Spin off : Bagian 5 ( Sebuah Keputusan )

2.6K 363 1
                                    

"Juna bilang enggak, artinya enggak, Pa."

Jian yang berada di dalam kamar menciut, untuk pertama kalinya mendengar sang kakak mengeluarkan emosi sampai sebegitunya, terlebih ini pada sang ayah. Jian bertanya-tanya, hal apa yang membuat sang kakak marah?  Karena dirinya kah? Lagi? Yang ia lakukan hanya berada di dalam kamar dan tak berani keluar.

Sesaat akhirnya Jian ingat sesuatu, ini mungkin perihal tempo hari, dimana sang ayah mengajak kakaknya berbicara empat mata dan berakhir dengan Juna membawanya jalan-jalan, tapi itupun mungkin karena menghindari sang ayah yang terus-terusan memanggil namanya.

Jian bertanya-tanya apakah kejadian tempo hari adalah hal yang penting sehingga sang ayah tidak lengah untuk terus membujuk  kakaknya itu?

Disisi lain, Juna sudah kepalang kesal ditanyai hal yang sama terus menerus. Ia tidak mungkin menyetujui permintaan ayahnya.

Kuliah di luar?! Juna bahkan tidak memikirkan itu sekalipun. Apalagi itu sangat jauh dan Juna tidak bisa jauh dari sang adik. Yap, Jian adalah alasan utama Juna untuk memilih menolak tawaran sang ayah. Karena bagaimanapun, Jian hanya memiliki dirinya.

Berbagai pikiran negatif muncul, bagaimana Jian bisa hidup tanpa dirinya? Memang, adiknya itu tidak boleh terlalu bergantung padanya. Tapi tidak sekarang, masih terlalu dini.

"Juna, nantinya kau semakin hari, semakin dewasa. Tidak mungkin akan Papa biayai terus." Juna menatap sang ayah yang melanjutkan bicaranya, "setelah bersekolah disana, kau sudah lebih dewasa, sudah bisa bekerja dan melakukan sesukamu. Bahkan kalau mau, kau bisa tinggal hanya berdua dengan Jian, dengan uangmu sendiri."

Benar, mengapa Juna tak memikirkan hal itu? Hidupnya akan lebih baik setelahnya. Tanpa gangguan dan mungkin saja Jian juga akan lebih bahagia serta kebutuhannya terpenuhi.

Namun bagaimana? Kuliah itu perlu bertahun-tahun.

"Selama Juna disana, bagaimana dengan Jian?"

"He will be alright. He has grown up already, dia udah lebih mengerti. Setidaknya mengurus diri sendiri harusnya bisa?"

Juna memicingkan matanya, "bagaimana Juna bisa mempercayai papa?"

"Tidak usah khawatir soal keuangan. Hanya itu yang jadi masalahnya sekarang kan?"

Juna menghela nafas, haruskah? Pikirnya lagi. Bimbang yang dirasa tak kunjung reda, namun beberapa saat kemudian ia menatap sang ayah lagi, "baiklah."

Dan hari itu, Juna membuat keputusan. 


Pelukan Untuk JianOnde as histórias ganham vida. Descobre agora