Duapuluh Lima🦊

211 38 12
                                    

💎Happy reading💎

Berjaga di daerah bawah setelah menghabisi musuh membuat Fero, Akira, dan Nikie---walau yang satu ini tak melakukan apa-apa---merasa lelah. Untungnya mereka tak kedatangan musuh lagi setelahnya. Mereka hanya diam saja dengan Fero yang sesekali berkata kalau ia mengantuk atau lapar kepada Akira. Dan saat malam tiba, tiga orang itu memilih untuk kembali ke rumah. Perut mereka lapar dan selama menunggu juga tak ada tanda-tanda kalau musuh masih ada. Nikie yang mengusulkan untuk pulang saja karena dia yakin tak ada lagi musuh yang akan menyerang daerah bawah. Disusul anggukan setuju dari Fero setelahnya. Akira tentu tidak punya pilihan lain dan menuruti kemauan mereka untuk pulang ke rumah.

Saat mereka sampai di rumah, yang lain juga tampak baru pulang dari arah yang berbeda-beda sesuai lokasi penjagaan mereka. Ada Ayumi dengan wujud serigalanya sedang menggendong Nujio yang tertidur di atas punggungnya. Laguna yang datang bersama Torano tampak memasang wajah kesal entah karena apa. Kemudian, ada Barara yang hanya tersenyum saja.

"Kalian hebat," puji Barara kepada semua anak muridnya.

"Ayah bahkan tidak melihat kami melawan musuh. Bagaimana bisa Ayah memuji kami seperti itu?" protes Ayumi.

Barara menghampirinya dan mengambil alih tubuh Nujio yang terlelap di atas punggung anaknya. Setelah tubuh Nujio sepenuhnya berada di tangan Barara, Ayumi mengubah wujudnya menjadi manusia. Ada gurat lelah yang terlukis di sana. Mungkin karena menggendong Nujio yang tertidur sampai ke rumah.

"Masuklah ke dalam! Udaranya dingin," perintah Barara.

Barara membiarkan anak muridnya duduk melepas lelah di kursi kayu yang tersusun melingkari meja di ruangan utama. Sementara ia membawa Nujio ke kamar untuk menidurkannya di sana. Setelahnya ia kembali dan menghampiri murid-muridnya.

"Yang lapar, angkat tangan!" pekik Barara.

Hanya ada dua orang yang tak mengangkat tangan mereka. Siapa lagi kalau bukan Torano dan Akira. Dua lelaki itu hanya memasang wajah datar saja. Bedanya Torano tampak tenang, tapi Akira kelihatan sedikit marah.

"Akira! Torano! Kalian tidak lapar?" tanya Barara memastikan.

"Seharian ini kami hanya makan pagi saja. Apa-apaan pertanyaan konyolmu itu?" jawab Akira.

"Kenapa kau tidak mengangkat tangan?"

"Untuk apa?"

"Untuk mengatakan kalau kau lapar."

"Lalu, laparku hilang, begitu?"

Barara hanya tersenyum saja mendengar jawaban sinis dari Akira. Kemudian lelaki buta itu berpindah pada Torano yang hanya diam saja. Walau selalu terlihat diam, Barara tetap tidak suka kalau Torano belum membuka suara.

"Torano, kau tidak lapar?"

Torano menatap datar ke arah Barara, kemudian menjawab dengan suara yang seperti tidak minat saja. "Sedari pagi tadi kau mengamatiku, lalu untuk apa kau bertanya? Bukankah kau sudah tahu jawabannya?"

Kini, semua murid Barara yang ada di sana terfokus pada Torano saja. Yang paling kaget di sana adalah Laguna. Kalau saja Barara mengamati Torano itu artinya ia juga mengamati Laguna. Karena Laguna berdua bersama Torano melakukan misi dari Barara. Akan tetapi, perkataan Barara selanjutnya justru membuat banyak orang membuka mulut mereka.

"Haish ... aku ketahuan, ya? Bagaimana kau tahu aku mengamatimu? Dan yang lain, ada yang menyadarinya?"

"Posisinya selalu di sana. Di arah timur tubuh kita."

Barara tampak kikuk di tempatnya, tapi dalam hatinya ia sedang memuji kemampuan Torano merasakan keberadaannya. Padahal Barara pikir Torano hanya fokus pada musuh di depan mata.

Half BeastWhere stories live. Discover now