Bab 1 | Ada Pembunuhan?

121 16 11
                                    

Keheningan menyelimuti ruangan berukuran 3 x 5, lima orang yang berada di sana sedikit pun enggan mengeluarkan suara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keheningan menyelimuti ruangan berukuran 3 x 5, lima orang yang berada di sana sedikit pun enggan mengeluarkan suara. Kabar jika klub mereka akan dibubarkan jika tidak ada aktivas membuat dua laki-laki dan tiga perempuan itu mendadak berkumpul, hanya menunggu satu orang lagi yang datang. Selain jarang berpartisipasi dalam kegiatan kampus, klub jurnalis beranggotakan enam orang saja. Sehingga, dekan mengambil tindakan membubarkan klub jurnalis apabila dalam sebulan masih tidak aktif.

Masalahnya, lebih dari sebagian dari mereka sengaja memilih jurnalis karena jarang melakukan kegiatan. Tidak seperti klub lain yang setiap bulan, bahkan ada yang perminggu melakukan acara atau event baik di dalam kampus maupun di luar area kampus. Dalam beberapa tahun ke belakang, klub jurnalis semakin sedikit peminatnya. Teknologi yang sudah maju membuat mahasiswa dan mahasiswi lebih memilih mencari atau mengumumkan sesuatu lewat internet, dibandingkan membaca dari selembaran kertas yang ditimpelkan di mading.

"Gak ada yang punya ide? Seenggaknya harus ada satu hal yang bisa kita lakuin dalam waktu dekat ini," ujar laki-laki yang memiliki usia paling tua di antara mereka, Gusti Arangga. Kerap disapa Mas Gus, ia adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi yang memasuki semester lima.

"Kita gak bisa gunain mading lagi buat cari perhatian anak-anak kampus, sementara Pak Bayu minta kegiatan yang kita lakuin harus menarik lebih dari lima puluh persen total mahasiswa dari semua jurusan. Satu-satunya cara, website klub jurnalis harus diaktifin lagi," usul perempuan berambut pirang sambil menatap ponsel yang berada di genggamannya. Ia terlihat sibuk men-scroll layar yang menampilkan website klub yang terakhir digunakan dua tahun lalu.

Revina Atmadja mengembuskan napas secara kasar, tanda lelah melihat website yang seperti tak pernah ada kehidupan itu. Artikel terakhir yang dipublikasikan hanya mendapat 38 pengunjung dan tidak ada komentar, sementara pembaca terbanyak di satu artikel hanya mencapai angka 95. Jika dihitung secara persentase maka hanya sekitar 3,8 persen, sangat jauh dari target yang wajib dicapai.

Seolah mendapatkan sedikit pencerahan, gadis yang menggunakan kemeja garis-garis menyahuti perkataan Revina. "Permasalahannya, apa yang menarik minat mereka? Kita gak bisa tau kebanyakan mereka suka hal yang gimana. Kalau pun dilakuin survei, pasti butuh waktu lagi. Dari buat pertanyaan, bagiin kertas kuesioner, dan yang lebih penting, bakal diisi atau enggak. Gak mungkin dong kita minta mereka satu persatu ngisi di depan kita langsung, sementara jumlah kita cuma enam orang." Perempuan yang seangkatan dengan Gusti itu memijat pelipisnya karena sudah putus asa mencari cara agar klub jurnalis bisa bertahan, ditambah lagi kegiatan magang juga akan dimulai bulan depan. Sehingga, fokusnya semakin terpecah. Maria Maheswari hanya berharap setidaknya dalam semester ini klub jurnalis tidak dibubarkan.

"Survei online," celetuk Daniel Narendra. Cowok yang tangannya tak henti menekan layar itu menyimak obrolan teman seklubnya sambil bermain game online, ia baru bergabung dengan klub jurnalis sekitar tiga bulan lalu setelah ditendang dari klub sepak bola.

Two SideWhere stories live. Discover now