Tiga Puluh🦊

203 34 14
                                    

💎Happy reading💎

Semesta selalu punya banyak cerita aneh di dalamnya. Satu detik yang akan berlalu tidak ada yang tahu akan bagaimana dan apa yang akan terjadi. Semua serba rahasia. Seperti kisah Akira yang tidak pernah tahu dirinya akan berakhir seperti apa. Entah takdir apa yang semesta janjikan untuknya.

Akira pernah berjanji pada ayah, dulu saat mereka masih bersama. Akira berjanji akan selalu melindungi Fero dari bahaya. Tidak peduli jika itu akan membahayakan nyawanya. Akira tahu ia sempat hampir mengingkari janjinya dengan meninggalkan Fero di hutan saat Gerin menyuruh mereka lari dan pergi ke Utara. Akira terlalu sakit hati waktu itu. Makanya ia mengeluarkan apa saja yang terlintas dalam kepalanya. Kematian ibu tidak bisa Akira maafkan begitu saja dan Fero justru harus menerima akibatnya.

Namun, untuk saat ini Akira tidak mau lagi melakukan kesalahan. Apa pun masalahnya jika itu tentang Fero, Akira siap mengorbankan nyawanya. Masalahnya sekarang ia dan Fero terpisah. Akira bahkan tidak tahu dia sekarang ada di mana. Saat pertama kali membuka mata, yang Akira temui hanya ruangan putih yang entah terbuat dari apa. Hanya ada satu ranjang kecil di sana yang juga berbalutkan seprai putih. Satu lagi, tangan dan kaki Akira terikat oleh rantai besi. Siapa pun mereka yang melakukannya, mereka pikir Akira binatang, apa? Kesal, tapi Akira tidak bisa melakukan apa-apa.

Akira menarik paksa tangan kanannya, tapi tidak bisa melepas rantai itu dari sana. Bunyi berisik mulai terdengar saat Akira menarik paksa tangannya. Kemudian sesuatu yang memekakkan telinga berbunyi. Membuat Akira mencari sumber suara, tapi ia tak melihat apa-apa.

"Sudah bangun, ya, Akira," katanya. Tanpa melihat siapa yang berbicara, Akira tahu itu suara Dopa. Dia tidak akan lupa bagaimana suara sok imut itu memporak-porandakan rumah. Suara yang menghasutnya untuk membunuh Fero. Akira memang tidak sadar saat mencoba membunuh Fero, tapi setelah efek kekuatan Dopa menghilang dari kepala, Akira mengingat semuanya.

"Apa maumu, Sialan?!" pekik Akira.

Dari tempat yang tidak bisa Akira jangkau dengan mata, Dopa tertawa di sana. Seperti menikmati kemarahan Akira. Karena sejak awal mereka bertemu, kemarahan Akira sama sekali tidak berarti apa-apa. Memangnya bocah itu bisa apa dengan badan kecil dan pengalaman bertarungnya yang nyaris tidak ada?

Namun, semua itu hanya perkiraan Dopa saja. Karena sebenarnya Akira bahkan pernah terjebak dan hampir mati beberapa kali. Hanya saja anak itu bisa bertahan sampai saat ini. Itu juga alasan yang membuat Akira masih bertanya-tanya, mengapa saat kedatangan Fazor ke rumah, Gerin menyuruhnya menjauh dari sana dan melindungi adiknya. Padahal Akira ingin membantu, anak itu ingin menunjukkan hasil latihannya selama ini tidak sia-sia. Memangnya Fazor dan pasukannya sekuat dan semengerikan apa?

"Aku tahu kau sedang mengamatiku, Dopa. Ya, aku memang tidak tahu dari arah mana kau mengamatiku, tapi perhatikan ini baik-baik. Akan kubuat kau menyesal karena sudah memisahkanku dengan Fero."

Tidak ada jawaban dari Dopa, tapi Akira yakin perempuan itu masih memperhatikannya. Untuk itu Akira mencoba membuktikan ucapannya. Anak itu menarik napas dalam-dalam, matanya terpejam, dan kedua tangannya mengepal. Saat Akira rasa paru-parunya sudah penuh oleh udara, saat itu pulalah Akira menarik kuat kedua tangannya. Mencoba melepas rantai sialan itu. Namun, yang terjadi selanjutnya justru membuat Akira membatu.

"Kenapa, Akira? Ayo putuskan rantainya. Katanya kau mau menunjukkan sesuatu padaku."

Akira mendecih di tempatnya. Ia yakin sekarang Dopa sedang tertawa renyah melihat kekonyolannya. Namun, yang Akira inginkan memang itu semua. Akira ingin menunjukkan pada Dopa kalau ia lemah. Padahal Akira merencanakan sesuatu yang besar untuk kabur dari sana.

Half BeastWhere stories live. Discover now