03. Lima🦊

90 12 1
                                    

💎Happy reading💎

Ada kalanya ketenangan yang baru kembali akan rusak oleh masalah yang datang lagi dan lagi. Ketenangan yang menurut semua orang akan bertahan setidaknya dalam waktu yang cukup lama, ternyata hanya berlangsung untuk menghilangkan penat saja.

Karena masalah datang bukan saat semua orang sudah siap atau saat seseorang dalam keadaan prima. Nyatanya masalah sering datang di saat yang tidak diduga-duga sebelumnya. Seperti yang kini terjadi di Utara.

Padahal semua orang berpikir setidaknya akan ada banyak waktu untuk menenangkan pikiran yang berantakan, menyatukan lagi keping-keping hati yang berserakan, juga mengembalikan lagi senyum cerah yang sempat menghilang. Akan tetapi, siapa sangka waktu yang seharusnya untuk memperbaiki hati itu berakhir lebih cepat dari yang semua orang kira.

Saat semua orang asyik menata hatinya yang patah, dua orang itu datang tanpa memberi sinyal apa-apa. Tahu-tahu dua orang berbeda jenis kelamin itu sudah ada di Utara dan memporak-porandakan barang di depan rumah.

"Sialan! Siapa kalian?!" tanya Akira saat dua orang tak dikenal datang memporak-porandakan pekarangan rumah.

"Musuh! Musnahkan!" perintah Torano tanpa mengalihkan pandangannya dari dua orang di depan sana.

Ayumi dan Nikie yang tadi sedang berkonsentrasi mengingat kejadian masa lalu, seketika konsentrasi mereka buyar saat mendengar keributan dari luar rumah. Lalu, saat mereka menge-cheknya, mereka berdua kaget saat pekarangan rumah sudah diobrak-abrik oleh dua orang tak dikenal. Maka, di sinilah mereka sekarang. Berbaris di depan rumah sambil menunggu dua orang di sana mendekat ke arah mereka.

Nujio yang biasanya suka ketakutan saat ada musuh, anak itu kini justru menatap mereka dengan tatapan menantang. Seolah anak itu benar-benar tidak ingin lagi kehilangan. Nujio tak boleh takut lagi pada tantangan. Karena kalau ia lemah, tak hanya ia saja yang akan bernasip malang. Lihat saja apa yang terjadi pada Laguna. Kalau Nujio lebih kuat sedikit saja, pasti waktu itu Laguna tidak harus mengorbankan nyawanya. Maka, sekarang anak itu tak mau lagi melakukan kesalahan yang sama. Cukup Laguna saja, jangan ada lagi yang lainnya.

Akira yang semula berteriak kini mulai terlihat kesal karena dua orang di sana tak memberi jawaban apa-apa. Hanya menatap dengan tatapan menantang dan berjalan pelan ke arah mereka.

Sementara itu, Fero berdiri di belakang Akira dengan perasaan tak menentu. Ada yang aneh dari dua orang itu.

"Kak, mereka orang Selatan 'kan?" tanya Fero pada akhirnya. Mengatakan apa yang sedari tadi ia coba pastikan kebenarannya.

"Eh?" Akira terkejut dan memfokuskan pandangannya lagi ke arah dua orang itu.

"Kau pernah melihatnya? Aku yang sering ke luar rumah saja tidak yakin pernah bertemu dengannya."

Tentu saja Fero ingat. Bagaimana Fero bisa melupakan perempuan di hadapannya. Fero yakin ia tidak salah lihat. Karena perempuan ini pernah ada di barisan paling depan pasukan yang dulu datang ke rumah mereka. Pasukan yang dipimpin Fazor untuk melenyapkan keluarga serigala. Fero ingat betul karena waktu itu hanya ada seorang perempuan dalam pasukannya. Dan perempuan itu, dialah orangnya.

"Dia ... perempuan itu, ada bersama Fazor waktu itu. Aku ingat sekali karena hanya dia saja yang perempuan, tapi laki-laki itu, mungkin juga ada. Aku hanya tidak memperhatikannya." Fero berkata dengan pasti.

Akira mengepal kuat kedua tangannya. Lalu, tanpa aba-aba anak itu maju paling pertama dan menyerang perempuan itu dengan sorot mata menyala. Kalau peremuan itu adalah pasukan Fazor, maka membunuhnya di sini pasti menyenangkan.

Namun, tepat saat Akira sedikit lagi bisa meraih perempuan itu, lelaki di sampingnya bergerak lebih cepat dan menghempaskan Akira dengan tinjunya.

"Setidaknya biarkan kami memperkenalkan diri dulu, Bocah," kata si perempuan dengan tatap meremehkan saat tubuh Akira ambruk ke tanah.

Half BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang