02. Satu🦊

216 28 30
                                    

💎Happy reading💎

Di penghujung jalan, semua berputar ke arah yang salah
Saat bunga matahari menghadap ke atas dengan ceria
Benang emas pun bertebaran di atas tanah
Meliuk tak karuan membentuk satu pola

Di cawan yang sama, serigala menghianati kawanannya
Melupa bahwa mereka pernah satu arah
Sampai daun kekuningan harus mencium aroma tanah lebih cepat dari seharusnya
Menggegerkan tiap-tiap jiwa yang merana
Sang Penantang kehilangan jati dirinya
Dan semua penyesalan pun tak lagi berarti apa-apa

Torano berputar tak karuan di teras rumah. Secarik kertas kecoklatan berada dalam genggaman tangan kirinya. Terdapat beberapa tulisan yang Torano tidak paham apa maknanya. Yang jelas pikiran Torano mulai tak karuan setelah membaca tiap baris yang tertera di sana. Seolah ia tahu maksud tulisan itu mengingatkan suatu bahaya.

Lamunan Torano buyar saat tiba-tiba Fero berdiri di hadapannya. Fero bahkan sudah melakukan panggilan ketiga, tapi Torano baru meresponnya.

"Ada apa?" tanya Torano.

"Kak Torano terlihat gelisah. Kenapa?" tanya Fero mengerutkan dahi.

Torano menggeleng dua kali, kertas di tangannya sudah remuk dan mungkin akan hancur kalau ia meremas lebih kuat lagi. Torano ingin mengatakan tulisan aneh itu kepada semua, tapi entah kenapa Torano merasa semua itu salah. Untuk itu Torano memutuskan untuk menyimpannya saja. Biar dia saja yang tahu apa isi di dalamnya. Biarlah Torano saja yang merasakan kegelisahan saat membaca kata per kata.

Semoga yang Torano lakukan tidak membuat semuanya menjadi berantakan.

"Tidak ada. Kenapa mencariku?" jawab Torano setenang mungkin.

"Ah, itu. Kak Laguna mencarimu. Katanya ada sesuatu yang penting yang mau dibicarakan. Saat aku tanya mau membicarakan apa, Kak Laguna bilang kalau anak kecil tidak boleh ikut campur. Padahal aku sudah besar sekarang."

"Berapa umurmu sekarang, hah?" tanya Torano saat bocah kecil di hadapannya berkata tentang umur.

"Sebelas tahun. Sudah cocok menjadi pria dewasa." Fero membusungkan dadanya dengan bangga.

"Sebelas tahun, ya? Ah, tidak terasa sudah dua tahun berlalu semenjak hari itu. Waktu terasa begitu cepat berlalu."

Iya, sudah dua tahun berlalu semenjak Akira dan Torano disekap oleh perempuan bernama Dopa. Sampai sekarang pun Torano masih belum tahu bagaimana wanita itu sekarang. Apa sudah mati di tangan Orang Baik atau justru masih berkeliaran di luar sana.

"Kak Torano berbicara lebih banyak dari biasanya. Benar terjadi sesuatu, ya?" tanya Fero curiga. Tidak biasanya Torano bisa diajak berbicara semudah ini.

"Lupakan! Di mana Laguna?"

"Ah! Di halaman belakang."

Torano baru akan bergegas meninggalkan Fero di sana, hanya saja suara Fero membuat Torano harus menghentikan langkah.

"Justru bagus kalau Kakak banyak bicara. Katanya Kakak mau jadi pahlawan, ya? Jadi pahlawan itu harus ramah tahu."

"Pahlawan?"

"Iya. Waktu itu Kakak bilang mau menjadi pahlawan 'kan? Aku hanya mendengarnya samar-samar waktu Kakak mengatakan itu, tapi aku yakin Kakak memang ingin jadi pahlawan. Semangat, Kak!"

Torano memalingkan wajah dengan segera. Kemudian bergegas pergi dari sana. Setelah lebih dulu menyimpan kertas aneh itu ke dalam kantong celana. Torano hanya tidak tahu saja kalau kertas itu bukan kertas biasa. Kertas itu berisi petunjuk yang mungkin bisa mengubah nasib mereka, tapi Torano justru menyembunyikannya. Hanya tinggal menunggu 'saat itu' tiba.

Half BeastWhere stories live. Discover now