◆Part 37 : wish◆

17.7K 3K 376
                                    

"𝑬𝒏𝒋𝒐𝒚 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒔, 𝒇𝒆𝒆𝒍 𝒅𝒆𝒍𝒊𝒈𝒉𝒕 𝒊𝒏 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔"

Happy reading

━━━━━━━ ♡ ━━━━━━━

Ketika yang tidak diharapkan terjadi, ketika itulah dunia terasa runtuh, merusak semua isinya hingga yang tersisa hanyalah kehampaan.

Juna dengan segenap hatinya hanya bisa berharap. Merapalkan doa untuk sang adik.

Ia yang tadinya sudah dilanda kesedihan dibuat semakin kalut dengan berita sang adik yang tiba-tiba dikabarkan sudah berada dirumah sakit lagi.

"Apa yang terjadi?!!" Suara Juna memenuhi seisi ruangan, Amelia tersentak dengan kedatangan yang lain. Tampak jelas raut khawatir disetiap wajah mereka membuat Amel merasa bersalah.

Bertepatan dengan itu Kelvin keluar dari ruangan, menatap Juna penuh arti.

Tatapan itu, adalah tatapan yang sama.

--

"Yang dibilang Papa bohong kan?!!" sebelah tangan Juna ditahan oleh Jeff agar sang anak tak kehilangan kendali.

"Sayangnya...." Kelvin menatap lembut pemuda di depannya, ia sudah melewati banyak hal dan mendengar kabar buruk hanya akan membuat hati kecilnya terpuruk, "Apa yang dibilang papamu benar, aku memberitahunya lebih dulu."

Juna terduduk, menatap nanar dan sendu Kelvin yang mulai merasa bersalah, "kenapa...."

Kelvin menghela nafasnya, "Aku membiarkanmu menikmatinya dulu, melihat adikmu bangun adalah impianmu kan? Terlalu sulit memberitahumu disaat seperti itu.... "

".....tapi hal seperti ini memang harus diberitahu." Kelvin sangat paham apa yang akan dirasakan Juna , di benaknya sama sekali tak bermaksud ingin mengganggu hari bahagia itu. Remaja di depannya ini, dia baru saja mendapatkan kebahagiaan tapi fakta menyakitkan lainnya menanti.

"Jadi Juna...." Kelvin meraih pundak Juna berusaha menatap mata yang lebih muda, "Berikan keluargamu kesempatan ya?"

Juna mengepalkan tangannya yang bergetar hingga bahunya pun merosot tak mampu menahan, gertakan giginya terdengar kasar dan air mata lagi-lagi harus kembali terjatuh.

"M-mereka semua.... Mereka semua yang membuat Jian seperti itu.... " Lirih Juna. Jeff bahkan tak mampu melihat. Karena memang benar, apa yang dikatakan oleh si anak sulung benar.

Kelvin berulang kali melihat keduanya, jujur dia pun tak punya hak apa-apa disini. Pilihan ini berada di tangan mereka, tapi dalam keadaan seperti ini, haruskah dia masih diam? Sementara dia tahu apa yang mungkin bisa menjadi pilihan terbaik.

Kelvin berdiri dari duduknya, berjalan menuju jendela untuk menenangkan pikirannya, "Sometimes, manusia itu butuh menjadi egois dan egois pada dasarnya adalah sifat manusiawi. Entah untuk melindungi diri sendiri atau orang lain."

".....egois baik untuk diri sendiri, dengan egois kita merasa puas, merasa aman atau pun senang. Tapi di dunia ini, kita tidak hidup sendiri. Ada orang lain di samping kita."

Juna mulai mengangkat kepalanya, memandang sayu ke arah Kelvin. Jeff pun ikut penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh dokter di seberangnya itu.

"Jika orang lain sudah egois, mulailah jadi orang pertama yang tidak menjadi egois, maka orang lain akan mencontohnya...., jika tidak kita yang memulai, siapa lagi?" Kelvin melemparkan senyum pada Juna berharap anak itu paham apa yang dia coba sampaikan. Ia tak sendiri, setiap orang di sana pasti merasakan sakit yang sama.

Pelukan Untuk JianWhere stories live. Discover now