(little surprise) Spin off : Bagian 4 (wisata kamar)

7.8K 1K 56
                                    

Juna baru saja kembali ke kamarnya, dengan segelas susu ditangan. Matanya menangkap sang adik duduk manis di depan jendela. Yang lebih tua pun hanya bisa tersenyum tipis, "Jian?"

Yang dipanggil berbalik, matanya mengerjap pelan kemudian membentuk seperti bulan sabit,  Ia tersenyum melihat sang kakak datang dengan segelas susu permintaannya.

"Sedang apa?" Juna menghampiri. Yang lebih muda mengambil segelas susu yang sudah sang kakak ambil sambil mengisyaratkan Juna untuk melihat apa yang sedang dilihatnya.

Yang Juna tangkap, sang adik pasti sedang memperhatikan Vivian berserta kedua adik kembarnya menikmati malam dengan daging pangang dibelakang rumah. Kegiatan yang tadi sempat dilontarkan untuknya.

"Jian mau juga?" Adiknya mengangguk pelan sambil terus memandangi, "Jian gak bisa kan ya seperti itu dengan Mama?"

Yang lebih tua terdiam, berpikir untuk menjawab namun akan kah kebohingan lebih menyakitkan?

"Nanti lakukan dengan kakak." Entah menjawab atau berusaha menghindari pernyataan sang adik.

"Jadi benar, hanya berdua, tidak dengan mama atau papa atau dengan kak Jovan Dan Jerian." Jian tersenyum tipis, Juna ingin membatah namun yang dilihat dari sang adik hanyalah tatapan nanar,  tampak sejuta harapan ia pendam. Namun Juna tak ingin menghancurkan harapan itu dengan kebohongan.

"Terlihat menyenangkan...." Lanjut Jian.

Juna menghela nafas,  "kita juga bisa berpesta disini." setelahnya Juna pergi, membuat Jian berbalik,  penasaran dengan apa yang akan dilakukan sang kakak.

Dilihatnya, sang kakak membuka laci meja belajar, lalu membuka lemarinya, mata Jian sontak berbinar ketika yang dikeluarkan adalah beberapa cemilan ringan dan dari dalam lemari dikeluarkan proyektor mini. Namun tak sampai disitu, Juna membuka lagi laci di bawah meja belajar dan mengeluarkan benda yang asing bagi Jian.

Langkah pertama yang dilakukan Juna ialah mematikan lampu kamar, kemudian mencolokkan benda asing itu dan menekan tombolnya. Ruangan yang tadinya gelap, menjadi penuh dengan cahaya campuran warna hijau dan biru di langit-langit kamarnya. Mata Jian berbinar,  kamar sang kakak menjadi lebih indah.

"Lampu ini baru saja datang setelah dipesan. Tadinya kakak memikirkan kapan waktu yang tepat untuk menyalakannya, tapi lihat, sekarang sudah dinyalakan." Juna tersenyum menjelaskan. Sang adik begitu antusias melihat ruangan kini lebih berwarna.

Setelahnya, Juna mengambil proyektor dan menghidupkannya,  "sini,  kita juga bisa bikin wisata kita sendiri disini."

Andaikan kata terimakasih itu berbentuk, mungkin saja kamar Juna akan penuh dengan bentukan dari kata tersebut. Karena kali ini,  Jian bahkan sudah tak dapat menghitung harus berapa kali ia berterimakasih dengan sang kakak.

Kakak yang selalu berusaha membuatnya bahagia, selalu berusaha membuatnya tertawa, yang pula selalu ada untuknya.

Disaat hatinya mengeluh perihal sang ibu atau yang lain tentang mengapa mereka begitu sang ingin menjauhi Jian, Jian harusnya lebih bersyukur karena keberadaan sang kakak bahkan lebih dari cukup.

Jika ada hari esok, Jian hanya ingin,  semua dunianya ditulis penuh tentang dia dan sang kakak.

+++++++

Author's note :

HAI, pada kaget ya? 
Aku terharu banget, akhir-akhir ini pembaca 'pelukan untuk jian' bertambah.

Dan aku lihatin kok komenan kalian, di tiktok atau pun wp. Untuk itu, ini adalah hadiah kecil buat kalian!! 

Dan mungkin sedikit—pemanasan? 😃😬 hahahaha, pemanasan buat apa yaa?  (Kalian merasa aneh gak nih dengan judulnya? 🤫)

Aku disini, cuman minta doanya aja. Tujuan aku adalah membuat kalian merasa senang hanya dengan membaca ceritaku. Masih banyak banget kekurangan aku dalam cerita ini, oleh sebab itu, masih banyak yang ingin aku perbaiki.

Sabar-sabar ya nunggu kabar baiknya ❤️

Pelukan Untuk JianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang