◆Part 34 : Spend our day◆

18.1K 3.4K 313
                                    

"𝑬𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔, 𝒇𝒆𝒆𝒍 𝒅𝒆𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒊𝒏 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔"

Happy reading

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Keluarga yang baik dimulai dengan cinta, dibangun dengan kasih sayang, dan dipelihara dengan kesetiaan. Sayangnya, Jian merasa keluarganya hanya sampai di tahap kedua kemudian hancur di tahap ketiga.

Jian kecil yang dulu selalu bertanya-tanya, apa yang terjadi? Kenapa Mama tidak seperti mama yang lain? Kenapa papa jarang dirumah? Kenapa kakaknya membencinya? Dan seiring berjalannya waktu, Jian paham, sangat paham apa yang terjadi pada keluarganya.

Tidak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya untuk membenci keluarga yang dulu membencinya. Baginya, memiliki keluarga adalah sebuah anugrah, dilahirkan dalam keluarga adalah sebuah takdir. Walau terkadang dirinya sempat lelah, namun terlintas dalam pikirannya untuk mencoba dan menikmati hangatnya keluarga kembali mengunggah semangat nya.

Entah itu memakan waktu sebulan, setahun atau sampai tua nanti—Jian hanya yakin, bahwa keluarga akan tetap menjadi keluarga. Dan dirinya hampir tak percaya, itu terkabul dengan cepat. Tak ada pilihan memberikan kesempatan kedua atau ketiga, baginya kesempatan itu akan selalu ada untuk mereka.

Karena pada dasarnya setiap orang sadar bahwa bukan soal kemewahan, tapi keluarga yang utuh jauh lebih membahagiakan.

Dan kali ini, Jian menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan bersama kakak kembarnya. Pertanyaan dalam pikirannya seperti mengebul hendak minta dikeluarkan. Namun Jian menahannya hanya untuk sekedar bisa menikmati harinya yang mulai menghangat sebelum kebahagiaannya kembali direnggut dengan kenyataan.

Kenyataan yang sebenarnya membangunkannya dalam mimpi.

Ya, semua ini terlalu cepat hingga ia merasa ia masuk kedalam mimpi terlalu jauh, tapi semua terasa nyata. Dia bisa memeluk mamanya yang dulu selalu menolak untuk berbagi. Dia bisa melihat papanya datang mengkhawatirkannya yang dulu bahkan tidak pernah sedikitpun meliriknya dan sekarang dia bisa melihat dengan jelas kedua kakaknya membawanya pergi, menikmati sore hari.

"Nah, kita sampai." Jovan memecah keheningan dengan memberhentikan mobil di lapangan parkir. Jian pun tampak tak asing dengan sekitarnya. Lapangan parkir yang luas ini berbatasan langsung dengan lapangan basket di sekolahnya.

Dan saat turun, Seseorang melambaikan tangan sambil sedikit melompat saat melihat Jian turun dan mulai didorong dengan kursi rodanya menuju lapangan, "Hallo Kak Jov! Kak Jer! Jian!"

Jian memekik senang melihat Charles di tengah lapangan menyapa kehadirannya.

Tak hanya itu, ada Malvin dan Hendra, dua kakak kelas yang selalu baik padanya pun ikut menunggu.

Dikarenakan Jian yang menolak untuk ke rumah sakit dalam waktu dekat, keluar rumah pun Jian harus tetap membawa kursi roda dan beberapa peralatan medis praktis untuk sekedar berjaga-jaga.

Jerian membawa Jian ke tepi lapangan sebelum menghampiri yang lainnya di tengah lapangan.

Jian memantau dari jauh, sepertinya hari ini Jian dapat menikmati permainan basket kakaknya secara gratis!! Walaupun dulu pun sebenarnya ia bisa hanya saja kali ini Jian dapat berteriak dengan bebas, menyatakan bangga karena yang bermain di lapangan nanti adalah kakaknya!— hal yang selalu Jian ingin lakukan ketika melihat kakaknya bermain.

Setelah beberapa saat, mereka tampak mengatur formasi. Jian bahkan membenarkan duduknya dan siap menjadi pendukung sebelum Jovan menghampirinya.

"Kakak gak ikut main?"

Pelukan Untuk JianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang