keluarga Revina tidak mengetahui keberangkatan mendadak ini. Hanya Azriel dan Arman yang baru dikabari Daniel.

Pikiran cowok itu terpecah menjadi dua. Di satu sisi memikirkan kondisi mamanya yang memburuk, sementara yang lain mengkhawatirkan Revina. Ia berdecak kesal saat lagi-lagi tak bisa berhenti berpikir di mana dan bagaimana kondisi gadis yang disukainya. Padahal sudah dilaporkan ke polisi, tetapi hasilnya tetap saja belum ditemukan.

Sebelum pesawat lepas landas, Gusti sempat menelponnya dan mengatakan bukan papa Maria yang menculik Revina. Mereka sudah mencari di seluruh rumah, kantor, dan memberanikan diri bertanya langsung. Namun, sepertinya Ferdi menjawab dengan jujur, pria itu tampak tak tahu apa-apa.

"Na, lo di mana, sih? Gue khawatir," gumam laki-laki itu.

Tanpa sadar setetes air matanya menetes, tetapi langsung dihapus dengab kasar. Giginya dikatup rapat agar tidak ada lagi tetesan berikutnya, laki-laki itu merasa campur aduk di dalam perasaannya. Beruntung ia memesan kelas bisnis, setidaknya sedikit lebih berprivasi. Pembatas duduk antara ia dan papanya sudah dinaikkan sejak awal, sehingga Jason tak perlu melihat kondisinya yang sudah seperi orang gila.

Pemberitahuan mereka akan sampai terdengar di seluruh pesawat, Daniel segera mengemaskan barang-barangnya dan mengeluarkan kacamata hitam. Laki-laki itu malu karena matanya masih memerah meski tidak menangis, belum lagi tadi ia sempat tidur saat baru berangkat. Kondisi wajahnya sedang tak sedap dipandang, terlalu lesu dan acak-acakan.

"Kamu langsung ke rumah aja, Niel. Papa mau ke rumah sakit bawa mama. Besok kita gantian. Langsung istirahat, jangan main game atau begadang pokoknya!" perintah Jason pada anak tunggalnya.

"Iya, Pa."

Keluarga Narendra memang memiliki sebuah rumah di sini. Awalnya hanya sekadar iseng untuk mereka melakukan perjalanan ke luar negeri, tetapi lama kelamaan Jason sering mendapat pekerjaan di Singapura sehingga lebih memudahkan daripada harus tinggal di hotel. Sebuah mobil yang tak asing di mata Daniel sudah menunggu di parkiran bandara, sementara orang tuanya langsung naik ambulans untuk pergi ke rumah sakit.

"Mau langsung pulang, Niel?" tanya supir pribadi keluarganya di sini.

Hanya dehaman yang keluar dari mulut Daniel, ia benar-benar sudah lelah. Kepalanya mulai pusing sejak turun dari pesawat, apalagi sudah beberapa hari ini tubuhnya jarang beristirahat. Belum lagi mulai besok laki-laki itu harus bergiliran menjaga mamanya di rumah sakit, pasti akan lebih melelahkan. Akhirnya, ia memejamkan mata setelah mengatur posisi duduk agar lebih nyaman untuk tidur.

"Pak, bangunin kalau udah sampai!"

•°●°•

Selepas kepergian Daniel, Azriel masih melanjutkan pencarian. Namun, saat ini ia sedang beristirahat sebentar di kafe yang buka 24 jam. Ia membutuhkan kafein untuk tetap sadar, lagi pula hampir seluruh daerah sudah dijelajahi dan tidak ada tanda-tanda Revina.

Two SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang