◆Part 9 : Find the truth◆

23.6K 3.8K 179
                                    

"𝑬𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔, 𝒇𝒆𝒆𝒍 𝒅𝒆𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒊𝒏 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔"

Happy reading

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Sepanjang perjalanan pulang, Jerian hanya melamun sambil memegang jus buah di tangannya. Saat sudah memasuki kedai Jovan baru ingat kalau Jerian baru sembuh dari sakitnya, tidak mungkin memberikannya—Americano, pulang-pulang bisa jadi bulanan mama. Jerian sendiri memakluminya, pantas saja kembarannya itu lama. Namun, bukan hal itu yang membuat Jerian melamun. Jerian yang serius membuat Jovan enggan bertanya.

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Suasana rumah sepi, seperti biasa. Namun kali ini berbeda, saat memasuki rumah aroma wangi makanan terasa menyengat di hidung mereka. Jovan dan Jerian saling berbagi tatapan penuh pertanyaan. Dan hal itu menjadi hal pertama yang akan mereka cari tahu. Benar saja, dengan seragam yang masih menempel bak anak kecil mereka berdua berlari menghampiri dapur. Makanan kesukaan mereka berdua, nasi goreng. Terlihat masih hangat dan sudah sangat siap disantap. Perhatian mereka teralihkan oleh sticky note hijau di samping piring.

Mama sebenarnya ingin makan bersama, tapi ada hal yang harus mama urus. Jadi mama masakan kalian, nasi goreng. Jangan lupa dimakan. Mama sayang kalian.

-Vivian

Jovan dan Jerian paham betul tentang sikap Vivian, yang berubah dari yang hangat menjadi cukup dingin.

Yah, memang wanita itu susah move on ya? Saat kejadian itu si kembar juga masih terbilang anak-anak kecil yang belum terlalu mengerti. Yang mereka tahu semenjak kelahiran si bungsu–bahkan sebelum kelahirannya, rumah mereka tidak lagi sama. Semakin mereka beranjak dewasa, hal tersebut pun menyimpan sesuatu di hati. Sesuatu yang selalu terasa menusuk kala mengingatnya, sesuatu yang sulit dijelaskan.

Semakin mereka mengerti, semakin sakit mereka, semakin benci mereka pada hal itu. Seharusnya mereka bukan membenci hasilnya, tapi benci pada prosesnya. Benar, mereka sudah dewasa–mereka paham apa yang saat itu terjadi, Jian tidak akan ada jika tidak ada yang berniat membuatnya, kan?

Namun, kebencian dan dendam tidak bisa dilepaskan. Bak seperti tanaman yang sudah disiram dan dirawat kini memiliki akar kokoh di dalamnya, itu sudah tertanam kuat dalam diri mereka, membenci Jian sebagai pelampiasan kehangatan rumah yang telah sirna. Bahkan si kembar sudah jarang melihat sang Ibu dirumah.

Well, tidak masalah sebenarnya. Mereka sengaja memiliki banyak jadwal diluar rumah. Toh siapa betah dirumah tanpa kehangatan seperti ini? mau diubah juga, nasi sudah menjadi bubur.

Kenyataannya, Jeff tidak akan kembali bersama Vivian.

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Juna siap dengan kacamata hitam dan maskernya. Kini ia berdiri di depan kafe kecil tepat di pinggir jalanan yang cukup sempit, cocok untuk pejalan kaki. Jam 8 malam di Amerika, jam yang sangat tepat untuk membuat pertemuan mendadak–tanpa pelanggan dan halangan, karena sebenarnya ini sudah waktunya mereka menutup kafe .

Tapi tidak hari ini.

"Cappucino please."

"B-but we are going to clos—"

Pelukan Untuk JianWhere stories live. Discover now