◆Part 38 : Come true◆

19K 2.9K 223
                                    

"𝑬𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔, 𝒇𝒆𝒆𝒍 𝒅𝒆𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒊𝒏 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔"

Happy reading

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Song recommendation
Florian bur - to my world piano

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Tarikan tipis membentuk senyuman di pipi Jian. Remaja itu berjalan penuh semangat menyusuri jalan setapak penuh dengan berbagai bunga. Sekelilingnya dipenuhi warna hijau yang memanjakan mata.

Tempat yang tak asing ini didatanginya lagi. Untuk yang kedua kalinya.

"Kita bertemu lagi...."

Jian menengadah, suara indah itu tak berupa, namun terasa sangat dekat. Jian tersenyum, "Ini sudah kedua kalinya. Apa aku akan tetap disini atau akan datang untuk yang ketiga kalinya?"

Deruan angin menabrak wajah Jian . Sensasi nyaman dari sepoian angin membuat remaja itu sang menikmatinya.

"Kau sudah tahu jawabannya, anakku...."

Jian tersenyum sambil mengangguk tipis. Ia membalikan badannya, membiarkan cahaya putih menyelimuti nya.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Juna dan yang lain sibuk mendekor kamar rawat Jian, hal yang sebelumnya tabu untuk terjadi tiba-tiba nampak jelas di depan mata.

Juna melihat jelas bagaimana Vivian dan Amelia begitu bekerja keras dengan mendekor kue bersama. Jeff dan Jerian pun tampak begitu menikmati waktu bersama saat menggantung hiasan lampu dan pernak-pernik dinding buatan mereka.

Disaat seperti ini, seakan semua berjalan begitu lancar dan alami. Semua orang bak dilanda perdamaian sesaat.

Remaja yang memperhatikan sekitar itu tersenyum tipis, hatinya menghangat. Kali ini, Juna baru mengerti, tentang bagaimana kebahagiaan itu tak diukur dari seberapa banyak mereka tertawa tapi dari seberapa banyak kenangan yang ingin diciptakan tersimpan.

Hatinya menyimpan rasa egois, dendam, dan benci di saat yang bersamaan. Namun kehangatan di depan mata menyelimuti perasaannya.

Dengan begini, boleh kah Juna sejenak menghentikan waktu?

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Jian berusaha mengumpulkan kesadarannya, membuka mata nya yang berat. Pandangannya begitu sayu karena kantuk yang menyerang ditambah suasana di sekitar yang menggelap.

"Sudah bangun??"

Saat kesadaran remaja tinggi itu terkumpul, ia baru sadar bahwa ia tertidur di bahu sang kakak, "Kak Jovan?"

"Sayangnya, kau melewatkan matahari terbenamnya." Sahut Jovan yang masih tetap memandang ke arah depan. Menatap langit jingga yang menggelap.

Jian tersenyum. Lagi, ia meletakkan kepalanya kembali bersandar pada bahu sang kakak, "Pinjam bahu kakak sebentar ya...."

Pelukan Untuk JianOn viuen les histories. Descobreix ara