Bonus Chapter (Part 3)

3.4K 443 14
                                    

Sudah cukup lama, sejak saat itu. Saat dunia sedang memilih untuk kejam, saat kelabu suram menyelimuti keluarga Aldenio.

Perlahan, waktu yang membuat terbiasa, kesempatan baru untuk mengisi lembaran esok membuat kelabu suram mulai mengijinkan cahaya mengisi celah untuk kembali masuk pada dunia mereka. Mereka paham, kelabu suram yang datang akan tinggal sementara untuk memberikan waktu istirahat sebelum kembali mengisi lembaran baru.

Juna tersenyum melihat sahabatnya melambai dari kejauhan. Yoga, sahabatnya itu telah menjadi seorang pembisnis. Cita-citanya yang dulu tersampaikan. Waktunya terisi dengan kesibukan. Sudah cukup lama Juna tak bertemu sahabatnya secara langsung, interaksi mereka hanya dapat dilakukan dengan media penghubung saat sedang berjarak.

Kali ini, ia diberikan kesempatan untuk bertemu sang sahabat.

Sambil menunggu sahabatnya itu sampai ditempatnya. Juna memberi tanda pada jurnal kecil miliknya.

"Kenapa kita bertemu disini?"

Pada akhirnya suara sang sahabat sampai dan mengambil alih pandangan Juna, dilihatnya Yoga telah bersandar dan duduk disebelah. Bukannya menanggapi, Juna malah memberikan Jurnal kecilnya tadi pada Yoga.

Memang, Yoga menerima nya namun sambil melemparkan pandangan bingung.

"Isikan untukku nanti." Ucapan Juna membuat Yoga semakin penasaran dan perlahan ia membuka jurnal tersebut tapi Juna mencegah, "nanti, bukan sekarang."

"Gak boleh dibuka?" padahal, Yoga sangat penasaran tapi pertanyaannya hanya ditanggapi dengan gelengan kepala Juna, yang artinya tidak boleh, "buka nya nanti, kalau udah waktunya."

"Kenapa diberikan padaku?"

"Karena, kau yang akan mengisinya."

Yoga menggeleng tak percaya dengan jawaban sang sahabat yang memang tak asing lagi namun tetap saja tak terduga, "ya aku tau, kau menyuruhku mengisinya, tapi kenapa aku? dan buat apa, sedangkan aku tak tau isinya."

Juna tertawa pelan, sambil ia ikut menyandarkan punggung pada pohon besar, temannya sejak tadi ia melukis, "hidup itu penuh kejutan, jangan terlalu banyak bertanya, nikmati saja kejutannya." ia terdiam sejenak, "yah tapi karena kau memaksa, jawabannya, karena hanya kau yang bisa mengisinya. Bahkan aku sendiri tak bisa mengisinya, isi di dalamnya terlalu sulit untuk ku tentukan. Biarlah nanti kau yang menentukannya, saat sudah waktunya."

Jadi, apakah Yoha datang jauh-jauh kesini hanya untuk sekedar menerima seutas buku jurnal? atau menemani sang sahabat sambil bercanda dan mengitari cerita dari kisah mereka? Yoga rasa, pertanyaannya tak perlu jawaban walaupun ia masih menyatukan kedua alisnya bingung, karena begitulah Juna. Sahabat seperjuangannya dulu itu, tetap sama. Sementara Juna hanya menanggapi dengan senyum tipis, "nanti kau akan tau, sekarang jangan dipikirkan, kau harus menghabiskan waktu denganku."

◆◆◆◆◆

Di bawah sinar rembulan yang sudah mulai memancar, Jeff bingung karena tiba-tiba salah satu dari si kembar menghentikan perjalanan pada suatu tempat. Jerian menunjuk satu rumah di dalam sebuah perumahan, namun tak pernah-pernah Jerian mengajaknya kesini, ini pertama kalinya. Bahkan walaupun saat pertukaran waktu jaga dengan Vivian-saat giliran Jeff bersama Jerian- Jeff paling hanya akan mengantar sang anak berkuliah, atau sesekali mengunjungi temannya untuk mencari hiburan, waktu Jerian banyak terambil karena pendidikannya yang cukup sulit. Dalam kata lain, anaknya yang satu itu lebih banyak menghabiskan waktu belajar.

Berbeda saat bersama Jovan yang menekuni bidang basket, Jeff lebih sering berinteraksi timbal balik. Ia bak benar-benar merasakan rasanya sebagai ayah karena Jovan yang akan selalu bercerita tentang kesehariannya dan tampak berketergantungan dengan kehadirannya. Bukannya Jerian tak begitu, tentu saja mereka punya waktu untuk dihabiskan berdua namun mereka pun cukup sadar mana yang menjadi prioritas sehingga Jeff pun ikut memaklumi.

Lamunan dibawah terang bulan itu di sadarkan setelah beberapa saat Jerian membawa tiga orang pemuda keluar dari rumah dengan wajah berseri. Sesaat kemudian suara mereka menyapa telinga, tiga pemuda tersebut tampak bahagia melihat kehadiran mereka.

