◆Part 30 : Home◆

20.9K 3.6K 236
                                    

"𝑬𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔, 𝒇𝒆𝒆𝒍 𝒅𝒆𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒊𝒏 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔"

Happy reading

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Jika ini mimpi, bangunkan aku nanti, aku masih ingin seperti ini.

Hal pertama yang Remaja itu lihat saat bangun dari tidurnya adalah— wajah cantik mamanya tertidur di sampingnya dan sang Ayah tertidur di sebelahnya bersandar duduk dengan dinding. Mereka masih tertidur.

Jian merasa lebih baik dari kemarin, hari ini entah kenapa dia terbangun lebih awal dan kemudian mendapatkan pemandangan yang tak biasanya terjadi. Bahkan, ia dapat melihat jelas, kakak kembarnya tertidur di atas sofa tepat di depannya.

Ia tersenyum, air matanya jatuh begitu saja. Apakah sekarang dia menjadi bagian dari keluarga ini? Tiba-tiba saja setelah bangun, Jian dapat melihat jelas, mereka semua berada di ruangannya, tertidur, menunggunya bukan? Dan sekali lagi, ini bukan mimpi kan?

Jian menyeka air matanya. Lantas, dia baru menyadari ada yang kurang di sana. Kakaknya, Juna, kemana dia? Apakah dia bangun pagi-pagi sekali atau memang tidak tidur disini menemaninya?

Tiba-tiba Jian dapat merasakan pergerakan kecil di sebelahnya.

Vivian menggeliat pelan, membuat badannya kembali duduk pada kursi, mencoba merenggangkan semua badannya yang kini terasa sakit. Matanya pun rasanya masih berat karena dihabiskan dengan menangis kemudian dia mengucek matanya dan mencoba mendapatkan kesadarannya kembali. Instingnya pun berkata bahwa sudah waktu untuknya bangun.

Segera setelah Vivian membuka mata. Dengan jelas ia melihat wajah Jian di depannya.

"Mama...."

Vivian baru saja bangun dengan matanya yang bengkak, kemudian perasaannya memaksa lagi untuk menangis. Menangis, karena remaja di depannya, bangun dan kemudian memanggilnya Mama, panggilan yang sangat tidak pantas untuknya.

Dan pada akhirnya, Vivian dapat melihat dengan jelas, Jian di depannya, bergerak dan kemudian berbicara padanya setelah berhari-hari merasa putus asa.

Cepat-cepat Vivian memeluk Jian, "Anak Mama...." Vivian sedikit terisak, Jian bahkan tersentak kecil karena Vivian tiba-tiba memeluknya, mengelus pelan puncak kepalanya dan punggungnya, memeluknya dengan erat hingga rasa hangat kian terasa.

Isakan kecil Vivian membangunkan seisi ruangan, Jeff beserta Jovan dan Jerian terbangun. Mereka berusaha menahan diri untuk sementara dan membiarkan sang Ibu puas memeluk anak bungsunya.

Jian tersenyum kecil. Benar ternyata, rasanya dia sudah menjadi bagian dari keluarga dan rasanya sehangat ini, pelukan ini, isakan kecil itu, semua yang diterimanya pagi ini, terasa sangat nyata. Rasanya hangat dan menyenangkan, perasaannya tidak pernah setenang ini.

Ia dapat merasakan detak jantung Vivian menderu bertabrakan dengan miliknya. Isakan sang Ibu seakan membuktikan betapa lama wanita itu menunggu, menunggu dirinya untuk bangun.

Pelukannya terasa sangat hangat, Jian meletakan kepalanya pada bahu Vivian, membalas pelukannya dan mengeratkan nya, hal yang selalu ia ingin rasakan.

Saat ini, Jian bahkan tidak memikirkan apapun selain menghabiskan waktu dengan salah satu impiannya.

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

"Adikmu sudah menunggu dari tadi"

Pelukan Untuk JianWhere stories live. Discover now