◆Part 7 : Sick◆

25.5K 3.9K 237
                                    

"𝑬𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔, 𝒇𝒆𝒆𝒍 𝒅𝒆𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒊𝒏 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔"

Happy reading

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Seminggu lebih berlalu. Jovan dan Jerian yang diberi waktu beristirahat selama seminggu lebih sekarang waktunya memasuki sekolah seperti biasa dan menghadapi kenyataan dengan ujian semakin dekat di depan mata.

"Masih panas Jer. 38 derajat." Wajah cemas Jovan tidak bisa dipungkiri melihat kembarannya pagi ini menggigil di bawah selimut dan ternyata mengalami demam. Niat Jovan pada awalnya adalah memanggil sang ibu, tapi yang dicari tidak berada di tempat. Jovan dan Jerian termasuk tipe remaja yang jarang sakit. Oleh karena itu saat sakit begini keduanya pun bingung harus apa, Jerian juga paling tidak suka rumah sakit.

"Gapapa Jov, tunggu mama datang aja. Aku dirumah istirahat, kau pergi saja ke sekolah.... " Lirih pelan Jerian. Sebagai anak kembar, Jovan tentu dapat merasakan hal yang Jerian rasakan. Khususnya pada saat Jerian datang terlambat latihan karena berurusan dengan Yohan, Jovan sudah mendapatkan perasaan tidak mengenakkan dan segera pulang. Betapa kagetnya melihat wajah kembaran dipenuhi lebam biru. Sempat ingin membalas namun Jerian menahannya.

"Atau aku disini saja menemanimu?"

Jerian menggeleng, "nanti jika kau juga tak masuk, kita berdua akan tertinggal materi."

Benar juga, kalau Jovan masuk setidaknya sepulang sekolah dapat memberikan materinya pada Jerian . Dengan berat hati Jovan menghela nafasnya dan berdiri dari duduknya, "baiklah, kalau ada apa-apa segera hubungi aku."

Jerian mengangguk pelan dengan mata yang sedikit tertutup. Jovan berlalu keluar dan segera memasuki mobil, dirinya hampir terlambat.

Selang 5 menit berlalu, Jian memberanikan keluar dari tempat persembunyiannya, wajahnya heran karena hanya ada Jovan yang berangkat. Jian yang hanya bermodalkan ransel punggung memasuki rumah dengan pelan. Sangat sepi. Entah angin dari mana, hal pertama yang Jian tuju adalah kamar kakak kembarnya.

"Argh.... " Langkah Jian terhenti, Ia terlihat memegangi perutnya menahan rasa sakit, "pelan-pelan Jian.... " Jian mencoba menasehati dirinya sendiri. Dengan tertatih-tatih dirinya berjalan menuju kamar kakak kembarnya. Dibukanya pelan pintu kamar kakaknya dan mendapati salah satu dari kakak kembarnya terbaring diatas ranjang, "kak Jerian?"

Sudah bisa Jian rasakan, perasaannya tak baik-baik saja saat masuk ke dalam rumah. Terbukti, kini Ia melihat kakaknya terbaring lemah diatas kasur. Jian meletakan ransel nya diatas sofa kamar milik si kembar. Ia menghampiri Jerian walau dengan sedikit tertatih-tatih.

"Kak?"

Tak ada balasan. Yang dapat Jian dengar hanya lenguhan pelan milik sang kakak, keringatnya bercucuran namun badannya menggigil. Jian meletakan punggung tangannya di bagian kening sang kakak, "Panas...."

Dengan segera Ia keluar dari kamar, bergegas mengambil kain bersih dan baskom berisi air hangat kemudian kembali ke kamar sang kakak. Walau dengan satu tangan yang masih memegangi perutnya, Jian tetap telaten mengompres Jerian. Sedikit demi sedikit Jerian sudah mulai tidur dengan tenang.

"Kenapa bisa sakit sih kak?" Jian menggeleng pelan. Karena dirinya tahu kakaknya itu jarang sekali sakit. Dengan perasaan yang enggan beranjak dari sana, perhatian Jian teralihkan pada piala besar yang terletak diatas meja belajar, tampaknya masih sangat baru. Tanpa sadar Jian mengulum senyuman tipis, "pasti papa dan mama bangga sekali."

Pelukan Untuk JianWhere stories live. Discover now