◆Part 39 : Egois atau Sayang◆

20K 2.6K 268
                                    

"𝑬𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔, 𝒇𝒆𝒆𝒍 𝒅𝒆𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒊𝒏 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔"

Happy reading
 

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

"Charles marah ya sama Jian?"

Jian merasa panik saat isakan pelan Charles terdengar tepat saat mengetahui sesi cuci darah Jian dipercepat hari ini. Kemudian, Charles pergi begitu saja membuat Jian khawatir.

Jerian mengusap kepala sang adik yang tengah menikmati kue dengan olesan krim biru,  "Gak kok, Charles mungkin lagi mau sendiri."


Malvin, Hendra dan Charles memang sedikit terkejut, karena pada seharusnya hari ini mereka menikmati perayaan ulang tahun Jian. Tapi secara tiba-tiba jadwal cuci darah Jian dimajukan begitu saja.

"Itu tandanya Charles peduli sama Jian." sambung Jovan,  "Dia sedih karena Jian sakit,  jadi Jian harus sembuh ya?"

Jovan menggambil alih tempat Jerian yang tadi berada di sebelah Jian sementara Jerian berjalan pergi menghampiri Jeff dan Vivian yang masih dalam situasi canggung. Ada hal yang menurutnya harus dipastikan.

Jarak ranjang Jian agak sedikit jauh dengan tempat Jeff dan Vivian sehingga Jerian sedikit sulit mengetahui apa yang kedua orang dewasa itu bicarakan. Sambil membiarkan Jovan menikmati waktunya bercerita dengan Jian dibarengi Malvin dan Hendra yang memang tak pernah beralih tempat Jerian pun mulai dengan aksinya mendekati orang tuanya.

"Pa, Ma...." Jerian memilih duduk di seberang kursi, "Soal Jian,  kenapa tiba-tiba?"

Jeff dan Vivian saling pandang sedikit terkejut melihat bagaimana anak tengah mereka menghampiri dengan tiba-tiba.

"Kalian mengetahui sesuatu bukan?" Jerian bertanya penuh selidik, diantara yang lain, dua orang dewasa di depannya ini yang tak terlihat terkejut dengan percepatan jadwal, "apa yang kalian tau???"

Jerian menyilangkan kedua tangannya, pergantian jadwal yang tiba-tiba begini tidak mungkin tanpa sebab. Bukan karena Jerian tak ingin Jian sembuh, melainkan hal tersebut membuatnya khawatir. Ia merasa berhak tau kalaupun memang ada sesuatu yang terjadi pada Jian.

Jeff menghela nafas panjang sebelum beralih menatap sendu anaknya, "Jian.... "

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

"Dokter, Jian boleh tanya?"

Kelvin tersenyum tipis menanggapi pertanyaan yang lebih muda, sambil tetap fokus memasangkan alat pada tubuhnya,  "Boleh...."

Yang lebih muda menatap datar ketika alat tersebut mulai menyentuh bagian di dalam tubuhnya, "Kenapa Dokter masih ingin berjuang?"

"Berjuang?"

"Iya berjuang." Jian menggantungkan kalimatnya, "disaat kalian tahu, bahwa pasien yang kalian tangani tinggal menunggu waktu. Tapi kalian tetap berjuang."

Sejenak, Kelvin memperhatikan bagaimana raut wajah Jian masih sama datarnya. Sulit menebak isi hatinya.

"Jian percaya kan kalau keajaiban itu ada?" Pernyataan Kelvin membuat Jian berpaling,  "Kita tidak boleh menyerah sampai keajaiban itu datang."

Pelukan Untuk JianWhere stories live. Discover now