◆Part 23 : Pain◆

25.5K 3.9K 399
                                    

"𝑬𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔, 𝒇𝒆𝒆𝒍 𝒅𝒆𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒊𝒏 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔"

Happy reading

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Warn!  Ada banyak mengandung kata kasar

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

"Juna!!"

Pagi itu, pagi kedua yang sulit. Matahari belum lama terbangun, tapi Juna merasa sudah kehabisan sebagian jiwanya. Tenaga milik Juna terkuras habis. Kemarin sejak adiknya dinyatakan kritis karena membutuhkan tambahan untuk cuci darah, bahkan sudah dua hari lamanya masih belum ada kabar soal persediaan darah. Juna benar-benar dibuat tak bisa tidur, seharian dan semalaman hanya bisa merapalkan doa sambil melihat adiknya dari jauh. Beberapa kali pula Juna dapat melihat satu persatu keluarganya sesekali datang melihat Jian, namun setelah Juna kembali mereka seolah tau dan langsung pergi kala melihat Juna.

Juna tak bisa berpikir apapun sekarang selain berfokus pada Jian. Namun, panggilan yang menggema di seluruh koridor dengan namanya membangkitkan Juna mencari ke arah sumber suara.

"Yoga!"

Sungguh! Rasanya bahagia! Seperti mendapatkan kembali sisa tenaganya, Juna menghampiri sang sumber suara. Memberikannya pelukan rindu, menghirup aroma khas nya. Semua itu, tersimpan di memorinya sebelum keadaan disekitarnya sepenuhnya menjadi gelap.

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

"Seorang Juna bisa runtuh juga," Yoga menatap sendu sang sahabat yang tengah terbaring menutup matanya, "apa yang sebenarnya terjadi disini kak Kevin?"

Kevin menghela nafasnya setelah memeriksa cairan infus yang tengah mengalir menuju pembuluh darah Juna. Ya, Juna pingsan tepat saat berpelukan dengan Yoga sahabatnya. Seperti melepaskan beban-beban di punggungnya.

"Aku hanya tau tentang kabar kecelakaan Jian. Saat Juna menghubungi ku soal itu, aku langsung memesan tiket untuk pulang kesini."

Pantas saja Kevin melihat Yoga menyusuri lorong dengan koper besarnya. Kejadian di depannya ini sangat mengharukan, betapa beruntung Juna memiliki Yoga, pagi ini Juna seakan melepas semua bebannya saat melihat Yoga.

"Dia tidak tidur atau bahkan mengisi perutnya, emosinya terkuras habis."

"Karena kecelakaan Jian?" Yoga masih belum sepenuhnya mengerti, Ia tahu Juna menyayangi adiknya dan pasti berita kecelakaan sang adik membuatnya terpukul. Tetapi jika sampai harus mengeluarkan emosinya hingga terkuras habis— itu benar-benar bukan Juna. Yoga tahu sahabatnya begitu realistis, ia tak akan melupakan kesehatannya sendiri atau sampai diluar kendali karena takdir yang terjadi.

"Jian kecelakaan karena menyelamatkan kakaknya." Yoga menghela nafasnya, pantas saja sahabatnya sampai terlampau emosi.

"Dan kini Jian hanya memiliki satu ginjal, itu pun keadaan ginjalnya sudah hampir rusak." Yoga tercengang, rahangnya mengeras, "maksudnya, Jian kehilangan ginjalnya yang satu lagi?!"

"Ada bekas jahitan di tubuhnya. Kemungkinan dia melakukan donor ginjal sebelumnya."

"Donor ginjal?!" Yoga terbelalak, "umurnya kan belum cukup?!" kali ini Yoga pun tidak bisa menyembunyikan emosinya.

"Kemungkinan kecocokan ginjal nya sangat tinggi sehingga menjadi pertimbangan besar dan tentu saja—" Kevin menggantung kalimatnya, "uang."

"Uang? apa Jian memerlukan uang?"

Pelukan Untuk JianWhere stories live. Discover now