Bab 6 | Paket?

20 8 3
                                    

Diskusi pada petang kali itu hanya menghasilkan keputusan yang mengambang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Diskusi pada petang kali itu hanya menghasilkan keputusan yang mengambang. Meski mereka menimbang kemungkinan terburuk, tetap saja mengakhiri sesuatu yang sudah dimulai tanpa adanya kejelasan, menimbulkan banyak keganjilan. Belum lagi, sebagian mahasiswa kini sudah berbondong-bondong meminta konfirmasi atas kebenaran kasus dari pihak kampus. Jika klub Jurnalis tidak memberikan informasi akurat, misalnya. Tentu saja selain masalah dibubarkannya klub tersebut, klub Jurnalis juga akan tercoreng nama baiknya.

Selama perjalanan menuju rumah, Revina duduk dibongcengan Daniel dengan bibir terkatup rapat. Obrolan yang Daniel ungkapkan hanya berakhir dengan selewat. Pikirannya dipenuhi berbagai praduga, dan itu tidaklah nyaman! Apalagi sikap diam Maria, makin menimbulkan tanda tanya. Perempuan itu sulit sekali untuk dihubungi.

Mas Gus aja udah ditolak, apalagi gue yang cuma sekedar anak bawang?!

“Na!”

“Revina Atmadja!”

Revina tersentak, dia refleks meninju bahu Daniel. “Apa?!” sahutnya galak. “Lo ngagetin gue tahu!”

Daniel kesulitan untuk berbalik. Dia harus fokus pada kemudi motornya jika tidak ingin nyawa mereka 'pergi' sia-sia. Lantas dia hanya melirik lewat kaca spion. “Habisan dari tadi bengong mulu. Kesambet baru tahu rasa lo!”

“Lo ngajak ribut ya?”

“Nggak. Cuma mau mastiin nyawa lo masih aman.”

Ucapan Daniel yang mengarah pada topik nyawa manusia, entah kenapa membuat Revina jadi tidak nyaman. Ingatannya langsung tertuju pada nasib dosen yang jadi perbincangan di kampus.

Muka mendung Revina tertangkap lewat kaca spion. Daniel menghela napasnya. “Tuh, kan! Lo ngelamunin apaan lagi?”

“Pak Gilang, Niel.” Suara gadis itu terdengar parau dan putus asa. Revina menempelkan pipinya pada punggung Daniel yang tampak lebar baginya untuk berkeluh kesah. “Gue masih nggak nyangka bakalan kehilangan dia secepat ini. Lo juga pasti tahu, kan? Perasaan gue ini, Niel....”

Daniel membiarkan Revina mengeluarkan unek-unek yang selama ini, gadis itu tahan mati-matian selepas mendengarkan berita nahas tersebut. Selain kampus yang berduka, Jurusan Manajemen adalah yang paling menderita.

Apalagi Revina  ... gadis itu, selain harus kehilangan sosok dosen favoritnya, juga harus merelakan hilangnya seseorang yang selama ini dia kagumi. Bahkan Daniel asumsikan, Revina sudah pada tahap mencintai sang dosen. Walaupun hanya bertepuk sebelah tangan. Seperti nasib cintanya. Gadis itu dengan gigih mampu menjalankan hari-harinya dengan baik.

“Selama gue bisa lihat, meski harus mengamatinya dari jauh, dan ada jarak status dosen-mahasiswa, ” Waktu itu perkataan Revina sangat tulus saat dia tahu kalau sang dosen hendak bertunangan beberapa bulan lagi. Padahal sejak awal, Revina memberanikan diri mengungkapkan perasaannya. Meski harus berakhir dengan cinta sepihak saja. “Selagi dia masih ada di bumi yang sama, menghirup udara yang sama, meski bahagia dia bukan bareng gue, itu udah cukup.”

Two SideWhere stories live. Discover now