◆Part 2 : Juna◆

37K 4.7K 242
                                    

"𝑬𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔, 𝒇𝒆𝒆𝒍 𝒅𝒆𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒊𝒏 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔"

Happy reading

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

"Mamaaaa jangan ma...."

"Ma jangan!"

"Maa...."

-

"Juna!" setelah 4 kali goncangan, baru pria yang kini mengatur nafasnya sadar bahwa dirinya terlalu jauh masuk ke dalam mimpi.

"Thanks...." Dengan keringat dingin dan dada turun naik, Ia mengucapkan terimakasih pada orang yang membantu membangunkan dirinya.

"Mimpi buruk lagi?"

Ya, sang korban mimpi buruk hanya bisa mengangguk pelan sambil terus memegang dadanya dan mengatur jalan keluar masuknya oksigen pada pernapasan nya.

"Sudah 5 kali."

"Apa?"

"Kau mendapatkan mimpi buruk. Sepertinya kau rindu rumah ya? kenapa tidak pulang saja?"

Yang ditanya menggeleng, "belum bisa, aku kan harus menyelesaikan kuliah dulu, baru aku bisa pulang-" lirihnya sambil menunduk, "walaupun aku rindu...."

"Kau kan bisa ambil cuti sebentar. Aku kasihan melihatmu terus menangis dalam tidur, Juna ...."

Pria bernama Juna itu terkekeh pelan, "nanti kau merindukan roommate asrama mu, Yoga."

"Ya Ampun, aku kan bisa ikut cuti. Kita kan bisa pulang ke kota kelahiran bersama."

Juna tertawa pelan, beruntung di negara orang seperti ini, Juna masih dapat menemukan teman seperjuangan. Setidaknya memiliki teman berbagi keluh kesah. Yap, ia adalah Juna, Juna Aldenio. Sulungnya keluarga Aldenio yang memang sering di bangga-banggakan karena kecerdasannya.

"Tenang saja, sebentar lagi kan lulus, malah mungkin tinggal menghitung hari dan janjimu pada papamu sudah ditepati, kemudian kau bisa membawa adikmu tinggal bersamamu." Yoga tersenyum sambil mengusap punggung temannya.

"Kalau begitu, kita tidak membutuhkan cuti dong...." Elak Juna sambil tertawa kecil dan hanya dibalas cengiran kecil oleh Yoga. Menjadi seorang mahasiswa di negri orang ditambah sekarang sedang berada di semester terakhir memang menjadi beban yang sangat menyulitkan. Istirahat hampir saja menjadi langka, jika pun ada ya seperti tadi, dihantui berbagai mimpi buruk. Hanya saja kali ini lebih sering.

"Sekarang jam berapa?"

"Ehm," Yoga mencoba melihat jam di laptopnya yang berada terbuka lebar di atas meja, "2.40, subuh. Berarti di Indonesia 2.40 siang, itu jam Jian pulang sekolah." Juna menopang dagunya, "aku mau menghubungi Jian."

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

"Jovan! Jerian!"

Tempat parkiran begitu sepi, bisa dibilang mereka agak terlambat untuk pulang tapi itulah tujuannya supaya tidak mendengar kebisingan, jadi tidak mungkin sumber suara yang kini memanggil si kembar tidak terdengar.

Si kembar yang baru saja akan menaiki mobil hitamnya membalikan badannya setelah mengenal suara tersebut. Namun itu tak berlangsung lama saat melihat seseorang berjalan sedikit lambat dengan tangan yang ditarik oleh sumber suara yang dikenali si kembar, Malvin dan Hendra. Mereka yang sempat membuat ceramah di pagi hari.

Pelukan Untuk JianWhere stories live. Discover now