03. Empat Belas🦊

108 9 13
                                    

💎Happy reading💎

Di antara pekik lantang yang menggema. Yang paling keras adalah isak tangis Nujio yang memeluk tubuh Torano dengan kedua tangannya. Kepala bocah itu ia tempelkan di dada Torano, berharap bisa menemukan detak di sana. Walau pada akhirnya yang ia dengar hanya tangisnya yang semakin menggila.

"Tolong beri tahu padaku, seberapa banyak lagi yang akan pergi?" tanya Nujio pada siapa saja yang mendengarnya, tapi yang terdengar hanya isak tangis yang bersahutan tanpa irama.

Kalau orang-orang memilih duduk mengelilingi Torano, berbeda dengan Ayumi yang justru masih berdiri. Mata gadis itu lurus menatap Torano yang sudah tak bernapas lagi. Tak ada lagi isakan dari mulutnya kendati dari matanya masih tumpah air mata luka. Dan dua detik setelahnya, Ayumi membiarkan tubuhnya luruh begitu saja. Memejamkan mata dan setelahnya ia tak lagi mengingat apa-apa.

Ayumi kehilangan kesadarannya.

🦊🦊🦊

Lagi, untuk kesekian kalinya Akira harus melihat kepergian orang yang berarti. Berawal dari orang tuanya, lalu Barara---walau ia tak ada di dekat Barara saat lelaki itu meregang nyawa, berlanjut dengan kepergian Laguna, dan sekarang Torano.

Kalau saja luka memang pelengkap hidup manusia, kalau saja lukalah yang akan mendewasakan seorang manusia, lantas, kedepannya akan ada luka apa lagi? Harus berapa kali lagi Akira akan ditinggal pergi?

"Kak!"

Suara Fero yang terdengar dari belakang membuat Akira seketika bungkam. Buru-buru lelaki itu menghapus jejak air mata yang mengalir di pipinya. Lantas menatap pada Fero yang berdiri di belakang. Akira ikut berdiri, setelah sebelumnya berjongkok lama di samping pemakaman milik Torano juga pemakaman keluarganya yang lain yang berjejer di samping pemakaman Torano.

"Ada apa?" tanya Akira, mencoba mengatur suaranya agar tak bergetar.

"Kira-kira Kak Torano sedang apa, ya di tempat barunya?" tanya Fero dengan mata menatap ke langit sana.

Akira merangkul Fero dan menyeretnya pergi dari sana. Kepergian Torano sudah berlalu dua minggu lamanya. Namun, rasanya baru kemaren mereka masih makan bersama. Rasanya baru kemaren Fero menggoda Torano yang sedang melamun memperhatikan Ayumi melakukan pemanasan di halaman rumah. Rasanya baru kemaren Akira berdebat pasal siapa yang lebih kuat di antara mereka.

"Kau tahu? Dia baru saja bilang padaku kalau dia bertemu Naomi di sana," balas Akira asal bicara.

"Heh? Benarkah? Kenapa Kak Torano tidak memberitahuku juga? Ah, curang," omel Fero.

Kemudian keduanya sama-sama tertawa. Tawa yang entah kenapa nadanya sangat berbeda dari tawa biasanya. Dari mata dua orang itu juga tak memancarkan cahaya apa-apa. Seolah tawa keduanya memang bukan gambaran dari apa yang hati mereka rasa.

Dua pasang kaki itu kini melangkah ke dalam rumah. Rumah yang semakin hari semakin berkurang isinya. Rumah yang mulai sepi seiring penghuninya satu persatu pergi.

Di dalam sana ada Ayumi dan Nujio yang sedang berbicara. Sepertinya percakapan mereka sangat serius sampai keduanya tidak sadar saat Fero dan Akira membuka pintu.

"Karena sudah terlanjur patah, kenapa tidak sekalian lukanya ditambah? Agar nanti tidak patah untuk yang kesekian kalinya. Setidaknya aku hanya perlu merasa sakit di hari yang sama untuk orang yang berbeda." Terdengar Ayumi mengeluarkan suara di sana. Yang mana, Fero dan Akira tidak tahu asal pembicaraan mereka.

"Kak! Kalau saja Barara sampai mengganti ingatan Kakak, itu artinya kenangan tentang ibu adalah yang paling menyakitkan. Kalau Kakak mengingatnya sekarang, aku takut Kakak tidak bisa menerima---"

Half BeastDonde viven las historias. Descúbrelo ahora