Dibelakang, Jovan kepalang senang, sampai tak sadar perubahan tingkahnya sedikit drastis. Tiba-tiba, ia membuka pintu mobil dan menghampiri ketiganya disana, "Hendera? Malvin?!"

Ah, Jeff jadi paham. Dikejauhan terlihat bagaimana sekumpulan mereka nampaknya pun saling melampiaskan rasa rindu. Disitu, Jeff tersenyum, mengalun nostalgia lagi hum? Gumam batinnya.

Disisi lain, Jerian menunggu sampai sang kembaran selesai melepas kerinduannya.

"Padahal, adik kelasnya juga disini."

Jovan menoleh, ternyata mantan adik kelasnya itu juga ingin diberikan peluk rindu. Segera ia menarik Charles dan memeluknya namun cepat-cepat Charles menepis, "Ka-kak, sesek ini mah. Bukan pelukan ini namanya. Tolong...."

Rintihan Charles menjadi lelucon pengundang tawa disitu. Pada akhirnya, Jovan melepas peluknya dan mengusak rambut mantan adik kelasnya itu, "jadi, kenapa kalian disini?"

Yang barusan diusak kepalanya mencibir, "Charles memang disini, masih jadi adik tingkat kak Jerian."

"Oh ya?" Jovan menatap antusias, "serius kamu?"

"Ya serius lah!" Protes Charles , "cita-cita Charles udah berubah sejak dulu, jadi pengen ngikutin jejak sepupu-sepupu yang lain. Menolong orang yang membutuhkan itu menyenangkan."

Tak sempat Charles melanjutkan kata-katanya lagi, dua lainnya yang disana merangkul Charles dengan sengaja, "Yeuuu, fokus dulu baru pamer. Belum tentu lulus juga."

"Kak, kok gitu?!"

Suasana menjadi semakin lucu karena Charles yang melotot tak terima. Sifat seorang kakak yang suka jahil ternyata tetap menempel.

"Terus gimana dengan kalian?" Jovan langsung mengalihkan dengan bertanya pada Malvin dan Hendera, kedua sahabat yang lama tak berjumpa.

"Aku yang mengajak mereka kesini," sahutan lain mengambil atensi mereka, Jerian angkat bicara ternyata, "untuk merayakan tahun baru bersama. Mereka datang lebih dulu, dan menginap bersama Charles sementara waktu disini sambil menunggu kedatangan kalian."

Ah, Jovan paham. Ucapan Jerian dicungi kebenarannya oleh yang lain. perasaan Jeff dari kejauhan juga ikut menghangat.

"Jian, acara tahun baru kali ini lengkap, Jian mau ikut merayakan, 'kan?" hanya gumaman kecil yang dapat Jeff panjatkan sambil menatap sinar rembulan. Berharap, suara kecilnya terbawa sinar dan terdengar sampai ke telinga anak bungsu yang sedang memantau dari atas sana. 

◆◆◆◆◆

"Jadi, terhitung sudah hampir dari setahun kau tak bisa mengunjungi Jovan?"

Sesi cerita antara dua sahabat lama benar-benar intens. Dimulai dari yang kegiatan hidup, sampai keluh kesah di masa-masa produktif.

"Karena Jerian melarang ya?" lanjut Yoga lagi.

Juna mengangguk, tak berniat membalas dengan sebuah ucapan, "yang ku takutkan hanya—"

"Takut Jovan mengira kau pilih kasih?" sungguh ironi jika itu benar-benar menjadi sebuah ketakutan Juna sampai bahkan membuat Yoga geleng-geleng kepala, "tidak mungkin dan tidak akan, semua pasti sudah belajar dari masa lalu. Yakin, Jovan pasti mengerti."

Lekukan bibir Juna terukir, "aku merindukannya. Dia pasti juga merindukan ku."

"Adikmu sudah besar, you really did a great job, Juna...." rasa bangga yang Yoga ungkapkan benar-benar nyata.

Juna memilih untuk fokus pada keluarga selain bekerja meneruskan perusahaan ayahnya, anak sulung itu bahkan benar-benar membagi waktunya sangat baik. Si kembar yang terpisah karena perbedaan tujuan hidup membuat Juna tak mengurangi perhatiannya.

Yoga ingat sekali bagaimana keluarga Aldenio itu mulai terbuka, walau mungkin mereka tak lagi utuh. Juna akan selalu membagi waktunya, bersama Jerian dan juga Jovan,  bahkan ditempat yang berbeda sekalipun. Begitupula kedua orangtuanya yang akan bergantian.

Masa-masa transisi adalah yang paling sulit. Itu adalah tahap dimana banyak yang tak yakin dengan tujuan hidup yang mereka pilih, ragu pada diri sendiri dan lain hal. Tapi atensi Juna dan dukungan keluarga membuat si kembar tak merasakannya.

Sebuah pencapaian yang Yoga banggakan dari Juna. 

"Yoga, menurutmu apa salah jika aku juga merindukan Jian?"



Pelukan Untuk JianWhere stories live. Discover now