02. Sepuluh🦊

145 21 22
                                    

💎Happy reading💎

"Kau tidak usah melakukan apa-apa, Nujio. Nanti masakanku hancur!" pekik Laguna dari arah dapur.

Laguna dan Nujio gagal melakukan misi mereka. Sebenarnya mereka berhasil mendapatkan jamur untuk disayur. Akan tetapi, saat mereka sampai di rumah, Barara bilang kalau jamur itu ada racunnya. Jadinya mereka gagal dan harus memasak tiga hari lamanya.

"Hanya memotong---"

"Jangan! Kau diam saja memperhatikan."

Laguna kalau sudah marah itu menyeramkan dan Nujio hanya bisa diam saat gadis itu meninggikan suara. Lagipula diam tidak akan membuat Nujio terluka. Justru ia bisa beristirahat dan menikmatinya saja.

Sementara dua orang itu sibuk di dapur, yang lain sibuk membersihkan pekarangan rumah yang sudah ditumbuhi rumput di mana-mana. Kecuali Nikie, gadis itu berlatih sendiri di tempat yang sudah Barara tentukan.

Hal yang Nikie coba lakukan awalnya menyelesaikan setiap rintangan yang Barara siapkan, sampai saat ia hampir kehilangan napas karena terlalu lelah, Kittie akan mengambil alih tubuhnya dan menyelesaikan semua. Akan tetapi, bukan yang seperti itu yang Nikie harapkan. Nikie ingin Kittie datang saat ia masih baik-baik saja. Mengambil alih tubuhnya sebelum ia benar-benar terluka.

Melepas lelahnya, Nikie duduk di bawah pohon sambil mengibas tangan ke wajah. Kalau seperti ini terus, Nikie takut kalau nanti ia harus gagal dan mendapat hukuman.

Nikie memejamkan matanya rapat, mencoba mencari Kittie yang mungkin sedang bersembunyi di dalam dirinya. Nikie mencoba membayangkan ada Kittie di hadapannya. Bertukar sapa dengan Kittie, lalu menyuruh Kittie untuk datang saat ia panggil. Jangan saat ia terluka saja.

Ah, benar! Bertukar sapa. Apa Nikie benar-benar bisa bertukar sapa dengan Kittie? Kalau bisa, bagaimana caranya? Kalau saja Kittie itu memang dirinya yang lain, mustahil untuk Nikie berbicara dengannya. Tetapi, bagaimana kalau seandainya Kittie adalah orang lain yang menumpang di tubuh Nikie? Walau itu sedikit mustahil, sih.

"Kittie, kalau seandainya kau memang ada dan bisa mendengar perkataanku, coba ambil alih tubuhku," kata Nikie masih dengan memejamkan mata.

Tidak terjadi apa-apa, Nikie masih sepenuhnya dalam keadaan sadar. Tidak ada yang mengambil alih tubuhnya. Nikie masih bisa menggerakkan tangan sesuai yang ia perintah.

"Kittie! Aku tidak tahu kau itu sebenarnya apa. Aku tidak tahu kau memang aku atau orang lain. Hei! Aku ingin tahu bagaimana caranya kau bisa ada dalam diriku? Ah, kalau kau memang diriku, tentu saja kau bisa berada di sana. Tapi, apa kau benar-benar diriku? Apa kita bisa berkomunikasi?"

Masih tak terjadi apa-apa. Nikie masih menjadi dirinya dan tak ada tanda-tanda ada orang lain di sekitarnya.

"Kittie, keluarlah! Kittie, kau dengar aku? Keluarlah! Kumohon, keluarlah! Keluarlah! Ambil alih tubuhku. Keluarlah! Sedang apa kau di dalam hah? Hei, aku membutuhkanmu. Kau mengamatiku, ya dari dalam sana? Kalau tidak, bagaimana bisa kau tahu kalau aku dalam keadaan terluka? Atau kau juga merasa sakit saat aku menerima luka, makanya kau keluar? Hei, jawab aku, Kittie!"

Nikie membuka matanya dengan cepat. Tidak, itu bukan pandangan mata milik Nikie, melainkan milik Kittie. Tatapannya lebih tajam dan lebih menantang. Tidak seperti tatapan Nikie yang selalu lunak.

"BERISIK! AKU SEDANG TIDUR, SIALAN!"

Lalu, ia kembali menutup mata dan Nikie terlonjak saat ia merasakan Kittie baru saja mengambil ahil tubuhnya. Kalau seperti itu berarti Kittie memang bisa mendengar dirinya. Ia bisa berkomunikasi dengan Kittie kalau seperti ini, tapi masalahnya ... Nikie tidak pernah benar-benar tahu apa yang Kittie katakan. Nikie tidak pernah benar-benar tahu sudah berapa banyak musuh yang ia kalahkan. Sudah berapa kali Kittie menyelamatkan nyawanya. Nikie tidak pernah benar-benar tahu apa yang Kittie lakukan dengan tubuhnya.

Half BeastWhere stories live. Discover now